XXII: Orphanage

836 103 7
                                    


Sindara sudah kembali bekerja, di tengah kasusnya yang belum selesai. Ia masih menunggu panggilan lanjutan. Sindara pun tak sepenuhnya bekerja. Semua masih ditangani oleh Brian.

Tinggal tersisa dua hari lagi untuk kunjungan ke panti asuhan yang sebulan lalu sudah direncanakan. Pagi ini ia mengikuti rapat terakhir, dengan Sejin, Lucas, dan beberapa karyawan lainnya.

Semua sedikit terkejut melihat Sindara hadir di sana. Bukan dalam pikiran yang buruk, mereka menyambut hangat kembalinya Sindara. Memeluk bos mereka dengan riang seolah tak ada kesedihan, berusaha menghiburnya.

Sindara tak banyak ikut membahas, ia hanya mendengar rangkuman dari persiapan mereka dan sesekali berpendapat pendek.

Matanya tak dapat fokus. Ia terus melihat Lucas yang duduk di samping Brian. Mengamati setiap ekspresi yang ditunjukkan. Ketika kedua mata mereka bertemu, Lucas pun masih seperti biasanya. Tersenyum menampilkan deretan giginya. Kadang tersenyum konyol yang dibuat-buat.

Ia bahkan masih memeluk Sindara ketika pagi tadi mereka bertemu, seperti biasanya. Tak ada yang aneh. Ingin sekali Sindara menolak pelukan itu, tapi ia tak sampai hati. Lucas tetaplah Lucas yang dikenalnya selama ini.

Sejin pun tak kalah terkejutnya. Setelah sekian lama akhirnya mereka bertemu kembali. "Saya sedih, miss. Melihat kau di siaran TV. Aku bahkan berfikir mengapa hal itu bisa menjadi masalah yang besar seperti ini hingga masuk ke siaran TV." Begitulah kata Sejin. Sindara hanya bisa tersenyum menanggapi. Karena ia juga tak tahu, poin pentingnya apa dari masalah itu sendiri.

Rapat itu berakhir lebih cepat dari biasanya karena hanya membahas persiapan, perizinan dan pengecekan yang diperlukan.

Setelahnya, Sindara pergi ke bengkel. Memeriksa produk pesanan buyer dan tentunya, Lucas.

Oh, ada satu hal. Imbas dari kejadian kemarin. Ada beberapa buyer yang membatalkan pesanan mereka, ada juga yang kabur tidak ada follow upnya. Memang ada beberapa kerugian, tapi bukan pada titik yang fatal.

"Yo, miss. Welcome again." Sapa Lucas. Seperti biasa mengangkat kedua tangannya lebar-lebar. Sindara hanya mampu tersenyum.

"I was shock. Last time, I heard you were sick. Terus tiba-tiba ada berita ngaco itu. I couldn't reach you by phone. I came to your apart, but I went back. Many reporters there." Cerita Lucas. Bahkan tak ada yang aneh dalam nada itu. Semuanya mengalir natural. Ingin Sindara menanyakannya langsung, tapi tidak. Ia menahannya.

"I was in Brian's home." Jawab Sindara singkat dengan senyum seadanya.

"You safe there." Ucapnya.

"If you have anything to say, just come, Brian's home." Kata Sindara seolah secara tidak langsung mengatakan untuk datang dan menceritakan semuanya.

Tapi Lucas tersenyum, sangat lebar. "I've said it all. Semuanyaa." Alis Sindara terangkat bingung. "My worries. Just now. " Lanjut Lucas seolah mengerti kebingungan dari Sindara. Sindara hanya mengangguk-angguk, merasa terbodohi.

¤¤¤

Hari itu akhirnya tiba. Menjadi relawan di panti asuahan. Dengan bis ukuran kecil, akhirnya mereka sampai. Satu per satu mereka turun, menyambut anak-anak yang menunggunya dengan bermain di lapangan. Rata-rata dari mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Hanya beberapa saja yang sudah dewasa.

Sindara memeluk pengurus panti itu, yang biasa ia panggil 'ibu' mengikuti anak-anak yang juga memanggilnya seperti itu. Namanya adalah Kim Sunhee.

"Selamat datang, Sindara." Sambut hangat ibu Kim.

"Terima kasih, bu." Ibu Kim melepas pelukannya dan menatap sedikit heran kepada Sindara. Ia melihat Sindara dari atas hingga ke bawah, lalu tersenyum.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang