🍭 Kakak Kelas 👦

8.7K 815 177
                                    

Ketiga anak Rahil dan Mia sudah menjadi anak SMP. Keduanya yang sejak dulu membiasakan bertukar cerita kegiatan sehari-hari tetap melakukannya bahkan seperti saat ini.

"Gimana tadi di sekolah?" Tanya Rahil di tengah acara makan malam.

"Sudah mulai pelajaran penuh." Jawab Zefa.

Rahil mengangguk. "Adek kesulitan?"

Zefa menggeleng. "Alhamdulillah enggak. Belum."

"Abang? Mbak?" Rahil ganti menatap keduanya.

Ayip juga menggeleng. "Belum juga, Pa."

"Papa...di sekolah banyak yang perhatiin Adek Zefa sama Mas Abhi. Kata Mbak Garin dulu...kapan ya?" Bianca memiringkan kepalanya, berpikir. "Ya pokoknya itu. Memangnya Mas Abhi nggak pernah senyum ya?"

"Hah? Maksudnya?" Kedua alis Rahil naik.

Mia pun bingung.

Bianca mengangguk. "Iya. Mas Abhi sama aku senyum. Memang sama yang lain enggak?"

"Iya. Memang gitu?" Tambah Zefa.

Perlahan Rahil pun mengerti. Ia mengangguk. "Mas Abhi kan mirip Abang. Tapi Mas Abhi pendiamnya lebih lagi terutama sama yang nggak dikenal."

"Tapi Mas Abhi ngomong sama aku kok." Bantah Bianca ngotot.

Mia tersenyum. "Kan Mas Abhi sepupunya Mbak Bianca. Kenal dari kecil."

"Nggak ngerti." Sahut Bianca. "Terus kalau gitu, kenapa Mas Abhi nggak senyum?"

"Kan Mas Abhi udah pernah bilang, Dek. Mas Abhi nggak mau senyum sembarangan." Celetuk Ayip yang dari tadi diam mendengarkan.

"Iya?" Bianca masih sulit percaya. "Aneh ih."

"Pokoknya Abang, Mbak, Adek boleh punya teman banyak. Dengan siapa saja. Tapi kewajiban utama tetap belajar." Nasehat Rahil.

Usai makan, ketiganya masuk ke kamar masing-masing untuk belajar lalu tidur.

🍦🍦🍦

Esok harinya, di tengah-tengah jam pelajaran biologi, Bianca izin ke toilet.

Saat masuk kondisinya sepi tapi saat keluar, toilet perempuan dan laki-laki yang bersebelahan itu, seorang pemuda keluar dari sebelah. Pemuda itu cukup tinggi untuk ukuran anak SMP. Kulitnya bersih. Tubuhnya tidak sekurus Zefa. Abhi pun masih tampak kurus.

"Eh, Bianca?" Serunya kaget.

Bianca lebih kaget saat namanya dipanggil. Ia mengerutkan kening bingung.

"Lupa? Aku ketua OSIS lho. Kak Shabbir." Katanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

Bianca masih bingung. "Oh. Assalamu'alaikum."

Kakak kelas Bianca tersenyum. "Wa'alaikumussalam. Kamu sendirian?"

"Iya. Memang kenapa?" Tanya Bianca bingung.

Shabbir menggeleng. "Enggak. Oh iya, itu...Abhi betulan sepupu kamu?"

"Iya." Bianca mengangguk. Dalam hati ia masih merasa bingung kenapa kakak kelasnya yang entah kelas berapa ini dan mengaku ketua OSIS bisa mengenalnya.

Shabbir tersenyum lebar. Senyuman manis tapi Bianca malah tambah bingung dibuatnya. "Nanti pulang sekolah bisa ngobrol sebentar?"

"Eh...ehm...ya, boleh." Bianca mengangguk lalu ingat ia sudah terlalu lama meninggalkan pelajaran biologi. "Maaf, permisi duluan ya?"

"Iya. Nanti aku tunggu di kantin ya?"

"Iya." Lalu Bianca berlalu meninggalkan Shabbir dan berlari menuju kelasnya.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang