XXXVI: The Heartbeat

778 99 6
                                    

Sindara diam termenung di kamar. Hanya tangannya saja yang aktif mengusap lembut perutnya. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya, hanya suara dalam hatinya saja yang terus berucap. Terkadang mengajak berbicara Captain, terkadang berpikir sesuatu yang menyenangkan, dan terkadang berdoa.

Tawa riuh yang sedari kemarin keluar dari bibirnya memenuhi ruang apartemennya, kini tak terdengar lagi. Senyuman yang selalu di bibirnya, kini hanya tersisa segaris yang dipaksakan.

"Morning, sayang." Suara Seungwoo yang ceria terdengar menggema di balik pintu, memecah kesunyian di kamar Sindara.

Sindara tersenyum seadanya melihat Seungwoo yang semakin dekat. Ia bahkan dapat menebak, apa yang disembunyikan Seungwoo di belakang punggungnya. Namun ia hanya diam saja, membiarkan Seungwoo memberikan kejutan kepadanya.

Dengan senyum lebarnya yang bahkan memperlihatkan deretan giginya dan juga lesung pipinya, ia memberikan sebuket bunga kepada Sindara. Kali ini ukurannya lebih besar dari kemarin.

 Kali ini ukurannya lebih besar dari kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sindara tersenyum menerimanya. Ini bukan lagi menjadi kejutan, melainkan kebiasaan. "Kamu kenapa bawa bunga terus? Lihat tuh bunganya masih berjejer di meja."

Seungwoo meraih tangan Sindara, menggenggamnya dan juga mengelusnya, "biar Sindara tidak bosan di kamar terus. Kan bisa lihat bunga-bunga, warna-warni, harum."

Sindara tersenyum kembali, "terima kasih, Han."

"Sama-sama, sayang."

Mereka terdiam sebentar namun saling memandang. Seolah mata mereka yang saling berbicara. Mata yang tidak pernah berbohong, tidak seperti bibirnya yang selalu menutupi bagaimana maksud hati mereka.

"Oh, ya, mau makan apa?" Tawar Seungwoo.

Sindara menggeleng, "belum lapar, Han. Tadi sudah minum susu."

"Tapi kan belum sarapan."

"Makan seperti yang biasanya kamu masak saja, Han."

Seungwoo akhirnya mengangguk, "ya sudah. Aku tinggal masak sebentar, ya." Sindara mengangguk. Seungwoo melepas tangan Sindara, mengecup keningnya sekilas lalu segera keluar.

Seiring langkah kakinya yang melambat, secepat tangannya yang menghapus air mata yang menggenang. Dadanya masih terasa sesak. Oh, sungguh menyebalkan. Kemana kebahagiaan yang kemarin mereka jalani? Kenapa hanya singgah sebentar saja?

Hari-hari yang mereka jalani hanya seperti itu. Sindara seolah kehilangan semangat hidupnya. Ia menjadi lebih pendiam dan terkadang menangis sendiri di tengah malam, membangunkan Seungwoo yang memang tidak bisa tertidur.

Seungwoo bahkan sampai meminta Lucas, Brian dan Mina untuk datang ke apartemen untuk sekedar menghiburnya. Mengajaknya berbincang, bermain, bercanda, yang sepertinya hanya angin lalu. Ketika mereka sudah pulang, Sindara kembali menjadi pendiam. Segala respon, tawa dan senyum yang ditunjukkan tak ubahnya hanya sebagai rasa hormatnya saja kepada tamu.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang