Pagi ini, seperti biasanya Pitaloka sedang bersiap siap di kamarnya. Setelah kejadian Mos kemarin, dirinya menjadi perbincangan para murid SMA Galaksi. Dan ini semua gara gara Piter, cowok sinting itu. Dulu ketika SMP Pitaloka sekolah di sekolah yang sama dengan Piter.
Dan entah bagiamana caranya, Piter menyukainya. Pitaloka sempat terganggu dengan kehadian Piter. Bagaiman tidak? Hampir setiap hari Piter mengikuti dirinya..
Pitaloka menatap dirinya di cermin, banyak yang bilang bahwa diri nya cantik? Perasaan biasa saja? Setelah selsai memasang bandananya, Pitaloka keluar dari kamarnya.
Di bawah, sudah ada Mamanya yang sedang menyiapkan sarapan. "Pagi Mama...!" seru Pitaloka memeluk Mamanya.
Wanit paruh baya itu, mengulas senyum. "Pagi sayang!" balas sang Mama sembari mencium kening Pitaloka.
"Ayo kita sarapan dulu, kamu harus makan yang banyak. Biar semangat belajarnya!" ucap Mama Pitaloka.
Pitaloka tersenyum, mau bagaimana pun Mamanya adalah hal yang ia punya saat ini. Mamanya bisa menjadi bidadari, dan juga superhero untuk nya.
Saat akan menyendokan sesuap nasi goreng. Pintu rumah Pitaloka di ketuk dengan keras.
"Heh janda gatel! Keluar lo!" suara itu, terdengar. Mama Pitaloka akan bangkit, namun? "Ma?" cegah Pitaloka menganggam tangan Mamanya.
"Udah kamu sarapan aja ya, biar Mama yang hadapin!" ujar Mama Pitaloka lembut sembari mengelus pelipis Pitaloka.
Pitaloka menatap iba Mamanya. hampir setiap pagi, pasti ada saja orang yang datang untuk sekedar mencaci maki Mamanya. Pitaloka percaya pada Mamanya. Mamanya tidak mungkin mau, menjadi simpanan suami orang.
Bahkan pria-pria di luar sana lah, yang mengoda Mamanya. Pitaloka tidak bisa menghabiskan sarapanya. Perempuan itu bangkit, dan berjalan menuju pintu utama.
Mata Pitaloka terbelak, ketika melihat Mamanya yang di tampar oleh salah satu wanita di depannya. "Dasar janda gatel, bisa nya gangguin suami orang!" cibir wanita itu.
Pitaloka pun mendekat kearah Mamanya. Dan ia memeluk Mamanya. "Mama saya bukan simpanan suami kalian! Tapi suami kalian sendiri yang mengoda Mama saya!" kata Pitaloka penuh emosi.
"Oh jadi ini anak nya? Haduh Jeng, anak nya aja nggk di ajarin sopan santun. Pasti gedenya jadi kayak Mamanya ini!" cibir salah satu dari mereka.
"Jaga bicara anda! Saya bisa sopan dengan orang orang yang sopan terhadap saya dan keluarga saya!" ujar Pitaloka penuh emosi.
"Pit..." tegur Mamanya.
"Biarin Ma, sesekali kita harus lawan mulut mulut mereka!" seru Pitaloka.
"Udah Jeng, mending kita pergi aja nggk baik disini!" balas salah satu dari mereka.
Terhitung ada 3 orang ibu ibu yang mendatangi Rumah Pitaloka pagi ini. Mereka semua sudah pergi. Pitaloka masih memeluk tubuh Mamanya yang terasa bergetar. Pitaloka menatap para tetangga yang berkumpul di depan gerbang rumahnya.
"BUBAR, BUBAR!" usir Pitaloka, membuat para tentangga nya berbisik bisik sembari mencibir dan pergi dari depan rumahnya.
Sedikit lebih tenang, Mama Pitaloka pun melepas pelukannya. "Sayang, kamu berangkat sekolah ya? Nanti kamu terlambat!" pinta Mama Pitaloka kepada Pitaloka.
"Tapi? Mama" kata Pitaloka.
"Mama udah nggk pa pa, kamu berangkat ya. Ini uang jajan mu!" ujar Mama Pitaloka memberi uang 20 ribu kepada Pitaloka.
"Mama juga mau berangkat kerja!" kata Mama Pitaloka sembari mencium kening Pitaloka.
Pitaloka masuk kedalam untuk mengambil tas yang tertunggal di ruang makan. Perempuan bersweeter hitam itu mencium tangan Mamanya.
"Assalamualaikum Ma, Mama hati hati." ucap Pitaloka memberi salam.
"Kamu juga hati hati ya Nak." ujar Mama Pitaloka.
Pitaloka pun pergi dari rumahnya. Meninggal kan Mamanya. Wanita paruh baya itu masih berdiri di ambang pintu, menatap punggu kecil yang semakin menjauh.
"Mama akan bertahan untuk kamu Nak..." lirih Mama Pitaloka.
****
Pitaloka memberikan uang 2 ribu rupiah untuk tukang angkot. Matahari pagi menyinari wajahnya. Perempuan itu akan menyebrang jalan, karna memang SMA Galaksi berada di seberang Halte.
Setelah memastikan, tidak ada kendaraan yang melintas. Pitaloka menyebrang jalan. Tepat saat akan masuk kedalam sekolahnya.
Tin.....tin.....tin....
Suara klakson motor membuat Pitaloka kaget dan terjatuh di tanah. "Shhh, sakit!" rintih Pitaloka, perempuan itu melihat ada luka di kedua lutut serta telapak tangannya.
Dengan tergesa, pengendara motor yang memakai seragam yang sama seperti dirinya melepas helem yang menepel pada kepalanya. "Pitaloka sayang! Maaf abang Piter nggk sengaja!" ucap Piter yang ternyata pengendara motor tersebut.
"Ya ampun, lutut lo!" panik Piter panik.
"Kita bawa ke rumah sakit? ICU? Atau ruang oprasi?" ujar Piter masih panik.
"Apaan sih lo! Lebay deh!" sergah Pitaloka sembari berdiri.
Memang benar, rasa perih masih di rasakan oleh Pitaloka. Tapi perempuan keras kepala itu tetap berjalan meninggal kan Piter.
"Pak Mamat! Bawa motor saya ke parkiran nanti saya bagi nomor telepon mbak Yeyen!" kata Piter kepada Satpam sekolah.
"Weh? Tenan Mas?" tukas pak Mamat yang sedang membaca koran.
"Iya cepet ini kunci nya!" Piter memberikan kunci motornya pada Pak Mamat.
Piter sedikit berlari untuk menyamakan langkahnya dengan Pitaloka. Tanpa aba aba, Piter mengendong tubuh Pitaloka, membuat perempuan itu terpikek kaget.
"Piter turunin gue!" seru Pitaloka, memukul bahu Piter.
"Enggk sayang, kaki lo benar benar berdarah. Nanti luka nya makin lebar!" ujar Piter posesif.
Mereka menjadi pusat perhatian, di koridor utama SMA Galaksi. Piter benar benar menyebalkan! Lihat lah, semua orang menatap mereka dengan tatapan tidak relanya.
"Piter! Turunin gue!" kekeh Pitaloka masih memukul bahu Piter.
"Enggk sayang," balas Piter membuat Pitaloka geram. "Gue nggk mau kaki lo namabah berdarah. Atau lo mau gue cium disini." ancam Piter membuat Pitaloka membuang mukanya.
Piter tersenyum, karna tangan Pitaloka yang melingkar pada lehernya. Perempuan di depannya itu sangat manis, apalagi jika dalam keadaan diam seperti ini.
●●●●
VOTE + COMMENT
SEMAKIN BANYAK COMMENT SEMAKIN CEPAT UPDATEFOLLOW IG AKU
@mya.ng04FOLLOW AKUN WATTPA KU
JUGA.MAAF KUENT TYPO!
MAYANG😎
05 NOVEMBER 2019
❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Jupi Story ✔
Ficção AdolescenteJupiter Auriga Semesta, sangat senang ketika ia kembali bertemu dengan Cinta pertamanya. ketua Osis SMA Galaksi itu tidak akan (lagi) melepas perempuan yang sama sekli tidak bisa di lupakan. "Pitaloka, selamanya lo akan tetap sama gue! selamanya!!"...