XXI: Spy

924 100 0
                                    


"Hyung. Seungwoo hyung." Dongpyo mengetuk pintu kamar Seungwoo lalu membukanya. Ia melongok ke dalam, melihat Seungwoo yang sedang duduk di ujung kasurnya.

Seungwoo tersenyum, "wae?"

Dongpyo menghampiri Seungwoo, memegang pundaknya, "ayo keluar sebentar, hyung." Tanpa bertanya lebih lanjut Seungwoo menuruti perkataan Dongpyo.

Mereka duduk di ruang tengah. TV menyala dengan beberapa anak yang duduk di sana, menontonnya dengan khidmat dan sesekali berseloroh.

Anak-anak memberikan space di sofa ketika Seungwoo datang, memintanya untuk duduk di sana. Tanpa menaruh curiga ia hanya mendudukinya dan ikut menonton TV.

Bukan acara biasa. Bukan pula drama yang sering mereka tonton. Dalam sekali lihat ia langsung dapat mengetahui bahwa itu Sindara, walau wajahnya diburamkan. Nampaknya teman-teman lainnya pun sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Itulah mengapa mereka memanggil Seungwoo.

Wajah Seungwoo menegang, panik. Ia menajamkan pendegarannya dan mencerna baik-baik isi dari berita itu. Seungwoo tertawa tak percaya.

"Hyung, gwaenchanha?" Tanya Seungyoun yang duduk di bawahnya.

"Tidak, itu semua tidak benar." Ucap Seungwoo. Ia yakin betul, karena itu berbeda dengan cerita Sindara dan tentunya ia lebih memercayai Sindara karena ia yang menemukan Sindara waktu itu, masih teringat jelas bagaimana ketakutannya Sindara.

"Mungkinkah noona difitnah?" Junho bertanya-tanya.

"Hyung, kau bisa hubungi Sin noona?" Kali ini Hangyul.

Ah, benar. Seungwoo segera pamit ke kamarnya. Menyambar ponselnya dan menghubungi Sindara. Tapi tidak aktif. Tanpa pikir panjang ia langsung keluar dan menuju apartemen Sindara.

Tak menekan bel, ia langsung masuk ke dalam. Gelap. "Sin... Sindara!!" Panggilnya, namun tak ada jawaban.

Ia menghidupkan lampunya, dan benar-benar sepi dan sunyi tanpa adanya Sindara. Rumah itu mendadak terlihat memilukan.

Seungwoo kembali menghubungi Sindara, tapi nihil. Lalu ia menghubungi Brian, yang sama juga tidak aktif. Ia terduduk lemas di sofa. Kemana semuanya pergi?

¤¤¤

Di tengah proses rekaman, Seungwoo berusaha fokus memerhatikan anak-anaknya yang secara bergantian masuk ke dalam ruang recording. Tapi tetap saja, pikirannya masih berputar jauh ke Sindara.

Bagaimana kabarnya? Di mana dia? Apa yang terjadi dengannya? Sedang apa? Apa dia menangis lagi? Pertanyaan semacam itu terus berputar di kepalanya.

Seungwoo keluar dari ruangan, lalu menyendiri di ruang musik yang kala itu sedang sepi. Ia membuka ponselnya, mencoba menghubungi Sindara, tapi masih tak bisa. Ini sudah hari ketiga.

Ia membuka internet, membaca lagi laman berita tentang Sindara dan Danis. Kemudian membaca laman komentar. Berbagai komentar buruk ditujukan kepada Sindara, yang sebenarnya adalah korban. Ia tak menyangka, Sindara akan mendapat komentar tersebut karena masalah itu.

Seungwoo menyisir rambutnya ke belakang dengan kasar, sedikit frustasi. Ia benci kepada dirinya sendiri, yang tak bisa berbuat apa-apa kepada Sindara, bahkan tak bisa melindunginya di saat-saat seperti ini. Betapa tidak bergunanya. Beban Sindara pasti sangatlah berat sekarang. Ditambah lagi emosinya yang naik turun membuatnya sering menangis.

Walaupun begitu, Seungwoo masih tetap menunggu. Ia yakin Sindara pasti akan menghubunginya. Cepat atau lambat.

 Cepat atau lambat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang