lebaran

7K 749 151
                                    

Idulfitri sudah di depan mata tetapi lebaran kali ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Diawali dengan tak adanya ibadah tarawih di masjid atau mushala kemudian tak adanya ibadah salat Idulfitri di masjid atau tanah lapang akibat pandemi corona yang belum tampak hilal berakhirnya. Yang ada kasusnya tiap hari semakin meningkat terutama propinsi Jawa Timur yang lonjakannya luar biasa.

Semua akibat ketidaksabaran dan sikap cenderung meremehkannya para masyarakat tentang virus covid-19. Jika belum melihat sendiri orang terdekat terpapar, masih tidak percaya atau jika sudah terpapar menyalahkan tenaga medis dan aparat. Padahal semua sama rata merasakan dampaknya,buruknya. Seluruh dunia jatuh, tidak hanya Indonesia.

Semua merasa bosan tak terkecuali keluarga Rahil.

"Mbak, itu manisanya dikupas dan dipotong ya? Adek sama Abang tolong bantuin," pinta Mia. Ia sendiri berkutat dengan bumbu opor dan sambal goreng.

"Iya," jawab Bianca semangat. Setidaknya tradisi lontong opor dan sayur sambal goreng masih tetap ada.

"Grandma katanya buat bakso?" tanya Zefa.

"Iya. Bakso beli," sahut Mia. "Tinggal dimasak sama bikin kuahnya aja."

"Untung ya Mama, Akung sama Uti tinggal di rumah DeNa. Jadi bisa temenin DeKa," kata Bianca sambil mengupas manisa.

DeKa adalah panggilan untuk istri Nakula, Karenina, yang memiliki postur mungil seperti Mia. Orang tua Mia memang sudah tiga bulan sebelumnya diminta tinggal menemani Karenina yang baru saja melahirkan anak kedua, ketika hendak pulang, situasi semakin buruk dan PSBB mulai diterapkan.

"Iya, alhamdulillah," sesaat Mia berhenti dari kegiatannya. Ia sedih karena tak bisa mengunjungi orang tuanya.

"Mama." Bianca segera menghentikan pekerjaannya dan memeluk mamanya. "Nanti bisa ketemu lagi, in syaa Allah," hiburnya. Padahal biasanya dirinya yang merengek minta ketemu yang lain.

Mia tersenyum dan balas memeluk putrinya. "Iya. In syaa Allah."

Bianca balas tersenyum.

"Ya udah yuk, diselesaikan masaknya. Biar besok bisa Papa kirim ke semua." Kembali hati Mia mencelos saat mengucapkan itu. Mereka hanya bisa mengirim makanan saja tapi tidak bisa berkunjung.

"Iya."

Keduanya pun kembali memasak.

"Grandmi sama Grandpi juga jauh...di rumah Bude Shafa sana...nggak tahu kapan pulang...uwaaaa!" greget Bianca.

"Mama, dulu waktu bayi, Mbak Bian suka makan apa sih?" tanya Zefa heran.

Mia tersenyum mendengar itu. "Makan apa?"

"Kamu tanya Mama? Orang Mama dulu juga gitu kok? Berisik, ceroboh..." celetuk Rahil yang baru masuk dapur.

"Mama nggak gitu ya?" Mia membela diri.

"Masa?" Rahil menaik-turunkan kedua alianya menggoda.

"Nggak salah maksudnya." Akhirnya Mia terkekeh juga.

"Yuk ah, Papa bantuin biar cepat beres. Nanti malam kita takbir online bersama yang lain."

🍫🍫🍫

Malamnya, Rahil sudah memasang laptop di ruang keluarga berikut peralatan penunjangnya. Setelah semua siap, muncullah satu per satu Anzar, Abhi, Wafa, Arjuna, Sadewa dan beberapa yang lain. Sedang dari rumah Rahil di wakili Zefa yang nanti bergantian dengan Ayip.

"Assalamu'alaikum ya kakak semua..." sapa anak lelaki berwajah keArab-Araban dengan gaya tengil mirip Abinya.

"Wa'alaikumussalam," jawab semua.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang