XX: Nostalgic Night

1.1K 101 0
                                    


Pagi hari, kantor Sindara yang biasanya terasa damai kini tak lagi damai. Beberapa reporter datang ke sana untuk bisa bertemu Sindara. Bahkan mereka rela menunggu di depan kantor untuk bertemu.

Sudah sekitar tiga hari, Sindara tak berangkat kerja. Ia hanya berdiam diri di rumah Brian. Setelah kejadian itu, Brian memaksa Sindara untuk tinggal di rumahnya alih-alih di apartemennya. Bisa saja reporter ke sana, atau mungkin Danis yang kembali lagi. Sindara tak punya pilihan lagi selain ikut dengan Brian.

Surat panggilan pemeriksaan sudah diterima Sindara, yang artinya dia akan pergi ke kantor polisi dengan reporter di sekelilingnya yang akan mengekspos wajahnya.

Seberapapun Sindara memikirkannya, Danis sudah melangkah terlalu jauh. Pikirannya bahkan tak sampai untuk menemukan apa alasan dibalik permainan dia. Jika dia memang benar-benar menyukai Sindara, seperti yang ia elu-elukan selama ini, tidak mungkin ia akan melakukan hal semacam ini.

Danis pun tak bisa ditemui. Tak bisa pula dihubungi. Entah dia masih di rumah sakit atau tidak. Dia seakan hilang setelah membuat onar seperti ini.

"Sudah, jangan dipikirkan." Ucap Brian. Ia menuangkan air mineral dan menyerahkannya kepada Sindara.

"Terima kasih." Sindara menenggaknya. "Danis masih belum bisa ditemui?" Tanya Sindara.

Brian menggeleng. "Akan aku coba lagi."

"Tidak usah, Bray. Nanti kita juga akan bertemu di pemeriksaan."

"No. Kita harus bertemu sebelum pemeriksaan terjadi. Kita akan membuat dia mencabut tuntutannya. Apapun itu." Ucap Brian dengan yakin.

Sindara memandang Brian tak yakin. "Aku takut, Brian. Kalau mungkin dia meminta hal yang lebih, yang tidak masuk akal sebagai gantinya. Kamu pikir dia butuh uang? Tidak, Brian. Uang dia banyak. Anak pengusaha terkenal. Jika dia anak pengusaha biasa, pasti aku tidak perlu bersembunyi seperti ini. Tapi dia, anak pengusaha kaya, apa yang dia mau, aku tidak tahu. Aku takut." Brian menghentikan Sindara yang sudah meracau tak karuan.

"Calm down, Sindara. Tarik nafasmu pelan-pelan."

Sindara mengikuti kata Brian, menarik nafasnya pelan lalu menghempaskannya. Ia memegang dadanya yang berdegub tak beraturan. "Aku ke kamar." Izin Sindara.

Sindara membaringkan tubuhnya di kasur, menutupinya dengan selimut walaupun saat itu masih sore. Lagi-lagi air matanya jatuh. Entah kenapa akhir-akhir ini ia sering menangis, bukan karena masalah itu seutuhnya. Ia juga merindukan Seungwoo.

Sudah beberapa hari ini Sindara tak menghubungi Seungwoo. Ponselnya ia nonaktifkan karena banyaknya panggilan yang sering masuk dan itu mengganggunya.

Malam itu, ketika Seungwoo pulang. Itu adalah hari terakhir mereka bertemu. Sindara juga tak tahu bagaimana reaksi Seungwoo ketika ia mengetahui foto dirinya yang diburamakn terpampang di TV

"Apa kabar, Han? Aku kangen."

Dalam hari-harinya yang biasa ia lalui dulu, tak mendapatkan kabar beberapa haripun tak masalah bagi Sindara. Namun tidak untuk saat ini. Ada perasaan gelisah jika dia tidak bertemu Seungwoo. Keinginan yang kuat untuk bertemu begitu membuncah. Tapi sayangnya tidak bisa.

¤¤¤

Para reporter sudah berdatangan mengelilingi kantor polisi menunggu Sindara dan Danis yang masih dalam pemeriksaan. Mereka ditempatkan di ruang yang terpisah. Sindara berusaha menjawab semua pertanyaan dengan tenang, apa adanya sesuai yang terjadi.

Setelah lima jam pemeriksaan, akhirnya Sindara diperbolehkan pulang. Ketika ia keluar dari ruang pemeriksaan, ia benar-benar bertemu dengan Danis.

Danis, yang saat itu juga sudah keluar, berjalan tertatih dengan tangan kirinya yang digips dan bekas luka di wajah. Sindara memandang tak percaya. Dari mana luka itu semua? Benarkah aku yang melakukannya? Pikir Sindara sinis.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang