16|| Menyembunyikan

1.2K 153 13
                                    

Pitaloka menatap wajahnya di cermin. Jantungnya berdetak lebih kencang. Gadis itu masih menggunakan baju seragam sekolahnya. Bahkan ia sama sekali belum melepas sepatunya. "Gila! Jantung gue!" ucapnya menggigit bibir bawahnya.

"Ah sialan gue beneran ada rasa sama si kutu kupret," gumamnya.

"Apa yang harus gue lakukan? Ya kali gue jujur sekarang? Bisa-bisa nanti gue diketawain lagi sama dia," ucap Pitaloka masih berdialog sendiri.

"Enggak-enggak gue gak boleh jujur. Bisa-bisa nanti Piter jadi besar kepala."Gadis itu pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Pitaloka tersenyum. Apa yang di lakukan Piter tadi sungguh membuat hatinya berbunga-bunga.

Flashback on

"Piter!" ujar Pitaloka menarik lengan Piter. Saking kerasnya tarikan Pitaloka, hal itu membuat Piter semakin dekat dengan gadis itu. Hembusan nafas mereka beradu, Piter tersenyum matanya sama sekali tidak berkedip begitu juga dengan Pitaloka.

"Pit, kalau lo cemburu sama gue, apa itu artinya lo sayang sama 'gue?"

Pitaloka menatap Piter. Dengan kedua bola mata yang sama sekali tidak berkedip. "Jawab," ucap Piter.

"Menurut lo? Apa gue suka sama lo?" ucap Pitaloka masih dengan posisi sama.

"Eum, iya."

Setelah mendapat jawaban dari Piter. Pitaloka mendorong kening Piter ke belakang. "Gak tuh, percaya diri sekali anda," ucap Pitaloka. Piter mendengus kesal.

"Gitu? Emang ya, cewek tuh punya gengsi yang gede," kata Piter mengusap keningnya. Dalam hati, Pitaloka ingin sekali tertawa. Karena melihat raut wajah Piter yang amat lucu itu.

Namun, ingat. Pitaloka juga sedang menahan dirinya. Piter menjalankan mobilnya. Hening tidak ada pembicaraan. "Kapan coba lo panggil gue sayang, lo cium pipi gue, lo elus-elus gue tiap hari, lo spam chat buat bangunin gue, lo kenalan sama Mami gue, lo---"

"Stop! Diam deh," potong Pitaloka cepat. Piter pun mengatupkan kedua bibirnya.

Pitaloka diam, mengamati jalan raya. Sementara Piter memikirkan ide jahil. "Eh Pit, Luna cantik 'ya," ucap Piter sedikit melirik Pitaloka.

"Luna?"

"Iya. Cewek yang tadi pagi berangkat bareng gue." Piter mulai bercerita.

"Oh," respon Pitaloka singkat.

"Dia teman gue dari kecil loh. Gue, dia, sama Regan. Kita temenan dari kecil."

Tidak ada respon, Pitaloka hanya diam. "Dia itu cantik, pinter, jago masak, suka manja sama gue, dan.... Loh kok turun?" Piter mengejar Pitaloka yang sudah turun dari mobilnya.

"Heh Pita tunggu," panggil Piter sedikit berlari. Pitaloka memutar badannya malas. Kini mereka terhalang oleh gerbang rumah Pitaloka yang hanya sedada orang dewasa.

"Apa?" ucap Pitaloka malas. Perempuan itu juga menampakkan wajah masamnya.

"Lo kok langsung turun gitu aja."

"Ya kan udah sampek." Pitaloka melipat kedua tangannya di dada.

"Kan gue belum selsai ceritanya," ucap Piter memegang ujung atas gerbang pitaloka.

"Gak penting."

Wajah Pitaloka yang sangat masam membuat Piter semakin percaya bahwa Pitaloka cemburu dengan Luna. "Lo cemburu sama Luna?" tanya Piter sekali lagi.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang