🍭Agustus 🔴⚪

6.4K 652 107
                                    

Baru buka WA eh di grup heboh cerita plagiat. Wew, sekarang marak kali ya plagiarism? BANGGA GITU KALIAN MELAKUKAN PLAGIAT? ATAS NAMA TERINSPIRASI? 😂😂😂 kami, para penulis karya original yang bersusah payah mencari ide agar menghasilkan karya yang baik mungkin tidak tahu bahwa karya kami diplagiat. Tetapi ingat, apapun agama kalian, Tuhan itu Maha Mengetahui dan jauh di hati kecil kalian, kalian tahu apa yang kalian lakukan itu baik atau buruk. Apapun argumentasi dan pembelaan diri kalian nggak akan bisa membohongi hati nurani kalian sendiri kecuali perasaan kalian sudah mati. Nah, kalau sudah mati...tinggal diapain? Silahkan jawab sendiri...

Heran! Kok nggak ada kapoknya gitu demi bisa populer sebagai penulis melakukan segala cara 😤😤😤 apalagi sampai dibukukan 😠😠😠 uwow sekalinya punya nyali e? Otaknya terlalu halus saking nggak pernahnya dipakai atau memang nggak punya?

Menulis itu nggak langsung hebat. Belajar pelan-pelan biar tahu prosesnya dan kelak kamu akan bangga dengan pencapaianmu 😒

Sudah biasa penulis pemula itu nggak ada yang baca. Namanya juga baru mulai, masih proses mengenalkan diri. Jangan maunya baru nulis langsung minta viewers 90K...😤 itu manusia Halu! Delu!

🔥🔥🔥

Setiap memasuki bulan Agustus tak hanya sekolah yang mulai menyambut bulan kemerdekaan Indonesia. Di rumah keluarga besar Bianca pun begitu.

Sore hari Rahil dibantu anak-anaknya memasang bendera di depan rumah.

"Siap, grak!" seru Rahil setelah bendera naik dan terpasang sempurna.

Mendengar perintah tersebut, otomatis Bianca, Zefa yang diikuti Ayip dengan perasaan bingung berdiri sejajar dengan Rahil dan melakukan sikap siap.

"Hormat, grak!" seru Rahil kembali dan serentak semua hormat kepada bendera. "Tegak, grak!" Kembali serentak mereka menurunkan tangannya. "Bubar, jalan!"

Semua mulai meninggalkan halaman kecuali Ayip yang tampak bengong.

"Kenapa, Bang?" tanya Rahil.

Ayip menggeleng.

"Terus?"

"Ehm...anu, Papa sama Adek semua kalau pasang bendera selalu hormat kayak upacara gitu?" tanya Ayip ragu-ragu.

Rahil tersenyum. "Sini, sini..." ia duduk di lantai teras dan diikuti Ayip juga Bianca dan Zefa. "Iya, sejak kecil saat menaikkan bendera merah putih juga gitu. Grandpa yang sudah pensiun pun tetap hormat bendera setelah menaikkannya. Seperti kita."

"Kenapa?" tanya Ayip ingin tahu.

"Bendera merah putih adalah jiwa raga Grandpa yang dijaganya dengan segenap nyawanya agar tetap berkibar di angkasa," jawab Rahil. "Grandpa hormat bendera bukan karena kewajiban semata-mata sebagai tentara melainkan karena itu jiwa raganya."

"Jadi walau pensiun tetap hormat?" tanya Ayip lagi.

Rahil mengangguk. "Merah putih ada dan dipertahankan dengan segenap darah para pejuang dan jiwa raga seluruh rakyat Indonesia. Dan terutama itulah pekerjaan Grandpa, mempertahankan merah putih tetap berkibar agar kita bisa beraktifitas tanpa takut."

"Iya." Zefa mengangguk. "Kalau Indonesia nggak aman, kita nggak akan bisa sekolah kan? Kita akan lari cari tempat sembunyi biar selamat."

Ayip manggut-manggut. "Jadi semuanya pasti hormat dulu ya?"

"Iya." Bianca mengangguk.

🍦🍦🍦

Esok sorenya mereka ke rumah Rashad. Bertepatan Rahil memarkir mobilnya di carport, saat itu Rashad baru saja selesai hormat kepada bendera. Masih tampak gagah dipandang sekalipun sudah mulai kalah dengan usia.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang