Momo

8.7K 789 111
                                    

Bianca memangku Momo sambil mengelusnya sayang.

"Adeeek, nih Grandpa punya apa nih?" Rashad menunjukkan sebuah kandang kepada cucunya yang tengah menangis sesenggukan itu.

Ia berjongkok dan membuka kandang bepergian yang dibawanya lalu perlahan keluarlah kepala abu-abu diikuti oleh sosoknya yang lebih besar dari Mungil. Yap, Rashad baru saja membawa pulang seekor kucing.

Bianca yang tengah digendong Papanya berontak turun agar bisa mendekat. Air matanya berhenti seketika dan berganti senyuman lebar.

Ia menyeret tubuh gimbulnya dan menubruk Grandpanya.

"Puuus..." ia ulurkan tangannya agar si kucing mau mendekat.

Rashad memeluknya sambil mencium kedua pipi basahnya. "Sudah ya, nggak boleh nangis."

"Ini pusna Ate?" tanya Bianca polos.

Rashad menggeleng. "Ini pusnya Adek."

Kedua mata mungil nan imut Bianca melebar lucu. "Puna Adek? Pusna Adek?"

Seketika Bianca menjerit dan lonjak-lonjak senang lalu berlari kembali ke Papanya yang hanya memperhatikan.

"Papa, Adek puna pus sendiyi..." katanya sambil meringis gembira dengan kedua tangan memeluk kaki Papanya.

"Bilang apa sama Grandpa?" tanya Rahil pada si kecil.

Bianca kembali berlari dan memeluk Grandpanya. "Makasih, Genpa."

Rashad yang gemas kembali balas memeluk cucunya erat dan menciumi kedua pipinya bergantian sampai si kecil menjerit kegelian. Setelah puas barulah dilepas.

Begitu lepas dari pelukan Grandpanya, Bianca segera mendekati kucing barunya. Ia mengulurkan tangan, mengelus lembut kepalanya.

"Momo ... " ucapnya.

"Apa, Dek?" tanya Rahil.

"Ini Momo," tunjuk Bianca pada si kucing.

"Namanya Chester, Sayang," ralat Rashad.

Bianca menggeleng. "Bukan, Genpa. Namana Momo."

"Kok jadi Momo?" tanya Rahil juga.

"Ini Momo, Papa." Bianca bersikeras.

"Kata Granpa, Chester tuh namanya," Rahil mulai mengganggu putrinya.

"Bukan! Momo!"

"Apa sih kok ribut?" Frannie yang baru dari dapur menatap heran.

"Genma!" panggil Bianca yang segera menghambur ke Frannie.

"Eh, ada kucing baru. Punya siapa?" tanya Frannie.

"Puna Adek. Itu Momo kan, Genma?" kata Bianca mencari pembelaan.

"Chester, Dek," Rahil masih kekeh mengganggu juga bukannya membujuk si kecil agar memanggil si kucing dengan nama yang benar.

"Momo, Papa!" Bianca yang mengikuti Frannie yang mendekati Chester si kucing gembul berwarna abu-abu itu kembali mengelus kepala si kucing. "Iya kan pus? Kamu Momo kan?"

Rahil tak bisa menahan tawanya melihat putrinya yang bicara dengan Chester.

"Momo, Papa! Iya kan?" tak ada respon apapun selain mendongak sambil menguap lalu menunduk yang tampak seperti mengangguk. "Tuuuh...Momo aguk-aguk," tunjuk Bianca gembira sambil tepuk tangan.

"Itu sih Chester nguap gara-gara ngantuk," bantah Rahil.

Tiba-tiba saja Bianca kembali menangis, hanya saja kali ini sambil meraih si kucing yang cukup berat kalau akan dipangkunya.

"Hiks! Puuus ... kamu Momo kan? Bukan cete. Papa nakal ya? Huaaa...!"

Melihat kelakuan Bianca semua menahan tawa. Tadinya akan memarahi Rahil tapi tidak jadi.

"Sssh! Iya, Papa nakal. Ini Momo." Rashad pun mengalah membiarkan si kecil memberi nama panggilan sendiri. "Cup dong, nggak boleh nangis."

"Huaaa!" bukannya berhenti, ia tetap menangis keras dan tanpa sadar memeluk si kucing yang sudah berubah nama jadi Momo itu terlalu erat hingga Momo berontak dan memukulnya. "Huaaa! Momo nakal!"

"Adek yang nakal. Pusnya disayang dong," nasehat Rahil. "Tadi Adek meluknya terlalu kencang kan jadi gak bisa napas."

"Dak bisa napas?" tanya Bianca lucu sementara ia sendiri masih sesenggukan lalu beringsut dan mendekati Momo yang sudah mojok. "Maaf ya, Momo ... hiks!" ucapnya tulus.

"Sudah dong nangisnya. Yuk cuci tangan dulu. Tadi habis peluk Momo." Rahil meraih si kecil dalam gendongannya dan mengajaknya ke kamar mandi.

"Papa, shushu," pinta Bianca sesudah wajah dan tangannya dicuci bersih.

"Iya." Rahil mengangguk.

Ia mengajak Bianca ke dapur. Sementara ia membuat susu, Bianca duduk di atas island dapur.

"Loh, anak Mama kok nangis?" Mia yang baru saja selesai menjemur pakaiannya dan keluarga kecilnya, kebetulan mereka tengah menginap di rumah Rashad itu kaget melihat kondisi Bianca.

"Papa nakal, Momo nakal," adu Bianca.

"Momo?" ulang Mia tak mengerti.

Bianca mengangguk antusias. "Genpa puna pus buwat Adek namana Momo."

Mia menatap Rahil. "Apa tuh? Papa adopsi kucing?"

Rahil mengangguk. "Iya."

"Dibawa pulang?" tanya Mia dengan nada tinggi yang tertahan.

"Pasti."

"Pusna bawa puwang, Mama. Pusna Adek tuh." Bianca memberitahu dengan khidmat dan wajah polos.

Mia tertegun.

🐱🐱🐱

Hanya intermezzo, bisa jadi nanti lanjut, bisa jadi engga. Pantengin aja 😏😏😏

Sidoarjo, 19 Desember 2019



Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang