XXXIV: Overcast

764 85 4
                                    


Sindara menjalankan kakinya di sepanjang tepi pantai. Merasakan buih-buih air laut yang menggelitik kakinya, pasir pantai yang memijit telapak kakinya, hembusan angin laut yang membelai rambutnya dan sinar matahari pagi yang menghangatkannya.

Ia tersenyum memandang ke depan, melihat Seungwoo yang melambaikan kedua tangannya lebar-lebar, meminta Sindara agar cepat datang menghampirinya.

Bagaikan anak kecil, Seungwoo melompat-lompat, sesekali berteriak riang, dan bermain dengan buih-buih air laut yang seolah mengejarnya. Mungkin itu juga yang dimaksud Lucas, ada jiwa anak-anak disetiap tubuh orang dewasa. Baby Seungwoo?  Oh, Sindara tertawa kecil.

Karena lelah bermain sendirian, dan lelah menunggu Sindara yang tak kunjung sampai karena ia harus berjalan, Seungwoo pun akhirnya berlari menghampiri Sindara. Kakinya memecah ombak yang mengejarnya. Ombak yang selalu datang untuk menghilangkan jejak kaki Seungwoo.

Pelarian itu berakhir dalam pelukan Sindara. Nafasnya tersengal-sengal tapi masih memaksa untuk bicara, "aku kangen. Kamu lama sampainya." Ucapnya manja.

Sindara mencubit perut Seungwoo yang telanjang, "over. Jangan berlebihan. Dikit-dikit kangen." Sedang yang diomeli hanya cengengesan.

"Ayo." Seungwoo sudah mengenggam tangan Sindara. Ia masih bersemangat seperti tadi namun kali ini ia berjalan mengimbangi kecepatan Sindara. Sesekali menggoyang-goyangkan tangan Sindara yang berada digenggamannya. Nyanyian-nyanyian yang terkadang keluar begitu saja dari suaranya yang lembut. Ah, perasaannya sedang bahagia sekali, batin Sindara.

Setelah jalan-jalan pagi, mereka berdua istirahat duduk di tepi pantai. Menikmati suara ombak yang berderu, dan sinar matahari yang menyirami mereka.

Seungwoo masih bernyanyi, bahkan Sindara sendiri tidak tahu lagu apa yang dinyanyikannya. Tangannya sesekali mengelus perut Sindara yang menyandarkan punggungnya di perut Seungwoo.

Sindara tiba-tiba memutar tubuhnya, menghadap Seungwoo. "Morning kiss?" Dan ia sudah mengalungkan kedua tangannya di leher Seungwoo.

Seungwoo tersenyum, ia menegakkan tubuhnya dan melingkarkan lengannya di tubuh Sindara. Bibir mereka saling bersentuhan, memulai ciuman yang ringan. Tangan Seungwoo membelai lembut punggung Sindara yang hangat dan meluruhkan pasir-pasir yang menempel.

Oh, sebentar. Lama Sindara tidak melepaskan ciumannya. Ia mengambil alih atas Seungwoo. Melesakkan lidahnya dan membelai rongga Seungwoo dan saling membelit lidah.

Hingga akhirnya Seungwoo memajukan badannya, membuat tubuh Sindara perlahan terbaring di pasir dan dia menumpu tubuhnya dengan kedua sikunya. Sebisa mungkin agar tidak menindih Sindara. Tautan mereka terlepas.

"Biar tidak pegal punggungnya." Ujar Seungwoo dengan senyum nakalnya.

Sindara tersenyum malu. Ia segera menarik kembali tengkuk Seungwoo. Melanjutkan lumatan hangat yang masih memberikan rasa yang sama seperti dua tahun yang lalu, ketika untuk pertama kalinya mereka saling merasakan bibir masing-masing.

¤¤¤

"Kenapa senyum-senyum?" Tanya Seungwoo yang kala itu datang membawakan makanan untuk Sindara.

Sindara mendongak menatap Seungwoo. "Brian marah. Dia datang ke rumah, tapi kitanya pergi." Katanya sembari tertawa kecil. Ia kembali melihat ponsel di genggamannya.

Seungwoo ikut tersenyum. Tangannya masih sibuk menyiapkan makanan. "What he said?" Tanya Seungwoo, yang kini sudah duduk di samping Sindara. Ia menyuapkan makanan untuk dirinya dan Sindara secara bergantian.

Sindara menaikkan alisnya, sedikit terkejut, lalu tertawa pelan. "He said don't comeback home. Sekalian jangan pulang." Sindara membacakan pesan Brian.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang