🍭 Abhi, Bianca dan Shabbir 💞

6.5K 666 29
                                    

Sejak menjadi anggota OSIS, Abhi sudah jarang aktif di ekskul panahan. Ia hanya berlatih hari sabtu saja, berbeda dengan anggota lain yang punya jadwal latihan di hari biasa juga.

Shabbir pun begitu. Sejak menjadi Ketua OSIS, ia jarang ikut basket apalagi kelas sembilan memang rata-rata sudah mengundurkan diri. Tapi sabtu ini ia datang. Alasannya tak lain karena ada Bianca yang sedang latihan.

"Bianca, pulang nanti ke mana?" tanya Shabbir yang sengaja menemui Bianca yang tengah istirahat.

"Langsung pulang," Abhi yang menjawab.

"Nonton yuk? Ada film bagus lho." Shabbir mengabaikan Abhi.

"Film apa?" tanya Bianca penasaran. Kalau bagus ia akan meminta Papanya mengajak semua nonton.

Abhi mengernyit tidak suka. "Adek!"

Shabbir menyebutkan judulnya yang membuat Bianca tertarik. "Nonton yuk?"

Bukannya menjawab, Bianca menoleh pada Abhi. "Mas Abhi, nonton itu yuk? Mbak Garin juga ya? Semuanya juga."

Shabbir melongo saat Abhi tersenyum tipis. "Mbak Garin nggak bisa deh. Perutnya sakit. Minggu depan deh kita nonton bareng."

"Mbak Garin diare?" Bianca hanya diberitahu Garin sakit perut.

Abhi menggeleng. "Bukan. Bukan diare."

"Yaaah...iya deh. Minggu depan ya?" Bianca meminta Abhi menautkan telunjuknya sebagai tanda janji.

Abhi tertawa dan menautkan telunjuknya pada telunjuk Bianca. "Iya, in syaa Allah."

"Ya sudah, aku ke sana dulu. Maaf ya Kak, aku ke sana dulu." Bianca permisi menuju pelatihnya.

Kini tinggal Abhi dan Shabbir.

"Kak, Adek Bianca nggak boleh pacaran. Masih kecil. Dia juga nggak ngerti pacaran itu apa. Apalagi Adek Bi itu kadang pinter tapi banyak polosnya," kata Abhi dengan mata hazelnya yang berkilat tajam. "Berteman boleh tapi NO pacaran."

Shabbir mengernyit dalam. "Kan terserah Bianca. Kamu kan sepupunya."

Abhi menghela napasnya dalam. "Aturan di keluarga kami sama. Kita masih SMP lho ini."

"Tetap saja."

"Aku sudah kasih tahu ya, kalau ketahuan Papanya, nggak tanggung." Tanpa pamit, Abhi berlalu menyusul Bianca untuk mulai latihan lagi.

Shabbir menghela napas dalam. Ia masih berada di pinggir lapangan panahan, memperhatikan. Ia suka melihat Bianca yang imut dan tampak selalu ceria. Garin memang cantik apalagi tampang blasterannya tapi ia lebih suka Bianca. Kepolosan adik kelasnya itu juga menurutnya lucu dan imut. Berbanding terbalik dengan tinggi badannya yang termasuk jangkung untuk anak seusianya.

Mungkin karena Bianca tidak pernah mencari perhatiannya dan genit. Tapi Garin pun sama. Ya walaupun siswi cantik bukan mereka saja. Masih ada beberapa yang lain.

Dari kejauhan Shabbir memperhatikan bagaimana Bianca dan Abhi membidik panah mereka. Ia kagum terutama kepada Abhi yang tampak sempurna karena serba bisa tapi tetap rendah hati. Di saat orang lain membanggakan kemampuan mereka, Abhi menutupinya. Kenapa ya?

🍦🍦🍦

Sampai rumah, setelah ganti baju, Bianca langsung merebahkan diri. Ia masih memikirkan ucapan Abhi tentang Garin yang sakit perut karena tamu bulanannya datang. Kena dismenore atau nyeri haid ternyata.

Saat melamunkan Garin, hapenya bunyi. Dari Shabbir.

Kak Shabbir
Assalamu'alaikum, Bianca.
Sudah pulang ya?

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang