🍭 Semester Baru 📚

5.8K 709 65
                                    

"Apa coba manyun gitu?" tegur Rahil saat sarapan pagi. Sudah dua hari ini Bianca cemberut gara-gara ingat, seharusnya libur akhir semester kemarin digunakan untuk ke Jakarta, menginap di rumah Papi Sahilnya.

"Pengen ketemu Papi," ujar Bianca.

Rahil menghela napas melihat putrinya itu. "Mbak, lagian kalau ke Jakarta juga nggak mungkin ketemu juga kan? Papi ada tugas dan nggak di rumah. Sekarang juga belum pulang. Adek Anzar juga di New Zealand."

"Ish...Papa..."

"Sebelum pergi juga Papi kasih uang saku buat ke Eropa kan?"

Mendengar kata uang saku seketika Bianca meringis. Membuat Rahil menyentil keningnya. "Sakit!" Ia menggosok keningnya dengan cemberut. "Pokoknya liburan nanti ke rumah Papi. Eh lebaran ke Jakarta yuk? Papa ya..."

Rahil menghela napasnya dalam. "Lihat nanti ya, Mbak? Tahu sendiri Papi jarang di rumah. Bisa hubungi Mbak juga untung loh."

"Hem."

"Lagian, lihat muka Papa kan sama aja," Rahil menunjuk wajahnya sendiri.

Bianca memutar kedua bola matanya. "Beda Papa ih."

"Ya sudah, nanti Papa pinjam seragamnya Granpa. Pasti masih ada deh."

"Nggak sama, Papaaa..." rajuk Bianca.

"Mbak, Papamu yang ini lho. Bukan Papi Sahil. Papa sedih tahu..." Rahil pura-pura ikut merajuk.

"Ribut terus deh," sela Mia gemas.

Sementara Zefa dan Ayip tetap tenang menikmati sarapan mereka sambil menikmati tontonan gratis.

Lima belas menit kemudian, semua selesai sarapan dan segera berangkat. Tak lupa membawa oleh-oleh untuk teman-temannya.

🍦🍦🍦

Sampai di sekolah, begitu melangkahkan kaki melewati gerbang, Bianca sudah ditunggu oleh Shabbir yang tersenyum lebar ke arahnya.

"Assalamu'alaikum, Bianca," sapa Shabbir sembari menyamai langkah menuju gedung sekolah.

"Wa'alaikumussalam," balas Bianca.

"Mbak Bian aja?" sindir Zefa yang berada di tengah keduanya.

"Kan belum selesai," sahut Shabbir diplomatis. "Assalamu'alaikum, Zefa, Ayip."

Zefa mendengkus. "Wa'alaikumussalam," balasnya ogah-ogahan.

Sedang Ayip membalas dengan lirih.

"Gimana Paris sama London? Seru ya bisa ke sana," ujar Shabbir. Ia mengetahuinya dari WA story Bianca dan Abhi. Karena perbedaan waktu membuatnya tak berani menghubungi Bianca.

"Dingin," sahut Zefa.

Shabbir gemas sekali dengan Zefa yang sejak awal seperti memusuhinya padahal ia merasa tak melakukan apapun. Ia sungguh tak habis pikir ada keluarga yang terlalu overprotective terhadap seseorang apalagi di zaman modern begini.

Zefa sendiri yang merasa moodnya agak jelek terhadap Shabbir, tanpa kata menarik Bianca agar ke kelas lebih cepat yang segera diikuti oleh Ayip.

"Hei, Zefa," panggil Shabbir.

"Maaf ya, Kak." Justru Ayip yang minta maaf sebelum benar-benar meninggalkan Shabbir.

"Adek, dipanggil Kak Shabbir tuh," ujar Bianca.

"Salah dengar," sahut Zefa enteng.

Tak lama mereka sudah du koridor kelas tujuh dan berpisah di kelas masing-masing. Kedatangan Bianca dan kedua saudaranya disambut gembira oleh Flo.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang