18||Batal

1.2K 163 13
                                    

Pitaloka membuka pintu rumahnya. Terlihat sang Mama sedang duduk di sofa. "Kan Mama udah kata, jangan keluar. Tapi malah ngeyel, jadi basah kan."

Pitaloka menghembuskan nafasnya. Lalu melepas sweater yang ia kenakan. "Iya Ma. Keknya Pita kualat sama Mama deh," ucap Pita sebelum akhirnya ia bersin.

"Kan jadi bersin-bersin. Mandi sana," ucap Mama Pitaloka khawatir.

"Iya Ma. Pita ke kamar dulu," ucap Pita Lalu berjalan menuju kamarnya. Pita menggosok hidungnya. Sepertinya air hujan yang sedikit mengguyur tubuhnya. Tapi mampu membuat hidung gatal serta bersin-bersin.

Sampai di kamar. Pitaloka menatap wajahnya do cermin. "Huft, kenapa jadi merah gini hidung gue." Perempuan itu menggosokkan hidung.

"Mandi ah," gumamnya lalu masuk kedalam kamar mandi.

***

"Jupi! Balikin charger ponsel gue!" teriak seorang perempuan dari luar kamar Piter. Seraya menggedor-gedor pintu kamar Piter.

Sementara itu seorang lelaki dengan earphone yang menyumbat telinganya. Lelaki itu sedang menikmati musik, dengan volume tinggi. Lelaki itu juga sedang memilih baju untuk di kenakan nanti. Ia sama sekali tidak mendengar gedoran pintu kamarnya.

"Jupi!" teriak perempuan itu lagi. "Astagfirullah nih anak kemana," sambungnya.

"Jupiter Auriga Semesta!" teriaknya lebih kencang, bahkan suaranya sampai parau.

"Astagfirullah, ini kenapa kak? Kok sampek teriak-teriak. Dari dapur kedengaran loh," sahut seorang wanita paruh baya di belakangnya.

"Ah Mami, Jupi rese! Masa charger ponsel Gemi gak di balikin." Perempuan itu mengadu, kepada Maminya.

"Huft, pusing Mami urusin kalian." Wanita parah baya itu memegang kepalanya pusing. "Bentar, Mami cari kunci cadangan kamar Piter dulu," sambung Diva.

"Lah? Ada kunci cadangan?" gumam Gemi tertegun, menatap Diva yang berjalan melewati dirinya.

Diva pergi. Tak berapa lama, Diva datang membawa kunci cadangan. "Kenapa Mami gak bilang ada kunci cadangan?" ucap Gemi.

"Emang kakak tanya ke Mami?" Gemi menggelengkan kepalanya lalu menghembuskan nafas kasarnya.

"Padahal suara Gemi udah parau gini. Eh malah ada kunci cadangannya," ucap Gemi seraya membuka pintu kamar Piter dengan kunci yang di berikan oleh Diva.

Pintu terbuka. Gemi melebarkan mata begitu melihat sang adik tengah mengobrak-abrik isi lemari. Dengan earphone yang menyumpal kepada kedua telinganya.

"Astagfirullah, pantes teriakan gue gak di dengerin!" seru Gemi menaruh kedua tangannya di pinggang.

Gemi berjalan kearah Piter. Lalu menarik paksa kabel earphone Piter. "Bagus! Suara gue udh mau habis tapi malah yang di teriakin pakek ginian," omel Gemi.

"Lah? Kok lo bisa masuk sih?" ucap Piter heran.

"Kenapa?! Heran?" ucap Gemi menaikkan satu oktaf suaranya.

"Ck, padahal sengaja gue kunci supaya gak denger suara bising lo!" balas Piter memutar bola matanya malas.

"Njir, adik durhaka lo!" seru Gemi tidak terima.

"Lo ngapain sih ke kamar gue?" ucap Piter tidak suka.

"Jangan ke pedean dulu ya! Gue tuh ke sini mau ambil charger ponsel gue. Mana sini balikin!" ucap Gemi sedikit ngegas.

"Elah ketimbang charger ponsel aja ribet amat. Besok gue minta Papi buat beli pabriknya sekalian," balas Piter seraya memberikan charger ponsel Gemi.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang