Pitaloka melirik ponselnya, diam-diam senyumnya terbit. Rasanya hatinya sudah luluh dengan kalimat gombal yang dilontarkan oleh Piter.
"Sial. Kalau gini kan gue gak bisa marah sama Piter," gumam Pitaloka menyembunyikan wajahnya di bantal.
Pitaloka tidak mampu menahan semburat merah di pipinya. Tapkala Piter melontarkan kalimat gombalnya. Pitaloka mengambil ponselnya. Lalu mengetik sesuatu.
Pitaloka GA___
Plis deh Pit, gombalan lo gak mempan!
Pitaloka tersenyum ketika Piter sudah membaca pesannya. Tampaknya gadis itu ingin mengerjai Piter.
"Liat, seberapa jauh Lo mau lontarin gombalan receh Lo itu Piter!" ucap Pitaloka menatap layar ponselnya.
Pitaloka menunggu balasan dari Piter. Namun, lelaki itu hanya membaca pesannya. Tanpa membalas. Hal itu membuat Pitaloka semakin kesal dengan Piter.
Pitaloka beranjak dari duduknya. Lalu berjalan kearah balkon kamarnya. Menatap hamparan bintang di langit. Bibirnya tersenyum, menerka-nerka suatu.
"Papa pasti jadi bintang paling terang," gumamnya.
Senyumnya meredup, ketika mengingat sesuatu. "Pita kangen sama, Papa," gumam Pitaloka lagi.
Di ikuti dengan setetes air mata yang jatuh di pipi.
"Hiks... Hiks..... "
"Lah, belum juga nyanyi udah nangis." Pitaloka mendongak ke bawah. Menatap Piter yang sudah berdiri di depan rumahnya dengan sebuah gitar kesayangannya.
"Pitaa... " teriak Piter. Pitaloka buru-buru menghapus air matanya. Dan bergegas turun kebawah.
"Pitaloka maafin gue. Gue tau gue salah. Gak cerita tentang Vini ke lo sebelumnya," teriak Piter.
Mama Pitaloka yang sedang menonton TV pun mengerutkan keningnya bingung. Apalagi ketika melihat Pitaloka turun tergesa-gesa dari tangga.
"Loh? Pit?" ucap Mama Pitaloka heran.
Pitaloka membuka pintu utama rumahnya. Lalu menepuk keningnya.
"Lo tuh apa-apa sih? Teriak-teriak di depan rumah orang," omel Pitaloka.
Piter maju selangkah. Mengambil tangan Pitaloka. "Maafin gue, ya?" ucapnya.
Pitaloka melepaskan tangan Piter. Lalu melibatkan tangannya di depan dada. "Gak mau, " jawabnya angkuh.
"Vini cuma masa lalu gue kok, Pit. Kan masa depan gue elo," ucap Piter menaik turunkan alisnya.
"Gombalan lo tuh receh banget sih," sahut Pitaloka.
"Meskipun receh dari hati itu."
"Pretttt... "
"Yeh, gak percaya. Apa perlu kanda menyayat nadi kanda di depan adinda?"
"Pftttt.... " Pitaloka menahan tawanya.
"Jijik tahu Pit. Masa Kanda-Adinda," ucap Pitaloka lalu tertawa keras.
Piter tertegun, menatap kekasihnya tertawa lepas. Hal itu membuat Pitaloka tersadar. Dan tangan jahilnya mencubit lengan Piter.
"Aw.... Sakit Pit," ucap Piter mengusap lengannya.
"Lagian liatinya biasa aja dong," ucap Pitaloka seraya duduk di atas rumput di halaman rumahnya.
Piter tersenyum, lalu ikut duduk di sebelah Pitaloka. Keduanya duduk sejajar menatap langit malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jupi Story ✔
Teen FictionJupiter Auriga Semesta, sangat senang ketika ia kembali bertemu dengan Cinta pertamanya. ketua Osis SMA Galaksi itu tidak akan (lagi) melepas perempuan yang sama sekli tidak bisa di lupakan. "Pitaloka, selamanya lo akan tetap sama gue! selamanya!!"...