🍭 Sore Di Lapangan Rampal 🏃

8.9K 841 169
                                    

Pulang sekolah dengan diantar Rashad setelah mengantarkan Garin pulang lebih dulu, Bianca, Zefa, Ayip dan Abhi menuju lapangan Rampal.

Anak-anak itu akan lari rutin bersama beberapa tentara muda yang dimintai tolong menemani mereka. Bergantian siapa yang sedang tidak sibuk.

Saat tak ada latihan di klub karate atau sepak bola, mereka akan lari. Abhi seperti Bianca, hanya ikut bela diri. Pencak silat. Dan renang adalah satu-satunya kegiatan yang diikuti oleh semua. Termasuk Garin.

Tapi kali ini yang menemani hanya satu orang. Seorang tentara muda berpangkat Sertu atau Sersan Satu bernama David. Orangnya ramah dan lucu juga paling suka mengganggu Bianca tapi sekaligus penyemangat latihan karatenya karena ia pun atlit karate.

Sore itu jogging track sedang lumayan ramai. Sedangkan lapangan tak terlalu. Sementara itu, jalan raya yang ada di sisi barat dan selatan seperti biasa mobil-mobil berseliweran dari berbagai arah.

Setelah pemanasan sejenak, Rashad dan David mengikuti Bianca, Zefa, Ayip dan Abhi lari mengelilingi jogging track.

Sudah menjadi rutinitas Rashad selain menjemput cucu-cucunya juga menemani lari. Apalagi ia aktif ikut lomba marathon.

Setelah lari rutin beberapa putaran, mereka pun beristirahat di pinggir lapangan dekat jogging track.

"Mbak Bianca ikut voli gitu." Bujuk David.

"Nggak mau, Om." Bianca mengerucutkan bibirnya. "Sakit." lanjutnya beralasan.

David tertawa. "Karate enggak?"

Bianca berpikir sejenak lalu menggeleng. "Beda dong."

"Karate juga sakit, Mbak." Dumel Zefa.

"Hihihi...Adek lucu." Abhi yang duduk di samping Bianca terkikik geli sambil mengusap kepala sepupunya yang berbalut hijab itu. Kebiasaannya sejak kecil yang tidak hilang saat memperlakukan sepupunya itu.

Sementara Garin, Adik kembarnya suka memeluk Bianca. Alasannya lucu. Bahkan Adik bungsu mereka, Satya, yang masih kelas tiga SD itu menganggap Bianca lucu.

"Kalau voli tanganku sakit, Mas Abhiii." Ujar Bianca sambil menekan nama sepupunya dengan bibir memgerucut.

Abhi manggut-manggut. "Ah, oui. Ya, ya, ya, hihihi...(ya)" ia menoleh pada Ayip. "Nggak ikut karate juga? Atau pencak silat?"

Ayip menggeleng. Ia tidak tertarik dengan bela diri. Ia lebih suka renang. Sejak selesai UN, ia memberanikan diri meminta pada Rahil untuk ikut klub renang. Apalagi kata Rashad dan Sadewa tentara harus kuat lari dan bisa renang.

"Renang aja." Jawab Ayip kalem.

"Semua punya olah raga masing-masing ya." Komentar David. Tapi menurutnya di antara semua cucu mantan tentara senior di dekatnya itu, Bianca dan Zefa yang paling menyolok.

Keempat cucu Rashad mengangguk serempak.

"Oh ya, tadi aku sama Mbak Bianca ngukur kecepatan lari. Kata Pak Agra, guru olah raga kita, kita bisa jadi atlit lari. Disuruh ikut." cerita Zefa pada semuanya.

"Eh?" Semua serentak menoleh pada Zefa dan Bianca.

"Berapa memang waktunya?" Tanya Rashad penasaran.

Zefa memberitahu angka yang tadi disebutkan gurunya.

"Masya Allah, Adek Zefa, Mbak Bianca..." Rashad tertawa. "Grandpa bangga. Ikut saja kalau ada lomba."

"Gitu?" Gumam Bianca.

"Iya dong." David mengangguk menyemangati.

"Kalau renang juga bisa?" Tanya Ayip.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang