XXVIII: Capt!

858 100 2
                                    

Sindara terbangun di jam biasanya ia bangun. Matanya masih terasa berat. Ia mengeratkan selimutnya karena hawa yang semakin dingin. Matanya mengerjap ketika samar-samar mendengar rintikan hujan. Ia lalu mengambil remote AC dan mematikannya, lalu tertidur kembali.

Jam 8 Lucas masih datang membawakan makanan untuk Sindara. Ia mengetuk pintu kamarnya, namun tak ada jawaban sama sekali. Ia membukanya, dan masih mendapati Sindara tertidur pulas dibalik selimutnya.

Ia akhirnya menutup kembali pintu lalu menuju ke dapur. Ia melihat ke sekeliling. Dapurnya sudah bersih, ruang tengah juga sudah rapi, meja bar pun tak seberantakan kemarin. Senyum tipis tersungging di ujung bibirnya.

Lucas lalu menyiapkan makanan yang dibawanya. Memindahkannya ke tempat milik Sindara lalu menyimpannya karena Sindara belum bangun.

Langkahnya lalu ke ruang tengah. Duduk di depan TV lalu menyalakannya dengan volume rendah. Namun pikirannya kembali lagi memutar kejadian semalam, menganggurkan tayangan kartun di TV.

Lucas tak mengenal siapa sosok laki-laki semalam yang datang, tapi ia yakin sepenuhnya jika ia adalah ayah dari baby yang dikandung Sindara. Orang yang selama ini membuatnya penasaran.

Masih terlihat jelas di otak Lucas, bagaimana seungwoo bersimpuh di samping Sindara, menangis sekuat-kuatnya dengan suaranya yang lembut yang berhasil membuat Lucas ikut meneteskan air matanya juga.

Lalu bagaimana Sindara menyibak rambut Seungwoo, menghapus air matanya yang tidak mau berhenti. Kemudian keduanya menyatu dalam pelukan hangat yang begitu tulus. Setiap gerak adalah ucapan rindu bagi mereka. Lucas tersenyum, noona akhirnya kau akan bahagia, tidak kesepian lagi, batinnya dalam hati.

Lucas juga menyadari bagaimana perasaan Sindara dan Seungwoo yang sama-sama mencintai dengan dalam dan tulus. Namun entah apa yang membuat mereka menjadi sempat renggang, Lucas tidak tahu.

Sudah hampir jam 10, tapi Sindara tak kunjung bangun. Lucas bingung dan mondar mandir antara kamar Sindara dan ruang tengah, menimang-nimang apakah pergi sekarang atau menunggu Sindara bangun. Masih ada banyak pekerjaan di bengkel yang harus ia selesaikan. Maka dari itu, Lucas meninggalkan memo di meja samping Sindara untuk menyuruhnya makan yang sudah ia siapkan di meja.

¤¤¤

Siang harinya, Lucas tak dapat ke rumah Sindara karena ada tamu yang mengecek barang pesanannya. Berkali-kali ia menelfon Sindara tapitak diangkat. Apa belum bangun? Pikir Lucas. Karena tidak seperti biasanya, Sindara belum bangun sampai siang. Andaikan ia punya nomor Seungwoo, mungkin ia bisa meminta bantuannya untuk mengecek.

Tamu itu pergi sekitar pukul 3 lebih, karena banyak sekali yang didiskusikan dengan Lucas. Setelah itu, ia segera pergi ke rumah Sindara, dan ia masih tertidur. Selama itu? Pikir Lucas. Ia berpikir untuk membangunkannya atau tidak karena ia juga takut jika sesuatu terjadi kepada Sindara.

Ketika Lucas hendak membangunkannya, ia terkesiap dengan suara pintu yang terbuka. Ia keluar dari kamar Sindara dan terkejut melihat Brian dan Mina yang sudah di dalam. Wajahnya pun khawatir. Salahnya juga, karena ia tidak mengabari apapun kepada Brian.

Lucas sedikit bergidik ngeri, mendapati Brian yang berjalan mendekatinya dengan wajahnya yang dingin seperti marah. Mampuslah aku, teriak Lucas dalam hati.

"Why Lucas?" Brian bertanya dengan nada tinggi. Benar, ia marah. Sedangkan Mina langsung masuk ke dalam kamar Sindara, namun kembali lagi begitu melihat Sindara masih tidur.

"Katakan apa yang terjadi?" Tuntut Brian. Mina berusaha menenangkan Brian agar tidak berteriak karena bisa mengganggu Sindara yang tidur.

"So," Lucas gugup ketakutan. "Beberapa hari yang lalu noona flek. Terus jadi semakin banyak. Lalu dokter meminta untuk bedrest." Jelas Lucas sepahamnya ia.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang