Ikut Genmi dan Genpi

9.2K 827 103
                                    

Bianca baru saja turun dari mobil bersama Mamanya saat melihat Grandpi dan Grandminya keluar dari rumah Grandpa dan Grandmanya.

"Genpi, Genmi!" jerit Bianca sambil berlari menghambur ke arah keduanya. "Sayamikum."

Rashid yang pertama ditubruk tertawa. "Wa'alaikumussalam," balasnya serentak dengan Kartika, istrinya lalu menggendongnya tak lupa mencium kedua pipi gembil Bianca.

"Genpi mau pegi mana?" tanya Bianca sambil menggigit jari telunjuknya.

"Mau ketemu temannya Grandpi sebentar," jawab Rashid.

"Di dalam ada Mas Wafa sama Wafi juga Mbak Nawwal," celetuk Kartika.

Bianca terdiam sejenak lalu menggeleng.

"Yok, masuk yok. Katanya mau main sama Mbak Nawwal," ajak Mia yang tahu gelagat pasti Bianca ingin ikut.

"Adek ikut," pintanya masih menggigit jari telunjuknya.

"Kok ikut sih, Nak? Katanya tadi mau main sama Mas Wafa sama Wafi yang mukanya sama," bujuk Rahil.

Bianca menggeleng dan mengalungkan kedua tangannya di leher Rashid.

"Adek nggak boleh gitu ah," Mia menggeleng melarang sambil berusaha mengambil alih Bianca.

Bukannya lepas, kalungan di leher semakin erat. "Dak mau! Adek ikut!" jerit Bianca yang membuat telinga Rashid pengang. Kedua matanya sudah berkaca-kaca dan mulutnya mencebik.

"Iya, sudah. Tapi nggak boleh rewel ya? Nggak ada susu loh," Kartika mengangguk yang membuat Bianca tersenyum lebar.

"Tapi, Mi?" Mia tampak sungkan.

"Nggak apa, ya sudah kita pergi dulu ya? Adek yok salim Mama sama Papa dulu."

"Mama, Papa, sayamikum. Adek pegi sama Genpi sama Genmi," katanya berubah riang seketika yang membuat kedua orang tuanya menahan napas.

"Wa'alaikumussalam," balas Rahil dan Mia yang gemas melihat putrinya itu.

Akhirnya Rashid pergi menggunakan mobil Rahil. Ia menukar kunci sewaannya.

🍦🍦🍦

Sepanjang jalan Bianca bernyanyi gembira membuat Rashid dan Kartika tertawa.

"Kita pegi mana?" tanya Bianca lagi sambil memakan jeli yang baru saja dibelikan Grandminya.

Kartika sengaja meminta suaminya berhenti dulu di minimarket beli jajanan dan minuman untuk Bianca, jaga-jaga jika nanti tak ada makanan yang cocok untuk cucu keponakannya itu.

"Ke rumah temannya Grandpi. Adek nggak boleh rewel lho," kata Rashid.

"Iya," Bianca mengangguk.

Tak lama mereka sampai dan Bianca disambut gembira oleh tuan rumah.

"Ini cucumu?"

Rashid menggeleng. "Cucunya Adik kembarku ... "

"Oh, Kolonel Rashad? Dinas di mana?"

"Sudah pensiun." Rashid menatap Bianca. "Adek, ayo salim sama Kakung Dika sama Uti Yana," pintanya. "Sebut dulu namanya siapa?"

"Ini Adek Biaca. Kakung, Uti, sayamikum," dengan patuh Bianca salim setelah menunjuk dirinya sendiri saat menyebut namanya.

"Ih, pinternya," Yana tersenyum dan saat akan mencubit pipi si kecil segera ditepis yang membuatnya kaget.

"Janan cubit! Sakit!" protes Bianca yang membuat Yana dan Dika tertawa.

"Pinternya," puji Dika. "Tahu ya Adek kalau dicubit sakit?"

Bianca mengangguk imut. "Iya, sakit."

"Yuk ke dalam, Uti punya puding. Mau?" ajak Yana sambil menggandeng Bianca.

Bianca menatap Kartika.

"Ya, boleh." Kartika mengangguk.

"Mauuu," jawab Bianca begitu diizinkan Grandminya.

Mereka diajak duduk di ruang keluarga. Tak lama kemudian puding untuk mereka disajikan.

"Adek makan di bawah saja ya?" kata Kartika.

"Genmi di ata?" tanya si kecil.

Kartika mengangguk. "Iya. Kalau Adek makan di atas nanti susah."

"Iya." Bianca mengangguk dan duduk di atas karpet tebal.

Setelah posisi Bianca pas untuk makan sendiri, Kartika kembali duduk di sofa.

"Manggilnya Genmi, Mbak?" tanya Yana.

Kartika tersenyum. "Iya. Grandmi, suamiku Grandpi. Buat membedakan sama Grandpa dan Grandmanya."

Yana tersenyum. "Anak-anak selalu punya bahasa menakjubkan ya?"

"Mungkin juga asalnya kan anak-anakku sendiri manggil aku dan Mas Rashid Mami-Papi, anak-anaknya Adik kembar si Mas, Dek Rashad dan Dek Frannie itu Mama-Papa, jadinya ya Grandmi, Grandpi dari Grandmami dan Grandpapi. Kan ada Grandmama dan Grandpapa," jelas Kartika sambil terkekeh.

"Genmi, budin enaaak," celetuk Bianca yang mengambil sesendok dan menunjukkan kepada Grandminya.

Kartika mengangguk. "Dihabiskan ya?"

"Iya," Bianca mengangguk lalu kembali menekuri pudingnya.

Yana yang memperhatikan interaksi keduanya takjub. "Nggak rewel ya?"

"Alhamdulillah, enggak." Kartika mengangguk menyetujui.

"Sepertinya saya baru dengar panggilan Grandmi dan Grandpi loh, Mbak." Yana kembali ke topik semula.

"Sama," Kartika pun terkekeh.

"Imajinasi anak-anak memang hebat," puji Yana.

🍭🍭🍭

Mereka berada sampai jam makan siang. Tuan rumah menyuruh mereka makan dulu sebelum pulang.

Karena tak ada kursi anak-anak, maka tempat duduk Bianca diganjal bantal agar si kecil tidak kesusahan. Tapi yang ada malah minta pangku Rashid.

"Adek, makan pakai apa?" tanya Kartika yang sudah mengisi piring Bianca dengan nasi sesuai porsinya. "Mau perkedel?"

"Mau. Itu sayu sop?" tanya Bianca sambil menunjuk yang dimaksud. "Adek mau itu juga. Udan."

"Udang?" ulang Kartika.

"Iya. Udan." Bianca mengangguk.

Setelah mengisi dengan lauk yang diinginkan, Kartika meletakkan piring di depan si kecil lalu ia mengisi piring suami dan miliknya sendiri.

🐢🐢🐢

Intermezzo part 2.

Jangan bertanya-tanya pliiis 🙇🙇🙇

Sidoarjo, 24-12-2019

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang