41|| Akhir Dari Segalanya (END)

904 107 17
                                    

Pitaloka berjalan menuju ruang makan. Penampilannya sudah rapih. Ia sudah mengenakan baju seragam sekolahnya. Setelah beberapa hari libur. Karena jadwal kelas 12 yang ujian nasional.

Pitaloka tersenyum senang. Karena sekarang keluarganya sudah lengkap. Di tambah lagi, Mamanya yang tengah mengandung adiknya. Membuat Pitaloka bertambah senang.

"Selamat pagi," sapa Pitaloka menarik kursi meja makan.

"Pagi sayang... " jawab Arga dan Agnes.

Pitaloka melihat kanan dan kiri mencari keberadaan Luna. "Luna mana Ma?"

"Ets... Kakak," ucap Agnes menegur Pitaloka. Pitaloka menepuk jidatnya.

"Maaf Ma, Pita lupa. Udah kebiasaan soalnya," ucap Pitaloka dengan cengiran khasnya.

"Luna udah berangkat duluan. Kan sekarang acara kelulusan. Kamu lupa?" ucap Agnes.

"Duh kan, Pita lupa lagi," ucap Pitaloka ia bergegas menenggak susu yang baru saja di tuangkan oleh Mamanya.

"Pita berangkat dulu, assalamualaikum Ma, Pa," ucap Pitaloka seraya berlari.

Agnes hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan tingkah putrinya.

***

Di sekolah, sudah ramai. Pitaloka berjalan menembus keramaian tersebut. Semua murid kelas 12 tengah berdiri di depan papan pengumuman. Mereka melihat hasil kelulusan mereka.

Pitaloka lewat sembari mencari seseorang.  Seseorang yang tidak pernah ia lihat. Sejak 5 bulan lalu, ia memang tidak pernah melihat Piter. Lelaki itu selalu menghindari dirinya.

Pitaloka mengedarkan pandangannya. Mencari Piter. Dimana lelaki itu berada. Ia terus mencari hingga pandangannya tertuju pada seseorang yang ia cari. Pitaloka tersenyum lalu berjalan ke arah lelaki itu.

Saat lelaki itu sudah tau keberadaannya. Lantas lelaki itu menghindar lagi. Pitaloka tidak mau kalah, ia harus mengejar Piter. Dan akhirnya dia mengejar Piter yang menembus keramaian.

"Piter!" teriak Pitaloka di tengah koridor. Langkah Piter terhenti, kesempatan itu di gunakan Pitaloka untuk memeluk Piter dari belakang.

"Jangan pergi...,"

Aktivitas di koridor yang tadinya ramai kini berhenti. Mereka semua menatap ke arah Piter dan Pitaloka.

"Pit...."

"Gue kangen! Jangan di lepas!" seru Pitaloka memotong ucapan Piter.

"Malu Pita! Jangan kek anak kecil!" bentak Piter. Perlahan Pitaloka mulai melepaskan tangannya yang merengkuh tubuh Piter.

Gadis itu berjalan mundur kebelakang, kedua matanya menatap lurus ke depan. Menatap Piter dan entah sejak kapan air mata itu jatuh di pipinya.

"Hiks.... Gue emang cewek gak tau malu. Cewek yang begitu berani meluk 'mantannya' di depan umum!" ucap Pitaloka, berlari meninggalkan koridor sekolah.

"Pita!" teriak Piter, lelaki itu tidak bermaksud menyinggung semua itu.

"Kejar bego!" seru Regan yang entah sejak kapan berdiri di samping Piter.

Piter pun mengejar Pitaloka.

****

Langkah Pitaloka terhenti, gadis itu duduk di rooftop sekolah. Setidaknya hembusan angin menyapu bersih air matanya. Pitaloka berdiri, lalu melebarkan tangannya. Ia mencoba memberi ruang kepada angin agar menyegarkan tubuhnya.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang