🍭 Bianca Sakit 😵

8K 907 32
                                    

Malam harinya badan Bianca juga panas. Kebetulan Ayip yang baru akan dibawa ke dokter, akhirnya Bianca sekalian. Mia dan Rahil agak heran kenapa kedua anak mereka bisa sakit di waktu bersamaan. Ayip yang kena asam lambung padahal setahu mereka makan teratur dan Bianca yang tak ada angin, tak ada hujan pagi hari cerah ceria tiba-tiba malam harinya sakit.

Sampai rumah, setelah menyuruh Ayip dan Bianca minum obat, Mia dan Rahil memanggil Zefa ke kamar mereka.

"Mbak Bian sama Mas Ayip nggak makan yang aneh-aneh kan?" tanya Mia khawatir. Tapi di satu sisi ia merasa aneh kalau sampai kantin sekolah mereka tidak higienis. Pasti saat kontrak kerja sama langsung diputus pihak sekolah.

Zefa terdiam. Ia menunduk.

"Mbak sama Mas jajan apa? Atau ada yang kasih sesuatu?" tanya Rahil lembut.

Zefa menggeleng. "Kita jarang jajan. Paling beli minum aja atau es krim. Kalau sakit pasti sakit semua. Mas Abhi juga Mbak Garin."

"Terus?"

Zefa diam beberapa saat lalu menghela napasnya berat dan menceritakan semuanya, apa yang diketahuinya kepada Mama dan Papanya.

Rahil dan Mia menghela napas dalam usai si bungsu bercerita.

"Jadi selama dua minggu ini Mas Ayip nggak pernah makan siang? Malah main basket?" tanya Mia hati-hati.

Zefa mengangguk.

Sejak tinggal di keluarga mereka, pola makan Ayip menjadi teratur ditambah jam sekolah yang full day school, sehingga saat harus melewati jam makan siang bisa terasa menyiksa.

Rahil memahami anak-anaknya ada di usia di mana teman itu penting. Kalau tidak mengikuti arus, pasti akan ditinggalkan. Tapi ia tidak suka status Ayip disangkut pautkan.

"Besok kita ke rumah Krisna," putus Rahil kepada Mia.

"Setahuku sih keluarga Krisna tuh baik lho. Krisna juga," sahut Mia setelah mengiyakan.

"Mungkin Krisna merasa kehilangan Ayip yang cuma kumpul sama saudaranya. Nggak pernah main bareng lagi," terang Rahil. "Ya gimana ya...aku pun dulu jarang main sama teman sekolah. Mainnya sama Om-Om dan teman-teman di asrama."

"Aku nggak ngerti enaknya main basket saat perut lapar. Begitu jam istirahat perutku sudah kerucukan," cetus Zefa.

"Ya sudah, Adek istirahat sana." Rahil bangkit lalu mengusap kepala si bungsu.

"Papa mau ke mana?" tanya Mia.

"Mau lihat anak-anak dulu.

🍦🍦🍦

Rahil melihat Ayip yang tertidur dengan tenang. Ia duduk di pinggiran tempat tidur dan mengusap kepalanya lembut.

"Papa sayang kamu walaupun bukan anak kandung Papa. Kamu tetap anak Papa dan Mama. Keluarga nggak sekedar darah dan daging tapi juga batin. Cepat sembuh ya? Semua sayang kamu terutama Adek Bian." Ia mencium puncak kepala Ayip, membetulkan selimut lalu keluar.

Setelah itu masuk ke kamar tuan putri satu-satunya. Si manja yang suka menceriakan hari-hari mereka.

Bianca tidur meringkuk dan saat Rahil mendekat perlahan ke tempat tidur putrinya itu, badannya bergerak dan matanya terbuka.

Rahil tersenyum. Menyentuh keningnya yang masih panas. "Mbak kok bangun?"

"Haus, Papa," jawab Bianca lirih.

Rahil mengambil segelas air dengan sedotan dan membantu Bianca minum. "Kepalanya pusing?" tanyanya setelah Bianca selesai dan mengembalikan gelas ke atas meja.

Bianca menggeleng. "Krisna jahat, Papa. Hueee..." tiba-tiba ia kembali menangis.

"Krisna nggak jahat. Cuma nggak ngerti. Krisna kangen main sama Abang. Mungkin lain kali Krisna diajak makan bareng," dengan lembut Rahil menghapus air mata putrinya.

"Aku salah ya Papa nggak bolehin Abang main?" tanya Bianca sedih disela sesenggukannya.

Rahil tersenyum sambil menggeleng. "Memang Mbak Bian ngelarang Abang gitu?" pancingnya.

Bianca menggeleng. "Nggak. Cuma ngajakin makan. Mas Abhi juga makan, Mbak Garin juga."

"Lain kali Krisna diajak ya? Dia kangen sama Abang."

Bianca manyun. "Aku nggak suka! Krisna bilang Abang bukan siapa-siapaku! Padahal Abang kan Abangku."

Rahil mengusap lembut kepala Bianca. "Krisna belum ngerti kalau keluarga nggak harus punya orang tua yang sama. Krisna mungkin lupa kalau memberi tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia. Seperti lagu Kasih Ibu. Krisna punya orang tua lengkap yang bisa menyekolahkan dia. Krisna lupa kalau Ayah dan Ibunya Abang sudah meninggal, hanya ada Mbahkung dan Uti."

"Iya. Aku sebel! Dia jahat!"

"Krisna nggak jahat cuma nggak ngerti dan lupa. Nanti Papa kasih tahu ya? Mbak Bian harus tetap berteman sama Krisna, kan Krisna teman Abang juga." Rahil mencium kening Bianca. "Sudah yuk balik tidur lagi biar cepat sembuh. Sembuh, sembuh, sembuh ... fuh!" Ia mengusap kepala putrinya dan meniupnya.

Rahil menunggu sampai Bianca kembali tidur baru keluar kamar putrinya.

🍦🍦🍦

Esok harinya, tepatnya sesudah anak-anak pulang sekolah, sebelum Rahil dan Mia ke rumah Krisna, orang tua Krisna dan sang anak yang masih berseragam sekolah mendatangi rumah mereka untuk menjenguk Ayip. Belum tahu kalau Bianca juga sakit.

"Saya mohon maaf atas sikap Krisna, Pak Rahil dan Bu Mia," ucap Surya, Papanya Krisna dengan tulus.

"Ayip bagaimana, Pak? Saya kuatir bagaimana anggapan teman-temannya nanti di sekolah," sambung Arimbi, Mama Krisna dengan wajah cemas dan sungkan. "Saya sudah marahi Krisna setelah gurunya telepon ke rumah. Saya malu."

Krisna sendiri duduk di antara orang tuanya sambil menunduk.

Rahil tersenyum menenangkan sambil mengangguk. "Jujur saya kecewa saat Krisna bilang anak saya merasa mentang-mentang." Ia menatap Krisna, "Krisna, Om Rahil, Tante Mia, Adek Zefa dan semua keluarga Om termasuk Mas Abhi sama Mbak Garin sudah menganggap Ayip keluarga kami sendiri. Ayip anak Om Rahil dan Tante Mia, Abang dari Bianca dan Zefa. Kami nggak pernah membedakan. Tolong lain kali jangan bicara gitu lagi ya? Kasihan Ayip."

"Maaf, Om, Tante," ucap Krisna takut-takut. Masih menunduk.

"Ayip anak yatim piatu, Bianca mengajak Ayip tinggal di sini biar Ayip nggak sedih lagi Ayahnya meninggal dunia bukan karena kami kebanyakan uang. Uang itu bukan segalanya, Nak, kalau akhlaqnya nggak ada. Tapi kalau kita punya rezeki, bukankah lebih baik disedekahkan untuk sesama. Krisna tahu itu kan?" Rahil berusaha menjelaskan dengan bahasa yang bisa dimengerti anak SMP kelas tujuh.

Krisna mengangguk.

"Mas Abhi sama Mbak Garin aja nggak pernah main. Memangnya Mas Krisna nggak pernah lapar ya?" celetuk Zefa. "Aku aja lapar."

Krisna, untuk pertama kalinya mendongak dan menatap Zefa yang bersedekap.

Arimbi menghela napasnya. "Krisna tuh susah makan dari dulu memang."

Mia tersenyum. "Krisna kangen main sama Ayip ya?"

Krisna menatap Mia dengan ekspresi seperti tertangkap basah yang membuat Mia tersenyum lagi.

"Nanti makan bareng sama Ayip dan yang lain saja. Mau?" tawar Mia.

Krisna terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa.

"Ya sudah nggak apa-apa." Mia menganguk. "Ayo, saya antar ke kamar Ayip. Monggo." Ia mengajak Krisna dan orang tuanya ke atas.

"Mbak Bianca juga sakit," kata Zefa dengan nada tajam.

"Eh?" Krisna dan Mama-Papanya yang baru berjalam dua langkah langsung berhenti. Kaget.

🐝🐝🐝

Bianca sakit tapi partnya dikit malahan 😖

Tengokin Mbak Bianca dong 😋

Kok wattpadku not responding sih? Server down? Telegram dan words-ku juga gitu 😢

Sidoarjo, 09-01-2020

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang