35|| Jangan Pergi

515 89 8
                                    

"Lo jadi pulang sama Kak Regan?" tanya Lala ketika keduanya berjalan di koridor sekolah.

"Jadi. Sesuai rencana lah," ucap Pitaloka. Pandangan Pitaloka teralih ke dua pasangan di ujung koridor.

"Lo yakin? Kak Piter udah lupain lo?" tanya Lala yang sedari tadi memperhatikan Pitaloka.

"Gue yakin. Kan lo tay sendiri, kalau Luna itu cantik banget. Jadi ya kali Piter gak mau sama dia," ucap Pitaloka

"Ya siapa tau. Lagian Pit, namanya cinta itu gak mandang rupa, fisik, atau apapun itu. Jadi gue rasa Kak Piter masih punya perasaan yang sama ke lo," ucap Lala.

"Gue gak bisa berharap lebih. Karena gue gak mau, gue sakit karena rasa yang gue ciptakan sendiri. Gue gak mau La," ucap Pitaloka menatap keduanya.

"Oke. Gue paham dengan pemikiran lo. Moga aja, Luna sama Kak Piter gak jadi tunangan," ucap Lala.

"Hustt.... Gak boleh gitu," ucap Pitaloka seraya menyenggol lengan Lala.

"Ya elah, aamiin kek, biar doa gue terkabul," ucap Lala dengan geramnya.

Mereka terus berjalan sampai di parkiran. Pitaloka berjalan menghampiri Regan. "Maaf Kak, gue lama. Tadi Lala ngajak ghibah dulu nih."

Regan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar cewek!" ucap Regan seraya menyerahkan helm kepada Pitaloka.

Pitaloka menerima helm tersebut. Namun, saat ia memasukkan kepalanya ke dalam helm dia mengingat sesuatu.

"Duh, mampus gue. Buku MIPA gue ketinggalan di laci. Mana besok ada kuis," gumam Pitaloka. Di dengar oleh Regan.


Regan mengerutkan keningnya. "Kalau gitu, ambil aja buku lo. Mumpung masih di sini."

Pitaloka melepas kembali helm di kepalanya. Lalu gadis itu berlari menuju kelasnya. Di tengah jalan ia menabrak seseorang. Pandangan mereka bertemu.

"Sorry, gak sengaja," ucap Pitaloka begitu saja. Lalu, gadis itu pergi meninggalkan seseorang itu.

Piter hanya tersenyum masam mendengar ucapan Pitaloka. Tadi, memang sengaja ia menabrak Pitaloka. Namun, sepertinya gadis itu sudah tidak mau berhubungan lagi dengannya. Makanya ia menjadi dingin seperti itu kepadanya.

"Gue kangen, sama lo Pit," gumam Piter lirih.

****

Pitaloka bernafas lega, begitu ia mendapatkan kembali bukunya. Gadis itu, memasukan buku kedalam tas ransel miliknya. Ia lalu berjalan keluar kelas. Saat tengah menyusuri koridor sekolah. Ia melihat Vini dan kedua temannya yang sedang menyeret seorang gadis.

Pitaloka mengerutkan keningnya. "Itu si ulet bulu lagi ngapain? Apa jangan-jangan dia lagi... "

Pitaloka segera bersembunyi. Ketika ia tau bahwa Vini dan teman-temannya akan berjalan melintas di depannya. Kedua mata Pitaloka melebar, ketika ia tau siapa yang tengah di seret oleh kedua teman Vini. Ya, siapa lagi kalau bukan Luna.

"Njir, ngeri banget tuh orang. Kenapa Luna di seret-seret gitu. Gue gak bisa biarin," gumam Pitaloka. Namun, seketika pikirannya berubah.

"Kenapa juga gue nolongin Luna? Dia kan.... Ah! Gak boleh gitu Pit, lo harus nolongin Luna. Sejahat apapun Luna sama lo," ucap Pitaloka. Gadis itu mengirim pesan kepada Regan dan Piter.

Sementara Pitaloka, mengikuti kemana Vini membawa Luna.


****

Piter menghidupkan mesin mobilnya. Begitu ia mendapatkan sebuah pesan dari Luna. Ya, baru saja Luna mengirimkan pesan kepada Piter agar lelaki itu pulang saja lebih dulu. Akhirnya Piter pun, menghidupkan mesin mobilnya.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang