II: Kita tidak bisa semudah itu

3.6K 277 8
                                    


Sindara terbangun dan ia sudah tak menemukan Seungwoo berada di sisinya. Apa ia sudah pulang? Pikir Sindara. Namun ketika ia ke kamar mandi, ia terkejut dengan keberadaan Seungwoo yang sudah tersenyum di dalam bathtub dengan busa putih menyelimutinya.

"Astaga, kamu ngagetin aku." Seungwoo hanya tertawa. Sindara menuju wastafel untuk menggosok giginya.

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Sudah. Tapi kamu tidak bangun." Seungwoo tersenyum. Ia menyenderkan kepalanya di bathtub.

"Gimana banguninnya?"

"Aku cium." Seungwoo tertawa iseng.

"Sini cium aku lagi." Sindara merajuk dan mendekatkan pipinya ke Seungwoo. Tapi Seungwoo malah membentangkan kedua tangannya seolah mengajak Sindara untuk ikut masuk ke dalam bathtub.

Sindara tersenyum pasrah sebelum akhirnya menanggalkan kimononya dan berakhir dalam pelukan Seungwoo. Seungwoo mencium bibir Sindara, hanya kecupan ringan. Cukup untuk merasakan bibir satu sama lain sebelum akhirnya ciuman yang lebih dalam.

"Kau tidak ada jadwal hari ini?" Sindara dalam pelukan Seungwoo dan tangannya bermain-main di tato Seungwoo yang berada di bahu kanannya. Ia mencium tato itu.

Sindara sangat menyukai semua hal tentang Seungwoo termasuk tato-tato yang menghiasi badannya. Terkadang ia berpikir untuk membuat satu tato saja, tapi Seungwoo selalu melarangnya.

"Tidak ada. Hanya latihan nanti siang."

"Kamu tidak kangen anak-anakmu?"

"Aku bertemu mereka setiap hari. Tapi untuk bertemu denganmu lama sekali." Seungwoo mengeratkan tangannya yang melingkari tubuh Sindara dan membenamkan kepala di bahunya dan sesekali menciumnya.

"Kamu mau setiap hari bertemu?" Sindara dapat merasakan anggukan dari Seungwoo.

"Kita tidak bisa semudah itu, kan?"

"Sorry."

"Seperti ini saja aku sudah bahagia, Mr. Han."

Sindara melepaskan pelukan Seungwoo untuk sekedar melihat wajahnya yang sedih, dan Sindara tak menyukainya. Ia lalu merubah posisinya membelakangi Seungwoo dan menyandarkan kepalanya di dada Seungwoo yang bidang.

"Kamu kalau sedih jadinya jelek."

Seungwoo kembali memeluk Sindara dari belakang. Ia hanya diam tak menjawab, ingin menikmati kebersamaannya yang sebentar lagi akan usai.

¤¤¤

"Kalau kau sudah sampai, hubungi aku ya." Sindara menggamit lengan Seungwoo dan mengantarnya sampai pintu.

"Okay."

Seungwoo memeluk Sindara sekali lagi, mencium ujung keningnya, hidungnya, hingga bibirnya sebelum akhirnya ia benar-benar pergi.

Sindara kembali ke ruang kerjanya dan mulai mengambil berbagai proposal yang belum diperiksanya. Ponselnya berdenting.

Sindara tersenyum sambil meletakkan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sindara tersenyum sambil meletakkan ponselnya. Kumpulkan kewarasanmu, Sindara. Ia menangkup wajahnya agar bisa fokus dalam menyelesaikan pekerjaannya.

Sindara adalah seorang pengusaha furniture yang terbilang sukses. Tak hanya di Seoul, ia memiliki cabang di Singapura dan Indonesia. Namun pusat kantornya terletak di Seoul.

Berbeda dengan Sindara, Seungwoo adalah seorang idol. Redebut dengan grup baru membuatnya semakin dikenal oleh banyak orang. Tak mudah untuk sampai ke tempatnya sekarang. Banyak sepak terjangnya. Terjatuh, terjungkal, lalu bangkit lagi dan berlari. Pelan-pelan Seungwoo membuat jalannya. Menghiasnya sehingga menjadi jalanan yang berbunga.

Tentu saja tidak ada yang tahu perihal hubungan mereka berdua. Jika bocor, tamatlah sudah riwayat mereka. Perihal berkencan masih menjadi topik yang sensitif bagi fans. Ya, begitulah hidup di dunia entertainer, seolah tak terduga-duga. Bisa saja mereka mnghujat, ataupun mengelu-elukan. Akan selalu ada yang seperti itu. Menentang dan mendukung. Membenci dan mencintai.

Adalah sebuah kebetulan ketika apartemen baru Sindara masih dalam gedung yang sama dengan dorm yang ditempati Seungwoo. Hanya beda lantai saja. Apakah itu bagian dari takdir? Itulah mengapa mereka tak banyak menghabiskan waktu di luar dan hanya di apartemen Sindara. Tak ada yang tahu ketika Seungwoo mengunjunginya. Itu lebih aman daripada harus sembunyi-sembunyi untuk sekedar berjalan-jalan di luar.

¤¤¤

Sindara selalu bangun pagi agar ia memiliki banyak waktu untuk bersiap-siap ke tempat kerjanya. Begitu bangun ia segera ke dapur menyiapkan sarapan untuk dirinya.

"Morning, Brian." Sapa Sindara melalui sambungan telefon yang diloudspeaker.

"Morning, Miss." Jawab Brian yang adalah asisten, sekretaris, sekaligus bodyguard bagi Sindara.

"So, what's today?"

"You have a meeting at eleven. Proposal baru 2 keping to be checked."

"Ok. Aku akan sampai jam sepuluh nanti."

"Kemarin sudah tidak datang, sekarang datang siang." Suara berat Brian terdengar mengomeli Sindara.

Sindara hanya tersenyum tipis sembari membalik omeletenya, tak begitu mengindahkan omelan Brian.

"Yesterday I had an important and urgent meeting, Brian."

"Ya..ya.. Sudah waktunya kalian bertemu."

"Iyalah. I need another quality time."

"Rushing time I guess."

"Tau lah. Kau yang paling syirik. Sudah aku mau sarapan dulu." Sindara segera memutus sambungan telefon. Ia duduk di meja makan lalu menyantap makanannya.

"Morning, Haney. Kau harus sarapan. Don't diet too much." Sindara tersenyum setelah pesannya terkirim.

Ponselnya berdenting.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sindara tersenyum membaca pesan dari Seungwoo. Padahal ia jarang sekali membuatkan makanan untuk Seungwoo, ya apalagi, karena mereka jarang bertemu. Satu gedung apartemen, bukan berarti mereka bisa bebas bertemu.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang