19|| Berdua

1.2K 156 10
                                    

Pitaloka mendongakkan wajahnya menatap wajah Piter. Lalu mengecup bibir Piter. Setelah itu keduanya diam. Piter kaget. Sementara Pitaloka merutuki dirinya yang terlampau bodoh.

'Gila, bodoh banget lo Pit!"

Pitaloka diam, lalu menyembunyikan wajahnya di dada Piter. Dan mencoba untuk menutup kedua matanya, untuk melupakan hal bodoh yang baru saja ia lakukan.

***

"Istirahat, gue sayang lo," lirih Piter mencium puncak kepala Pitaloka.

Pitaloka diam, perempuan itu semakin mengeratkan pelukannya. Bahkan ia menyembunyikan pipi merahnya kedalam dada Piter. Keduanya terdiam, keadaan menjadi hening begitu saja. Mata keduanya enggan terpejam.

"Tidur," perintah Piter ketika masih melihat pancaran mata Pitaloka.

"Gak ngantuk," jawab Pitaloka dengan suara parau.

"Lo masih sakit." Pinter menatap mata Pitaloka membuat Pitaloka salah tingkah.

"Tapi gue gak ngantuk." Pitaloka membalas tatapan mata Piter.

"Mau gue tidurin?" ucap Piter dengan nada yang menggoda. Pitaloka diam, tidak menjawab apa-apa.

"Diam tandanya iya," ucap Piter lagi.

Cup!

Piter mengecup bibir Pitaloka. Tidak bukan hanya mengecup, namun juga melumati bibir ranum itu. Beberapa detik kemudian, Pitaloka membalas ciuman bibir Piter.

Keduanya butuh oksigen. Dan mereka pun melepas kedua bibir mereka. Muka Pitaloka semakin memerah. Sementara Piter biasa saja. Lelaki itu menarik dagu Pita, dan mengusap bibir Pita yang sedikit bengkak.

"Maaf," ucap Piter. Pitaloka diam, tidak bersuara. Setelah itu, Piter memeluk kembali tubuh Pita. Membawanya kedalam alam mimpi.

***

Diva sedang menyiapkan makanan. Qanita paruh baya itu nampak asyik dengan tatanan makanan di meja makan. Dengan telaten juga ia menuangkan susu kedalam tiap-tiap gelas. Diva kaget, begitu merasakan sesuatu lengan melingkar di pinggangnya.

"Aku kira siapa Mas," ucap Diva. Angkasa hanya diam, menaruh dagunya pada bahu Diva.

"Kangen," bisik Angkasa. Diva gemas, lalu mencubit pinggang suaminya.

"Sok belaga ngomong kangen? Tiap hari ketemu, biar apa? Ngomong kek gitu? Biar di kira masih bocah SMA?" ucap Diva, Angkasa hanya tertawa mendengar celotehan istrinya.

"Iya, kitakan masih anak SMA, yangg..." sahut Angkasa menjahili Diva. Meskipun sudah berumah tangga lebih dari 30 tahun. Angkasa masih sama, masih suka jahil kepada Diva. Bahkan hobi Angkasa juga masih sama, yaitu, melihat wajah merah kesal istrinya.

"Bagus ya, pagi-pagi usah pacaran," sindir Piter menatap kedua orang tuanya.

Angkasa mendengus kesal.

Si bontot ini memang selalu menganggu waktunya dengan Diva. "Adek udah siap?" tanya Diva menatap Piter dengan setelan baju seragamnya. Lengkap dengan sepatu serta tas selempang nya.

"Iyalah, Piter udah ganteng gini," jawab Piter percaya diri.

"Heh ingat kamu. Kalau bukan karena bibit Papi yang unggul, kamu gak akan ganteng ya!" ucap Angkasa, membuat Piter tertawa.

"Ye, bukannya Piter lebih mirip Mami. Banyak yang bilang gitu. Itu tandanya Piter anak Mami, bukan Papi wleee..." balas Piter menjulurkan lidahnya kearah Angkasa.

"He, yang nabur benih siapa?" sahut Angkasa tidak mau kalah. piter akan menjawab ucapan Angkasa. Namun, secepat mungkin Diva melerai keduanya.

"Udah deh. Mending makan aja! Piter makan. Kamu mau sekolah kan!" seru Diva. Dan mau tidak mau adu mulut pagi ini harus berakhir.

Jupi Story ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang