🌽Tahun Baru🍡

9.8K 840 148
                                    

Akhir tahun, libur sekolah. Tak ada kegiatan. Tak ada jalan-jalan. Hanya liburan sebentar ke Paris, ke rumah Kakek-Nenek buyut Abhi dan Garin. Berkunjung sebentar ke kediaman Opa Darwin di Inggris karena masih bekerja di Kedutaan Indonesia London. Pulang tanpa mampir ke rumah, Rahil langsung menuju rumah Rashad.

Semua berkumpul kecuali Papi kesayangan Bianca dan keluarganya. Bahkan Grandmi dan Grandpinya juga Mbahkung dan Mbah Utinya Ayip.

"Papa, sosisnya udah mateng belom?" tanya Bianca dengan nada manja sambil menggendong Momo.

Rahil yang tengah memanggang sosis menoleh lalu mencubit pipi putrinya.

"Sakit! Jangan cubit ih!" Bianca cemberut dan pergi sambil mengentakkan kakinya.

"Adek, baksonya sudah mateng nih," panggil Ayip.

Bianca dengan senyum mengembang segera menurunkan Momo lalu mencuci kedua tangannya. Ia mendekati meja makan di mana semua terhidang.

"Mana? Mana?" tanya Bianca antusias.

"Ini," Abhi menyerahkan mangkok yang sudah penuh dengan bakso yang masih mengepul.

"Merci, Mas, (terima kasih)" ucap Bianca riang sambil menerima mangkoknya lalu memanggil Momo dan mengajaknya duduk di taman indoor yang memamg bersebelahan dengan ruang makan, tempat mereka berkumpul.

Para ibu menyiapkan minuman dan membuat bakso berikut lontongnya, sedang para lelaki memanggang sosis dan roti juga membakar jagung.

Saat Bianca, Abhi, Ayip, Zefa dan Satria menikmati bakso mereka, Garin sibuk mengabadikan setiap moment terutama membuat instastory.

"Oleh-oleh dari Eropa mana?" tanya Sadewa, anak bungsu Grandpi Bianca itu kepada Garin melalui video call tepat setelah Garin menutup aplikasi instagramnya.

"Ada. Tapi Papa De pulang ke Malang," tantang Garin.

Sadewa yang tampak berseragam PDL loreng itu terkekeh. "Pintu Doraemonnya rusak. Kan Nobita udah pinter."

Garin cemberut.

"Adek Bi mana?" tanya Sadewa kemudian.

"Tuh lagi makan sama Momo," Garin mengubah tampilan layarnya.

"Sini, Papa De mau ngomong," pinta Sadewa.

Garin menyerahkan hapenya kepada adik sepupunya itu lalu ia menuju meja makan mengambil makan.

"Papa De, assalamu'alaikum," sapa Bianca riang dengan senyum lebar.

"Wa'alaikumussalam. Ke Eropa kok nggak ajak-ajak sih?" Protes Sadewa pura-pura cemberut.

Ganti Bianca yang cemberut. "Papa De kayak Bang Toyip. Nggak pernah pulang!"

"Ya...gimana dong sayang? Negara memanggil." Sadewa nyengir. "Lagian kamu tahu Bang Toyip?"

"Itu...lagu lama. Bang Toyip tiga bulan nggak pulang-pulang." jawab Bianca. Lalu ia terdiam sesaat. "Papa De di perbatasan? Sehat?"

Sadewa tersenyum. "Alhamdulillah. In syaa Allah cuti tahun ini pulang ke Malang,"

"Asyiiik!" Pekik Bianca senang.

"Kamu mau pulang, Dek?" tanya Rashid, Grandpi Bianca yang kebetulan sedang mendatanginya sambil membawa sosis bakar untuknya.

"Makasih, Grandpi," ucap Bianca.

Sadewa memutar kedua matanya. "Kalau negara nggak memanggil sih hehehe...rencanaku pulang ke Jawa."

"Aamiin. Mami kamu kangen tuh," kata Rashid

"Kan udah telponan hampir tiap hari," jawab Sadewa di seberang.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang