24 || Calon Bini

622 86 6
                                    

Regan berjalan melewati Luna dan teman-temannya. Sementara itu, Pitaloka dan Lala tengah bersembunyi, seraya memperhatikan mereka.

"La, lo yakin?" tanya Pitaloka berbisik.

"Sttt.... Diem deh. Gue yakin bisa," ucap Lala. Pitaloka hanya mengangguk, menandakan ia sangat percaya kepada Lala.

Namun, belum juga memulai aksinya. Gadis itu sudah terjatuh di koridor. Tepatnya di depan Luna dan Regan.

"Lala!" teriak Pitaloka lalu berlari menuju Lala.

"Haduh, pantat gue sakit banget ya Allah," gumam Lala memegang pantatnya.

Pitaloka membantu Lala untuk berdiri. Sementara itu, Regan,  Luna dan beberapa teman Luna memperhatikan mereka.

"Lo sih nekad banget. Udah gue bilangin juga!" omel Pitaloka.

"Kalian ngapain di sini?" cetus Regan. Sontak membuat keduanya terdiam, Lala menatap Pitaloka. Agar gadis itu memberikan alasan yang pas.

"Ah... Anu....."

"Ta... Tadi kita di hukum sama Bu Yani. Suruh.... " ucap Pitaloka terhenti, gadis itu mendongak menatap Lala.

"Ngepel," cetus Lala asal.

Mereka mengkerut kan kening.

"Nah, iya. Ngepel koridor maksudnya!" sahut Pitaloka. Mereka mengangguk, seakan paham dengan apa yang di ucapkan oleh Lala dan Pitaloka.

Pitaloka mencubit Lala untuk mengambil alat pel di sampingannya. "Ambil!" perintah Pitaloka dengan kode.

Lala mengambil alat pel. Memberikannya pada Pitaloka. Lalu keduanya mengepel koridor bersama. Regan dan Luna serta teman-teman Luna menatap mereka.

Pandangan Regan jatuh pada gadis mungil dengan wajah pucat di sebelahnya. Luna juga begitu, saat ia mendongak ia melihat Regan yang tangah menatapnya. Keduanya canggung. Lalu mengalihkan pandangan mereka masing-masing.

Tanpa kata, Regan pergi dari hadapan Luna. Sementara Luna mengukir senyum tipis di bibir pucat-nya. Satu yang Luna sadari sekarang. Regan, sudah tidak perduli kepadanya.

****

"Gila! Ini semua gara-gara lo, ya La!" seru Pitaloka mengusap keningnya yang sudah berkeringat.

"Anjir! Kita rajin amat ya. Sampe koridor sekolah kita pel juga," ucap Lala terkekeh.

"Sialan lo. Capek banget gue!" seru Pitaloka mengibas-ngibaskan tanganya ke udara.

"Ah kesel deh. Kenapa tadi gue gak gagal naro kecoa itu!" seru Lala sebal.

Pitaloka meneguk air mineralnya. "Lagian kenapa sih? Lo mau ngerjain Laras?" tanya Pitaloka menatap heran.

Lala berdecak kesal. "Kan gue tadi udah jelasin dodol!"

"Emang?" ucap Pitaloka heran.

Lala mengubah posisi duduknya. Menjadi menghadap ke arah Pitaloka. "Ck! Laras tuh kemarin jalan sama kak Dany. Dan kak Dany bilang dia cuma jalan sama sepupunya! Ya kali sepupu mesra gitu!"

Pitaloka tertawa, gadis itu merangkul bahu sahabatnya.

"Gini deh, gue tanya sekarang. Lo itu udah jadian sama 'kak Dany' lo itu?" tanya Pitaloka menatap Lala penuh tanda tanya.

Secara reflek Lala menggeleng kepalanya.

Dan saat itu juga, Pitaloka tertawa keras. "Terus ngapain lo mau ngerjain Laras?" tanya Pitaloka meminta kejelasan.

"Kan... Kan... Gue... " ucap Lala gugup.

"Cemburu?" cetus Pitaloka memotong ucapan Lala.

Lala diam, lalu mengerutkan bibirnya kesal.   Seketika, Pitaloka tertawa keras.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang