XXXVIII: Grieving

670 102 23
                                    

"Bangun, Sayang." Lirih Seungwoo di dekat telinga Sindara. Jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, hujan pun sudah reda, namun Sindara tak kunjung bangun.

Seungwoo menatap Sindara. Ia tahu bahwa Sindara hanya tak ingin bangun. Kelopak mata itu bahkan bergetar menahan tangis. Seungwoo segera beranjak ke kasur, membalik tubuh Sindara agar menghadapnya dan ia memeluknya.

Seketika tangisan Sindara pecah. Sesak di hatinya tak kunjung mereda. Rasa kehilangan pun semakin terasa begitu perutnya sudah tak menyembul lagi.

Seungwoo hanya diam memeluk Sindara. Tangannya mengusap punggungnya agar ia sedikit tenang. Namun lama kelamaan air matanya pun ikut runtuh seirama tangisan Sindara yang semakin kencang.

¤¤¤

Seungwoo dan Sindara masih terbaring di tempat tidur ketika senja malu-malu bersembunyi di balik mendung. Mereka sama-sama sedikit tenang setelah menangis cukup lama.

Seungwoo menghapus air mata Sindara yang masih sering lolos walau hanya diam. Ia merapikan rambut Sindara dengan tangannya, menyisirnya ke belakang dan menyelipkan rambutnya di balik telinga.

Wajah cantik itu masih pucat. Sinar di matanya redup menyisakan kilauan air mata yang terus menggenang.

"My heart so much in pain. Aku merasa bersalah sama Captain. Dia seharusnya masih ada di sini, in my womb. Why all of this happen to us? Why."

Seungwoo menggenggam tangan Sindara, membiarkan ia membicarakan tentang hatinya. Segala kesedihan, keresahan, ketakutan, kekesalan, perasaan bersalahnya yang disuarakan dengan sedikit berantakan.

"Is there something wrong with me, Han?"

"No, darling. Tidak ada yang salah dengan kamu." Seungwoo menyeka air mata Sindara kembali.

"But why? We even don't know whether it is a baby girl or baby boy. We even didn't find him a name yet. We even didn't buy him cute clothes yet."

"Want to find a name for him/her?"

"Not sure." Lirih Sindara.

"That's okay. Kita akan mengingat dia untuk waktu yang sangat lama. He deserves to have a name, followed by my last name."

Sindara memandang manik mata Seungwoo yang sayu. "We used to called him Captain."

Seungwoo tersenyum, "so, it's Captain Han."

Sindara memejamkan matanya hingga meluruhkan air matanya kembali. Seungwoo masih tak bosan untuk menyeka air mata itu.

"I love him so much."

"We do love him, darling."

Begitulah percakapan itu terus berlanjut. Mereka saling berbagi kesedihan masing-masing. Segala keresahan yang mereka rasakan hingga sedikit meluruhkan beban di hati mereka. Talk deeply about Captain and themselves.

Malam hari Sindara beranjak dari kamar setelah seharian penuh ia hanya berbaring di kasur. Rasa sakit di perutnya masih terasa. Tangannya pun masih sering otomatis mengelusnya, seperti yang sering ia lakukan dulu.

Sindara berdiri di depan dinding kaca, pandangannya kosong. Tangannya masih mengelus-elus perutnya. Perasaannya masih saja kacau hingga membuatnya tiba-tiba menangis.

Seungwoo menghela nafas melihatnya. Ia mendekat ke Sindara, merengkuh tubuhnya dalam pelukannya. Tak lama kemudian ia dapat merasakan bajunya sedikit basah. Ia mencium puncak kening Sindara dan mengelus punggungnya berkali-kali tanpa pernah menyuruhnya untuk berhenti menangis.

Secrets: Love between Us | Han Seungwoo X OC  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang