🍭 Seblak vs Martabak Mie 🍲

7.5K 792 58
                                    

"Abang, ayok anterin!" rengek Bianca sambil menarik-narik baju Ayip.

Minggu sore itu Ayip tengah nonton TV sendirian di ruang keluarga. Zefa ikut Mama-Papanya belanja. Ayip di rumah karena Bianca tadi tidur dan sekarang sudah bangun, sudah mandi juga.

Ayip menoleh dengan kening mengernyit dalam. "Anterin ke mana?"

"Beli seblak," jawab Bianca manyun.

"Hah?"

"Hah heh hah heh...ayok anterin," pinta Bianca.

"Nggak ah. Nanti Papa marah. Seblak kan pedes. Adek nggak bisa makan pedes gitu." Ayip menggeleng.

"Tapi aku pengen," rengek Bianca lagi.

"Tapi pedes." Ayip juga kekeh.

Pasalnya perut Bianca sensitif dengan pedas. Sedikit saja sudah membuat perutnya panas apalagi kalau banyak langsung sakit perut.

"Ya sudah, aku pergi sendiri!" Bianca bangkit sambil mengentakkan kaki menuju garasi untuk mengambil sepedanya.

"Eeeh, Adek! Jangan!" Tapi Bianca sudah melesat lebih dulu membuat Ayip buru-buru menyusul.

Ayip segera mematikan TV, mengunci pintu rumah, mengeluarkan sepeda, mengunci garasi dan pagar rumah lalu buru-buru menyusul Bianca menuju penjual seblak yang berjualan di area ruko perumahan.

Benar saja, Bianca sudah mengantre di sana. Segera ia memarkir sepedanya di sebelah sepeda adiknya itu dan mendekati tuan putri.

"Adek sudah pesan?" tanya Ayip.

Bianca menoleh sambil meringis. "Sudah. Abang mau?"

Ayip menghela napas pasrah. "Nggak."

Dan karena tidak terlalu banyak orang, punya Bianca sudah dibuatkan. Setelah membayar, mereka pun langsung pulang terutama Bianca. Hatinya sangat riang.

Sampai rumah, masih sepi. Orang tua mereka dan si bungsu belum pulang. Setelah memasukkan sepeda ke garasi, Bianca ke dapur untuk mengambil sendok lalu membawa seblaknya yang masih panas ke ruang keluarga di mana Ayip sudah kembali duduk tenang sambil nonton TV.

"Abang mau?" tawar Bianca.

Ayip menggeleng. Ia lebih suka pentol atau cilok.

Setelah mengucap basmallah, Bianca menyendok seblaknya. "Pedaaaas! Huah!" Baru saja di ujung lidah, belum dikunyah, Bianca langsung lepeh lagi ke sendoknya dan berlari ke dapur, membuang bekasnya dan melempar sendok ke bak cuci piring.

Kemudian menuju kulkas untuk mengambil minum dan minum sebanyak mungkin.

"Ini," Ayip menyerahkan susu kotak kecil pada Bianca.

"Oh iya." Bianca meletakkan gelasnya ke meja, mencabut sedotannya, menusukkan ke kotaknya dan meminumnya sekali sedot.

"Pelan-pelan dong," kata Ayip mengingatkan.

"Padahal aku minta nggak pedas ih!" Bianca menghentakkan kakinya kesal lalu membuang kemasan susu yang sudah tandas itu. "Ck! Jadi mubazir deh. Padahal pengen aku...uwaaah!" jeritnya.

"Perutnya nggak apa-apa?" tanya Ayip cemas.

"Nggak terlalu. Belum ditelan," jawab Bianca manyun.

Setelah drama barusan, dengan langkah gontai Bianca kembali ke ruang keluarga.

"Pengen Seblak!" rengeknya.

"Mau buat aja?" ajak Ayip.

Bianca menoleh dengan wajah datar. "Abang bisa?"

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang