XXIV: Han Seungwoo

904 107 7
                                    


Sindara diam termangu dibalik pintu apartemennya. Ragu-ragu ia mengangkat tangannya, menempelkannya pada pintu. Merasakan getaran pintu yang dipukul dari luar. Di luar sana, Seungwoo masih terus memanggil namanya.

Tangan kirinya memegang ponsel. Ia membuka dinding chat Seungwoo. Baru ini ia berani membukanya dan tak bisa menahan tangisnya begitu membaca semua chat darinya. Ia mengusap air matanya, lekas membalas pesan Seungwoo. "Maaf, Han.." Lirihnya.

¤¤¤

"Tadi pagi Han datang." Ucap Sindara ketika Brian berkunjung ke tempatnya.

"Sudah bilang?" Sindara menggeleng. "Ketemu saja aku tidak kuat."

"Makanya kamu ganti passwordnya?" Sindara mengangguk.

Brian hanya menghela nafas, tak sanggup lagi untuk mendebat. Ia masih ingat dengan kejadian kemarin yang membuatnya menyesal, dan tak ingin mengulanginya lagi.

Mereka berhenti sejenak, ketika bel apartemen Sindara berbunyi. Brian beranjak memeriksanya dan membukakan pintu. Oh, Lucas.

Dengan wajah nelangsanya, ia datang dengan buket marimong dan buah-buahan di tangannya. Ia masih merasa bersalah atas kejadian lalu saat di panti asuhan.

Setelah meletakkan itu semua di meja ruang tengah, Lucas lantas berlutut dan menaikkan kedua tangannya seperti siswa yang sedang dihukum. Sindara dan Brian saling bertatapan lalu memandangnya bingung, tidak ada yang menyuruhnya.

"Berdiri, Lucas." Pinta Sindara.

"Aku salah." Ucap Lucas.

"Iya tapi tidak perlu seperti itu. Duduk saja." Ujar Sindara. Lucas tetap seperti itu sampai Sindara harus turun tangan untuk membuatnya berdiri.

"Duduk." Tegas Brian, dan seketika ia langsung duduk.

"First of all, I want to say sorry. Maaf, atas kejadian kemarin. You okay, noona? Aku khawatir kau tiba-tiba pingsan. Aku pikir gara-gara aku."

"Seperti yang kau lihat, I'm fine." Jawab Sindara.

"Syukurlah. And then, I will tell you what happened last time." Lucas memulai inti pembicaraannya.

"Danis called me, asked me to meet him. Dia menawariku untuk bekerja dengannya. Dia bilang akan membuka perusahaan furniture, dan aku akan ditugaskan sebagai kepala pabriknya." Terang Lucas.

"Kamu terima?" Tanya Sindara.

Lucas menggeleng lemah. "I didn't."

"Why? It could be bigger than mine. The salary, the company, the office work."

"I'm not that kind of person, noona." Lucas menatap Sindara, lalu menghela nafas. "From the first time, when I was in college, I survived a lot in this country. I'm not Korean, but you support me well. You hug me warmly, feed me delicious food, give me money when I was broke, even give me job. Feels like I meet my sister from another parents."

Sindara menatap Brian dengan wajah sedihnya. Ia merasa bersalah sudah berpikir buruk tentang Lucas jauh-jauh hari.

"Then I realize, aku lebih nyaman bekerja di bengkel. Create something that I like rather than doing papers that I hate."

Sindara mengangguk, mencoba mengerti perasaan Lucas. "Tapi Lucas, beberapa hari lalu, aku lihat kau bersama Danis di tempat makan. Kalian terlihat asyik sekali, sampai aku berpikir yang tidak-tidak."

Lucas mengambil ponselnya, "...as if I'm in his side, we talked to each other friendly, we laughed crazily and then I got this."

"Apa ini?"

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang