40 || Akhirnya Sah

613 87 6
                                    

Arga menatap tampilan tubuhnya di depan cermin. Lalu dari belakang Luna datang mengenakan dress berwarna hitam. Ia sangat cantik. "Kamu yakin? Gak pa-pa kalau Papi nikah lagi?" ucap Arga meyakinkan anaknya.

"Kenapa? Papi ragu dengan keputusan aku?" tanya Luna merapihkan dress yang ia kenakan.

"Bukannya begitu, Papi takut sampai sana nanti kamu berubah pikiran. Kan jadi memalukan," ucap Arga merapihkan jasnya.

"Papi jangan khawatir deh. Luna gak akan berubah pikiran. Karena tekat Luna sudah bulat." Luna menatap Papinya. Arga tersenyum, lalu memeluk putrinya.

"Terimakasih sayang, Papi menyayangi mu," ucap Arga.

"Luna juga sayang sama Papi," balas Luna. "Ayo Pi sekarang kita berangkat nanti kemalaman lagi," ajak Luna mengandeng tangan Papinya.

***

Pitaloka hanya diam di dalam kamarnya. Kejadian beberapa hari lalu masih saja berbekas di ingatannya. Sekarang, ia tidak lagi bertemu dengan Piter. Bahkan ketika di sekolah pun. Ia tidak menemukan Piter. Entah kemana lelaki itu. Ia hilang bak di telan bumi.

Pintu kamarnya terbuka, menampilkan sosok Mamanya. Mamanya duduk di sebelah Pitaloka. Seraya membelai rambut anaknya.

"Kamu kenapa sih? Dari kemarin diem aja?" ucap Agnes, Mama Pitaloka.

"Pita.... Gak pa-pa kok Ma. Cuma lagi gak mood aja," jawab Pitaloka tersenyum tipis.

"Mama itu kenal loh sama kamu. Dari kecil Mama yang jaga kamu, ngerawat kamu. Jadi Mama jelas tau apa yang kamu rasakan sekarang," ucap Agnes ia menghentikan ucapannya sebentar. "Gak mau cerita sama Mama?" sambungnya.

'Huft' terdengar helaan nafas dari bibir Pitaloka. Agnes mengerutkan keningnya. Ia semakin yakin, kalau Pitaloka sedang tidak baik-baik saja.

"Pita yakin, Pita... "

"Piter?" tebak Agnes, Agnes juga memotong ucapannya Pitaloka.

Seketika wajah Pitaloka berubah menjadi murung. "Emang Pita gak Pantes buat Piter ya, Ma?"

"Maafkan Mama. Ini semua kesalahan Mama. Kalau Mama dulu gak berbuat ulah. Pasti kamu gak akan seperi ini. Kamu ikhlaskan Piter ya? Yakin aja, kalau Piter jodoh kamu. Suatu saat kalian pasti akan bersama," ucap Agnes menenangkan Pitaloka. Pitaloka memeluk Mamanya.

"Makasih, Mama selalu ada buat Pita," ucap Pitaloka lirih dalam dekapan Mamanya.

"Tugas Mama, selain Mama menjadi Mama buat kamu. Mama juga akan menjadi Papa buat kamu," balas Agnes.

Tok..... Tok... Tok...

Terdengar suara ketukan pintu rumahnya. Pitaloka melepaskan pelukannya. Lalu keduanya saling menatap. "Siapa Ma?" ucap Pitaloka.

Agnes menggelengkan kepalanya. Pertanda ia tidak tau. "Kalau gitu, biar Pita aja Ma, yang buka... "

Agnes mengangguk. Lalu Pitaloka berjalan keluar kamar dan membuka pintu rumah. Setelah pintu terbuka. Ia tersenyum senang, lalu memeluk tubuh seseorang itu.

"Pita kangen sama Papa... " ucap Pitaloka manja.

"Papa juga kangen sama Pita," balas Papanya memeluk tubuh Pitaloka.

"Pita... Siapa yang.....datang?" ucap Agnes kaget. "Mas Arga?" ucap Agnes setelah menormalkan keterkejutannya.

"Hai Agnes," ucap Arga seraya tersenyum.

Luna menarik lengan Pitaloka. Lalu membisikkan sesuatu. Pitaloka menganggukkan kepalanya pertanda ia mengerti dengan apa yang di katakan oleh Luna.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang