XL: XXXI''

842 85 7
                                    


From 2 years ago, then 1 year later.


Sindara melindungi tangannya yang terkilir akibat salah mengangkat kayu, di balik coatnya. Tangannya terbungkus perban dan masih berasa sakitnya jika tersenggol barang sedikit. Dan keadaan bandara sekarang benar-benar tidak menguntungkan bagi dia.

Semuanya ricuh. Crowded. Berisik. Orang-orang saling berdesakan. Brian sampai harus mendekap Sindara agar ia tidak ikut terdorong kesana kemari.

"Ini idol siapa sih? The popularity is so scary." Gerutu Sindara. Brian hanya menggeleng tanda tak tahu. "Lewat sini." Ia sudah menarik tubuh Sindara menepi, menjauh dari kerumunan.

Ketika mereka berdua masuk bandara, kondisi belum semengerikan ini walaupun sudah ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika mereka berdua masuk bandara, kondisi belum semengerikan ini walaupun sudah ramai. Tapi ketika ada idol yang datang, tiba-tiba semuanya menggila. Dan Sindara selalu benci dengan kondisi seperti ini. Why Korea why?

"Aak!" Sindara memekik begitu tangannya, yang sudah berusaha ia lindungi, tak sengaja tersenggol oleh kerumunan hingga membuat Sindara berteriak kesal, ya karena kesakitan di tangannya, ya karena emosi. Tapi suaranya hanya angin lalu, kalah dengan suara jeritan para penggemar yang berkumpul di sana.

"Fuckjng crazy. Shit!" Umpat Sindara keras-keras. Brian sampai memandangnya heran.

"Kita batalkan saja perginya bisa tidak?" Gerutu Sindara kepada Brian.

"Calm, besok kau pemberi materi di workshop. Bagaimana bisa batal pergi?"

Oh, jika bukan karena workshop, Sindara pasti sudah balik ke rumahnya. Ia tak akan sudi masuk ke dalam kerumunan yang melihatnya saja sudah membuatnya sesak nafas. Apalagi membelah jalan melewati mereka.


¤¤¤


Pesawat mendarat dengan mulus di Haneda Airport, Tokyo. Sindara dan Brian lekas ke hotel, tempat mereka menginap sekaligus diadakannya workshop furniture. Sindara dan Brian adalah salah satu perwakilan dari Korea.

"Aku sudah pesankan kamarnya sesuai yang kamu minta." Ujar Brian. Ia memberikan kunci kamar hotel kepada Sindara yang terduduk lemas di sofa lobi.

"Thanks, Brian." Ucapnya lemah.

"You okay, Miss? Pusing?"

Sindara mengangguk, kepalanya terasa berat. "Apa karena jetlag ya? Sepertinya aku tidak pernah jetlag." Gumamnya sendiri.

Sebenarnya setiap perusahaan yang berartisipasi mendapat jatah satu kamar, terlepas dari berapapun perwakilan yang berpartisipasi. Walaupun kamarnya twin bed, tapi Sindara lebih memilih untuk memesan kamarnya sendiri. Ia lebih nyaman seperti itu.

"Brian, sepertinya aku akan tidur panjang. Kalau aku menghubungimu, berarti aku baru bangun." Ujar Sindara lemas sebelum ia masuk ke dalam kamarnya lalu merebahkan tubuhnya di kasur dan dalam sekejap sudah tertidur.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang