Cuaca pagi, sangat terik. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan. Seperti halnya sebuah angkot dengan warna biru, suasana panas dan pengap sangat terasa.
Mobil berhenti, setelah merasakan ada yang aneh pada roda sebalah kanan, belakang. Pitaloka mengusap keningnya yang terhantam kaca angkot.
"Hati-hati dong pak!" teriak orang di sebalah Pitaloka.
"Maaf-maaf," ujar sang supir angkot sembari keluar dari dalam angkot.
Gadis dengan rambut di kuncir dua itu memeluk buku yang ada di dalam dekapannya. Keringat menetes membasahi pelipisnya, jam masih pagi, namun karna matahari begitu terik, di tambah dengan suasa angkot yang begitu pengap membuat Pitaloka merasa gerah.
"Haduh, maaf nih bapak-bapak, ibu-ibu, adek-adek. Bannya pecah!" kata supir angkot.
"Kalian turun sini ya," sambung supir angkot.
"Huhhh...."
Banyak yang mengeluh, banyak juga yang kesal kepada sang supir angkot. Begitu juga Pitaloka. Nampaknya perempuan itu juga sangat kesal.
"Mana jam pertama pelajaran Bu Nunung lagi! Bisa mati gue!" rutuk Pitaloka sembari menatap jam tangannya.
Pitaloka terus berjalan di trotoar, sinar matahari yang begitu terik tidak ia hiraukan. "Sial! Kenapa gini sih!" gumam Pitaloka, masih dengan merutuki dirinya sendiri.
Sebuah kendaraan berhenti di sebalah Pitaloka. Membuat gadis itu menghentikan langkahnya. "Kak Regan?" ujar Pita begitu melihat Regan berhenti di sebelahnya.
"Ngapain?" tanya Regan dengan sorot mata tajamnya.
Pitaloka terpaku, menatap sorot mata tersebut. "Eum, jalan kaki kan mau ke sekolah." jawab Pitaloka dengan tangan yang meremas rok abu-abunya.
"Jalan kaki?"
"Iya soalnya angkot yang tadi gue naikin bannya bocor." jelas Pitaloka. Regan mengangguk, lelaki itu melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.
"10 menit lagi bel masuk bunyi, lo mau ikut gue atau tetap jalan kaki." tawar Regan kepada Pitaloka.
"Emang kalau gue ikut kakak, nggk pa-pa?" tanya Pitaloka, berharap kepada Regan.
"Nggk pa-pa, ya udah naik!" perintah Regan, Pitaloka pun naik keatas motor Regan.
Regan melajukan motornya dengan kecepatan sedang, Pitaloka hanya mampu menganggap ujung jaket milik Regan. Tak berapa lama, mereka sampai di halaman sekolah.
Parkiran sekolah ramai, di tambah banyak sekali siswa/siswi yang hanya sekedar nongkrong di parkiran.
Regan menghentikan motornya, Pitaloka turun dari motor Regan. "Makasih kak!" ujar Pitaloka sembari mengulas senyum.
"Hm!" jawab Regan singkat.
Pitaloka tersenyum masam, lantas perempuan itu pun pergi dari hadapan Regan. Setelah Pitaloka pergi, Piter dan juga Dani yang sedari tadi melihat kearah mereka pun menghampiri Regan yang sedang kesusahan membuka helemnya.
"Tega lo Gan, punya adek sendiri di embat!" cibir Piter.
Regan yang baru saja berhasil membuka helemnya pun menatap aneh kearah Piter, "maksud lo apaan Jupi!" ujar Regan.
"Lah itu lo bonceng calon istri gue," kata Piter dengan tampang melasnya.
Regan berdecak kesal, "gue bonceng Pitaloka karna angkot yang dia naikin bannya bocor!" jelas Regan dengan raut wajahnya yang kesal.
"Yah, harusnya tadi gue yang bonceng dia," sesal Piter melipat bibirnya.
Dani menggelengkan kepalanya, lelaki itu merangkul bahu Regan dan juga Piter. "Ke kelas aja yuk!" ajak Dani.
Piter melirik Dani, " gue belum ngerjain PR." sambung Dani di iringi dengan cengiran khasnya.
"Jah, dasar bocah!" ujar Piter lalu berjalan lebih dulu, setelah itu di susul oleh Regan.
"Woy! Kenapa jadi gue yang di tinggalin!" seru Dani lalu berlari menyusul kedua sahabatnya.
****
"Pit? Lo mau ikut lomba solo song nggk?" Pitaloka menatap perempuan berbandana kuning di depannya.
"Solo song? Kapan?" tanya Pitaloka.
"Lo nggk tau? Kan beberapa hari lagi akan ada lomba solo song!" ujar Lala dengan menopang dagunya.
"Daftar dimana?" tanya Pitaloka.
"Lo tau kak Tania? Itu senior kita yang dandannya kayak tante-tante?"
"Tania? Nggk tau!" jawab Pitaloka
"CK, tapi lo beneran mau ikut?" tanya Lala memastikan.
"Iya La, gue lagi butuh duit. Buat bayar SPP. Kalau minta Mama kasihan." ungkap Pitaloka kepada Lala.
Lala menatap Pitaloka iba, Lala sangat mengenal Pitaloka. Bahkan keluarga Pitaloka Lala juga mengenalnya, sedari dulu Pitaloka bukan tipekal orang yang meminta ini itu kepada Mamanya, apalagi Lala tau jika Mama Pitaloka hanya sebagai OB di sebuah kantor.
"La? Jadi nanti bisa temenin gue daftar?" tanya Pitaloka membuyarkan lamunan Lala.
"Oke, nanti jam istirahat gue temenin deh!" balas Lala sembari tersenyum, Pitaloka hanya membalas ucapan Lala dengan senyuman.
***
Regan menyandarkan kepalanya pada meja. Iris mata berwarna birunya mulai tertutup. Kelas terasa sangat sunyi, jam istirahat di gunakan para penghuni kelas untuk mengisi perut mereka.
Tapi tidak dengan Regan, lelaki itu malah tertidur di kelas.
"Ini kelasnya La?"
"Iya Pit, tapi kayaknya pada ke kantin deh!" seru Lala menatap kedalam kelas.
Regan mengernyitkan keningnya, ketika mendengar suara itu. "Ya udah yuk ke Kantin aja." ajak Lala menarik tangan Pitaloka.
Pitaloka menatap kedalam kelas, perempuan itu melihat ada Regan di dalam kelas. "Eh La, lo ke kantin sendiri ya. Gue ada urusan bentar!" ujar Pitaloka.
"Urusan apaan? Ya udah deh kalau gitu. Gue laper soalnya." jawab Lala lalu pergi dari hadapan Pitaloka.
Lala sudah pergi, Pitaloka pun masuk kedalam kelas Regan. Pandangan mereka bertemu, membuat Pitaloka salah tingkah.
"Ngapain lo?" tanya Regan dengan wajah tidak sukanya.
"Eum, maaf kak nggk jadi. Gue menganggu tidur lo kayaknya." kata Pitaloka.
"Tunggu!" Pitaloka berhenti di ambang pintu, perempuan itu berdiri kaku.
Suara gesekan kursi dan lantai membuat Pitaloka tak berani untuk menengok ke belakang. "Nih buat lo!" ujar Regan memberikan sebatang coklat untuk Pitaloka.
Pitaloka terdiam, menatapi Regan dengan tatapan bingung. "Coklat?" kata Pitaloka.
"Iya, terima aja nggk usah banyak tanya!" ujar Regan lalu kembali duduk di tempat duduknya.
Pitaloka menatap Regan dan coklat itu secara bergantian. "Eum, makasih kak!" ucap Pitaloka lalu pergi dari hadapan Regan.
Regan terdiam, lelaki itu mengambil sebuah gelang dalam saku celananya gelang bertuliskan nama Laluna Ranisya. Coklat yang di berikan tadi adalah coklat yang seharusnya ia berikan untuk Luna.
Namun, sepertinya Luna tidak akan mau menerima coklat itu. Hati Luna sudah tersakiti oleh sikap Regan.
"Maafkan aku Lun.."
•••••
Vote + comment
Semakin banyak comment
Semakin cepat update.Follow ig aku
@mya.ng04Follow aku wattpad ku
Juga.Maafkuen TYPO!
Mayang😎
20 Januari 2020
❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Jupi Story ✔
Teen FictionJupiter Auriga Semesta, sangat senang ketika ia kembali bertemu dengan Cinta pertamanya. ketua Osis SMA Galaksi itu tidak akan (lagi) melepas perempuan yang sama sekli tidak bisa di lupakan. "Pitaloka, selamanya lo akan tetap sama gue! selamanya!!"...