🍭 Bukan Papi Sahil 👮

8.6K 834 119
                                    

Bianca keluar kelas bersamaan dengan Saba dan keduanya menuju depan dalam diam. Lagi-lagi Bianca tak menyadari ada yang diam-diam memperhatikannya tak suka terutama saat melihatnya membawa kantong kertas berisi kue.

"Adek!" panggil seseorang.

Bianca yang terbiasa dipanggil 'Adek' pun ikut menoleh untuk melihat siapa.

"Abang!" seru Saba.

"Oh, ternyata Saba. Kaget ih..." gumam Bianca. "Eh...Papi Sahil?" serunya spontan dengan kedua mata melebar.

Saba yang ada di samping Bianca menoleh.

"Eh, bukan ya...bajunya beda," Bianca masih bermonolog sendiri.

"Kamu ngomong apa?" tanya Saba heran.

Bianca menunjuk taruna di depan mereka yang menurutnya sangat mirip dengan adik kembar Papanya yang otomatis seharusnya juga mirip Papanya.

"Dia? Abangku," kata Saba.

Bianca membaca nama yang tertera di dada kanan. "Shaheer. Mirip sama nama Papi Sahil."

"Siapa, Dek?" tanya taruna bernama Shaheer itu.

"Teman sekelas di sekolah,"jawab Saba kaku.

Shaheer tersenyum. "Halo, saya Shaheer, Abangnya Saba." Ia mengulurkan tangan kepada Bianca yang dibalas dengan menangkupkan kedua tangannya. "Oh, eh..."

"Bianca, teman kelasnya Saba."

Shaheer tersenyum. "Eh, ayuk Bianca ikut kita," ajaknya tiba-tiba.

Bukan saja Bianca yang kaget, Saba pun melebarkan kedua matanya.

"Eeeh...saya?" Bianca menunjuk dirinya sendiri.

Shaheer mengangguk semangat. "Iya. Saba hari ini ulang tahun dan kita mau makan malam bersama. Nanti pulangnya dianterin kok."

"Ehm..." saat Bianca ragu, Rahil memasuki lobi.

"Mbak, sudah?" tanya Papanya.

Bianca menoleh dan tersenyum lalu menyalim Papanya. "Assalamu'alaikum, Papa."

Rahil balas tersenyum. "Wa'alaikumussalam."

"Ehm, maaf, Papanya Bianca? Saya minta izin mengajak Bianca ikut makan malam sebentar. Hari ini Adik saya ulang tahun." Ia menunjuk Saba. "Nanti pulangnya kami antar. Di luar ada Papa-Mama juga kok, Om."

Rahil mengernyit dalam melihat Shaheer, bukan saja karena niatnya mengajak Bianca tetapi juga wajahnya yang mirip dirinya versi muda.

"Ehm, Bianca dan Saba teman sekelas," tambah Shaheer yang mengerti keraguan Rahil.

"Ya sudah. Biar Bianca Om antar saja. Kita mengekor di belakang," kata Rahil akhirnya.

"Terima kasih. Ayo, Dek." Shaheer meraih pundak adiknya untuk pergi tapi sebelumnya salim dulu pada Rahil.

Rahil dan Bianca mengekor di belakang lalu saat Saba masuk duluan, Shaheer tampak bicara dengan orang tuanya di dalam mobil kemudian mereka turun untuk berkenalan dengan Bianca dan Rahil. Selanjutnya langsung menuju restoran.

"Mirip Papi Sahil ya, Pa?" tanya Bianca saat mereka di tengah jalan.

Rahil mengangguk. "Mirip Papa juga dong. Kaget lho Papa."

"Hihihi iya." Bianca mengangguk.

"Mbak berteman dekat dengan Saba?"

Bianca menggeleng. "Nggak. Biasa aja. Tapi duduknya di belakangku sih. Nggak tahu tadi Abang Shaheer...ih namanya mirip Papi ya, tiba-tiba aja ngajakin."

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang