XVIII: Unwell

925 109 0
                                    


Seungwoo masih menggenggam tangan Sindara ketika matahari sudah kembali terbit. Berkali-kali ia mengganti kompres Sindara di dahinya dan menyeka keringat dinginnya.

Kebingungan masih tersirat di wajah Seungwoo yang damai. Namun ia menahannya untuk tidak bertanya lebih lanjut lagi mengenai apa yang terjadi. Ia hanya bisa menunggu penjelasan dari Sindara.

Semalam Seungwoo tak bisa tidur. Ia hampir sepenuhnya terjaga sepanjang malam, mengusap-usap tubuh Sindara yang katanya sakit.

Setiap tertidur, Sindara akan selalu terbangun, merintih kesakitan walau matanya terpejam. Dan ketika Seungwoo mengelusnya, ia akan diam dan tertidur lagi.

Seungwoo menyibak baju Sindara di bagian pundaknya. Ada memar di sana yang ia sendiri tak tahu dari mana Sindara mendapatkan memar itu. Yang tentunya itu adalah memar ketika badannya terhempas ke pintu apartemennya ketika berhasil melepaskan cengkeraman Danis.

Seungwoo mengoleskan salep di pundak Sindara hingga sampai lengannya yang ikut memar walau hanya sedikit.

Perhatiannya lalu teralihkan ke lehernya, ada semacam bekas ciuman di sana, yang seperti biasa ia tinggalkan untuk Sindara. Tapi itu bukan darinya, lalu siapa?

Ia memegangnya, mengusapnya halus takut jika Sindara terbangun. Hatinya berdesir aneh. Seperti marah tapi tidak tahu kepada siapa. Siapa yang telah berani melakukan ini kepada Sindara? Wanita miliknya.

Seungwoo menatap Sindara penuh khawatir yang seperti tidak tenang dalam tidurnya. Ia memijit pelan dahi Sindara yang berkerut seperti menahan sesuatu dalam pikirannya.

Ada perasaan menyesal, ketika ia sudah telat datang ke apartemennya. Andai saja ia datang lebih awal, mungkin ia bisa tahu apa yang terjadi dan bisa melindungi Sindara. Andai saja.

"Maafkan aku, Sin." Lirih Seungwoo. Ia mencium tangan yang berada dalam genggamannya.

Seungwoo menoleh ke belakang ketika ada suara pintu terbuka. Ia menerka itu pasti Brian. Memang Seungwoo telah menghubungi Brian tadi pagi untuk segera datang ke apartemen. Dan tak butuh waktu lama baginya untuk sampai.

Entahlah, berapa banyak orang yang tahu password apartemen Sindara.

"Apa yang terjadi?" Tanya Brian ketika ia sudah di kamar Sindara. Nafasnya masih memburu, sepertinya ia buru-buru untuk sampai ke sini.

Seungwoo meletakkan tangan Sidara pelan di atas perutnya lalu beranjak dari duduknya. Membungkuk dan menyapa Brian sebelum menjelaskan apa yang sudah terjadi. Walaupun ia sendiri tidak tahu apa yang benar-benar terjadi.

Seungwoo memersilahkan Brian duduk di tempatnya. Ia memandang Sindara tak kalah khawatirnya. Sudah berapa lama kiranya, ia tidak pernah melihat wajah Sindara yang seperti ini. Rasanya terakhir kali ketika ia pertama kali kembali ke Korea sehabis ditinggal oleh papinya.

¤¤¤

Seungwoo dan Brian duduk di meja bar dengan teh panas di depan mereka. Sesaat hening. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Hanya kepulan asap halus dari teh mereka yang mengambil alih.

"Jadi, ada seseorang yang mengganggu Sindara?" Tanya Seungwoo.

Brian menggeleng, "aku tidak begitu yakin." Brian berpikir bahwa Sindara orang yang menyukai perdamaian. Ia tak memiliki musuh, bahkan di dalam bisnisnya. Kecuali...

"Danis Park." Sebut Seungwoo.

Brian memicingkan matanya, "itu yang ada di pikiranmu?"

"Aku tidak yakin juga. Sindara pernah bercerita, ada seseorang yang bernama Danis Park, yang menyukai Sindara."

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang