Piter berjalan mondar-mandir di depan Dani. Dani yang sedang bermain dengan PSnya pun kesal melihat Piter yang tidak mau diam. "Heh, Jupi! Lo bisa duduk anteng nggk sih?" kesal Dani, kepada Piter.
Piter tak menghiraukan perkataan Dani, lelaki itu masih mondar-mandir dengan otak yang berpikir keras. Merasa tak di hiraukan, Dani melempar Piter dengan bantal sofa di bangkuannya.
Puk
"Anjir!" keluh Piter mengusap wajahnya.
Dani tertawa, membuat Piter meninpukan bantal itu pada Dani. "Makan tuh bantal!" seru Piter kepada Dani.
Piter duduk di sofa, dengan wajah sebalnya. "Lo tuh nggk tahu Dan, gue tuh lagi mikir ini." gerutu Piter kesal.
"Ck, sok mikir." balas Dani memainkan stic PSnya.
Piter membuang muka, malas dengan Dani. "Hay, anak-anak Mama. Nih Mama bawa cemilan buat kalian." suara Sintia membuat Piter dan juga Dani menengok kearah Sintia yang membawa piring.
"Mama buat apa?" tanya Dani berjalan mendekat kearah Sintia.
"Mama buat klepon? Piter tahu klepon nggk?" tanya Sintia. Piter menganggukan kepalanya.
"Yuk, ikut cobain." ajak Sintia membuat Piter berdiri dari tempat duduknya.
Dani dan Piter saling pandang, sedikit meragukan. Terahir kali mereka menoba makanan yang di buat oleh Sintia memiliki rasa yang khas banget. Apa rasanya? Cake rasa garam. Khas bukan?
"Mama ini isinya gulakan? Bukan garam?" tanya Dani menatap Sintia ragu.
Sintia melipat bibirnya, "nggk percaya nih sama Mama?" tanya Sintia dengan raut wajah yang kesal.
"Bu...bukan, gitu Ma." ujar Dani tidak enak.
"Kalau nggk mau, nggk apa. Mama memang bukan Mama yang baik. Yang nggk bisa masak, yang cuma bis-"
"Nih, Dani makan kok." potong Dani cepat sembari mengambil klepon tersebut. Tak lupa lelaki itu menarik baju bagian bawah Piter, agar ikut mencoba.
Piter menyibakan bibirnya, lelaki itu pun mengambil satu klepon yang berada di piring. "Wah, Mama senang. Kalian mau nyobain, gimana enak kan?" tanya Sintia dengan binar di matanya.
Mata Dani melotot, begitu juga denga Piter. Tidak, tidak ada rasa garam. Hanya saja? "Giman enak kan?" tanya Sintia sekali lagi.
"Eum, ini enak banget Ma." jawab Dani, sementara Piter. Wajah lelaki itu memerah, menahan sesuatuh.
Sintia tersenyum, "Piter? Gimana enak kan?" tanya Sintia dengan senyum yang mengembang.
"Eum, enak. Enak banget tante." kata Piter dengan senyum terpaksanya.
"Huaaa, Mama seneng. Nih ya kalian habisin, Mama mau buat makanan lagi. Pokoknya kalian harus cobain!" seru Sintia lalu meninggalkan kedua remaja tersebut.
Sintia pergi, keduanya saling tatap. Denga cepat Piter dan juga Dani berebut gelas di meja. "Gue dulu Dan!" kata Piter menarik gelas.
"Nggk bisa Jup, ini pedes banget!" balas Dani dengan mulut di dower-dowerkan.
"Gue mau mati ini Dan, pedes banget! Lo tahu gue nggk suka pedes." omel Piter masih dengan Gelas yang ia kuasai.
"Gue juga goblok! Gue nggk suka pedes!" seru Dani, merebut gelas lagi.
"Bentar Dan," kata Piter. Karna tidak sabaran, Dani merebut teko berisikan jus jeruk lalu meneguknya.
"Woy, sat! Gila lo!" seru Piter, menghalangi Dani untuk meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jupi Story ✔
Teen FictionJupiter Auriga Semesta, sangat senang ketika ia kembali bertemu dengan Cinta pertamanya. ketua Osis SMA Galaksi itu tidak akan (lagi) melepas perempuan yang sama sekli tidak bisa di lupakan. "Pitaloka, selamanya lo akan tetap sama gue! selamanya!!"...