17|| Kencan Dadakan.

1.4K 161 10
                                    

Hujan masih belum reda. Gadis bersweater pink itu masih berdiri di teras mini market. Tangannya menjinjing plastik berwarna putih. Rambutnya terlihat lepek karena basah terkena air hujan. "Lo sih Pit! Pakek segala ngelawan ucapan nyokap. Kan jadi gini, kena batunya," ucap gadis itu menyalahkan dirinya sendiri.

Dingin angin begitu menyejukkan. Membuat bulu kuduk berdiri. Bukan, bukan karena ada hantu. Tapi karena hujan yang begitu lebat. Ia memutuskan untuk berhenti sejenak. "Kalau gini terus, kapan selesainya?" ucap Pitaloka menghembuskan nafasnya kasar.

Sebuah mobil sedang berwarna hitam berhenti di depan mini market. Awalnya Pitaloka tidak begitu menghiraukan. Namun, saat seorang gadis dengan payung turun dari mobil itu, tertarik untuk menatapnya.

"Tunggu di sini saja pak. Luna cuma sebentar kok." Meski hujan lebat, namun Pitaloka dapat mendengar ucapan gadis itu.

Gadis berwajah pucat itu melangkah. Masuk kedalam minim market. Dan Pitaloka masih mengamati gerak-geriknya. "Loh? Kamu... " ucap gadis itu setelah menatap Pitaloka.

"Gue?"

"Iya, kamu yang kemarin nabrak aku 'kan?" ucap Luna yang masih mengingat-ingat.

"Oh, i.... Iya," jawab Pitaloka sedikit gugup. Sementara Luna mengamati Pitaloka dari atas hingga bawah.

"Aku Luna," ucapnya mengeluarkan tangan kepada Pitaloka. Dengan ragu, Pitaloka membalas jabatan tangan Luna.

"Gue, Pitaloka."

"Hay Pita. Salam kenal, 'ya," ucap Luna seramah mungkin. Pitaloka hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Btw kamu nunggu hujan reda?" tanya Luna.

"Iya. Dari tadi gak reda," jawab Pitaloka mengusap lengannya.

"Eum, gimana nanti bareng aku aja." Luna memberi tawaran kepada Pitaloka.

"Ah, gak usah. Ngerepotin. Lagian kita baru kenal," tolak Pitaloka.

"Gak ngerepotin kok. Dan juga, aku udah lumayan kenal kamu," ucap Luna.

"Ha?"

"Iya. Kamu pacarnya Piter, 'kan? Beberapa kali Piter cerita gitu sama aku," ucap Luna.

Pitaloka diam. "Kalau mau sih. Ayo bareng, aku rasa hujannya gak akan reda. Karena mendung putih." Luna masih mencoba merayu Pitaloka.

Pitaloka menatap awan mendung di depannya. Terlihat jelas, bahwa hujan akan lama redanya. "Gimana? Mau, 'kan?" tanya Luna sekali lagi.

Pitaloka pun menganggukkan kepalanya. "Nah gitu dong. Kalau gitu tunggu sebentar, 'ya. Aku mau kedalam beli sesuatu," ucap Luna lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam mini market.

Setelah beberapa menit. Luna kembali, gadis berwajah pucat itu mengambil payungnya. Sementara Pitaloka berjalan kearah Luna. Mereka pun masuk kedalam mobil Luna.

****

"Ah! Sialan. Main kalah mulu!" seru Piter membanting ponselnya di ranjang.

Piter menatap jendela kamarnya. Hujan di luar sana lumayan deras. Seketika ponsel Piter berbunyi membuat lelaki itu segera mengambil benda persegi panjang itu. Notifikasi dari salah satu grupnya di Line ternyata.

Piter mengerutkan keningnya. Ia melihat Dani mengirimkan beberapa photo. Photo Pitaloka di teras mini market. Namun photo selanjutnya ada wajah Luna di sana. Dan photo terkahir ada Luna dan Pitaloka yang masuk kedalam mobil Luna.

Piter langsung menelfon Dani. "Halo?" Piter menyapa Dani. "Woy! Lo dapet dari mana poto itu?" tanya Piter.

"Gue selsai ngapel ke rumah Lala. Terus gue liat Pitaloka di teras mini market eh taunya Luna datang. Dan keknya Luna nawarin Pita buat ikut bareng dia deh," ucap Dani di seberang sana.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang