"Luna.... "
Suara teriakan Pitaloka terdengar. Ketika Luna sudah menutup kedua matanya. Ia memeluk Luna. Apa maksud Luna mengucapkan kalimat tadi? Regan yang mendengar teriakan histeris Pitaloka. Regan berlari lalu menatap wajah Luna yang sudah pucat pasi.
"Pit, Luna kenapa Pit!" ucap Regan mengambil alih tubuh Luna dalam dekapan Pitaloka.
Regan hanya menggelengkan kepalanya. Tanda dia tidak mengetahui yang terjadi dengan Luna. "Lun... Luna... Bangun, Lun... " ucap Regan menggoyang-goyangkan tubuh Luna.
Namun nihil, Luna tidak kunjung sadar. Piter berjalan kearah mereka. Ketika ia sudah berhasil mengalahkan segerombolan lelaki tadi. Piter berjongkok di samping Pitaloka. Entah kenapa, Pitaloka langsung memeluk tubuh Piter. Jujur ia masih trauma dengan apa yang baru saja ia alami.
"Kita gak ada waktu. Sekarang saatnya buat bawa Luna ke rumah sakit," ucap Piter. Dengan sigap, Regan langsung membopong tubuh Luna.
Pitaloka berdiri, namun ia tidak bisa. Karena kakinya yang sempat terkilir tadi. "Shhhh.... "
Piter menatap Pitaloka. Lelaki itu tengah memperhatikan Pitaloka. "Lo bisa jalan?" tanya Piter.
Pitaloka menatap Piter, lalu mencoba melangkah kan kakinya. Tapi, malah ia hampir terjatuh. Dan untung saja, Piter berhasil menahannya.
Lelaki itu berjongkok di depan Pitaloka. "Ayo naik. Biar gue gendong lo."
"Eh, gak usah. Gue bis.... "
"Bisa apa? Berdiri aja udah gak seimbang," ucap Piter memotong ucapan Pitaloka.
Pitaloka pun, merangkul bahu Piter. Piter tersenyum, karena akhirnya Pitaloka mau naik ke dalam. gendongannya. Piter berjalan, menyusul Regan yang sudah lebih dulu di depannya.
***
Sampai di rumah sakit, Luna dan Pitaloka langsung mendapatkan perawatan intensif. Pitaloka di obati oleh Dokter. Akibat beberapa luka di tubuhnya.
Dan Luna, ia juga sedang di periksa oleh Dokter. Karena ia pingsan sedari tadi. "Gimana Dok? Gak ada luka dalam kan?" tanya Piter memastikan.
"Syukurlah, tidak ada luka dalam," ucap Dokter setelah mengecek kondisi Pitaloka. Piter mampu bernafas lega. Lelaki itu membantu Pitaloka berdiri.
"Terimakasih Dokter," ucap Piter sebelum akhirnya Dokter pergi meninggalkan ruangan Pitaloka.
"Mana yang sakit?" tanya Piter mengecek kondisi Pitaloka.
"Gue udah gak pa-pa. Lo gak perlu khawatir. Gue mau ketemu sama Luna," ucap Pitaloka. Gadis itu pun, bangkit dari posisi duduknya.
"Ehh, lo mau kemana? Lo masih sakit Pita. Kenapa lo keras kepala banget sih," ucap Piter menarik Pitaloka.
"Gak bisa Ter. Gue harus ketemu sama Luna," bantah Pitaloka. Ia mencoba melepaskan tangan Piter dari tangannya.
"Gak. Lo gak boleh pergi. Lo harus di sini. Lo masih sakit Pita," ucap Piter yang seakan gemas dengan tingkah Pitaloka.
"Piter.... Gue mau jenguk Luna," rengek Pitaloka.
"Gak! Lo juga harus pikiran kesehatan lo," ucap Piter. lelaki itu menarik selimut sampai leher Pitaloka. "Lo istirahat. Gak boleh kemana-mana," sambung Piter mengusap kepala Pitaloka.
"Ahh, lo mah! Gak asyik!" seru Pitaloka memutarkan badannya ke samping.
"Pit, jangan gitu dong. Kan gue kangen sama lo. Emang lo gak kangen sama gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jupi Story ✔
Teen FictionJupiter Auriga Semesta, sangat senang ketika ia kembali bertemu dengan Cinta pertamanya. ketua Osis SMA Galaksi itu tidak akan (lagi) melepas perempuan yang sama sekli tidak bisa di lupakan. "Pitaloka, selamanya lo akan tetap sama gue! selamanya!!"...