🍭 Caca Dan Flo 👭

7.8K 808 155
                                    

Sudah memasuki hari kesepuluh Bianca, Zefa dan Ayip memakai seragam baru, putih biru yang menunjukkan identitas mereka yang baru.

Dan di antara mereka tak ada yang menanggapi berlebihan bahwa mereka sudah mulai beranjak remaja.

Terutama saat di sekolah. Ketiganya tetap bersikap seperti biasa seperti sebelumnya. Tidak atau belum terpengaruh dengan perubahan lingkungan sekitar di mana cara berbicara dan bergaul perlahan berubah dan berbeda.

Siang itu tiga puluh menit menjelang jam istirahat adalah pelajaran matematika dan Bianca hanya bisa melototi lima soal dari sepuluh yang harus dikerjakannya.

"Adek." panggil Bianca setengah berbisik pada Zefa yang duduk di samping kanannya. "Adek."

"Apa?" sahut Zefa sambil melirik sekilas lalu kembali mengerjakan soalnya lagi yang tinggal satu saja.

"Ini. Nggak bisa." Bianca menunjuk bukunya dengan pensil masih setengah berbisik.

Untuk pelajaran tertentu Bianca memang harus diajari pelan-pelan dan dua kali baru mengerti. Sama seperti Ayip. Berbeda dengan Zefa yang daya tangkapnya bagus dan cepat.

Zefa mengangguk. "Sebentar. Aku tinggal dikit ini."

Sebetulnya bukan Bianca saja yang suka bertanya atau lebih parah menyontek jawaban Zefa mentah-mentah. Banyak teman lain. Ada yang karena memang tidak bisa, malas atau meremehkan. Untuk yang terakhir Zefa dan Bianca mendengar sendiri omongan itu tanpa diketahui si teman tersebut. Untungnya Zefa masih masa bodoh dan dasarnya dia memang tidak suka membagi jawaban percuma. Lebih suka mengajari memecahkan soal agar mendapat jawaban yang betul.

"Done." kata Zefa sambil menoleh ke kiri. "Mana yang nggak bisa?"

Bianca menunjuk bukunya.

Zefa melirik sekilas lalu menggeser kursinya ke meja Bianca. Kebetulan kelas mereka satu siswa satu meja-kursi. Dan siang itu guru sedang ada tamu sehingga mereka diminta belajar sendiri.

"Zefa, aku juga dooong ajarin!" pinta salah seorang.

"Nanti. Aku bantuin Mbak Bian dulu." jawab Zefa tegas tanpa menoleh hanya memberikan jempol tangannya.

Setelah itu dengan sabar Zefa mengajari Bianca hingga beres semua dan beralih mengajari yang lain. Kali ini temannya yang mendatanginya. Hingga tanpa terasa waktu istirahat siang tiba. Semua siswa merapikan peralatan belajarnya dan bersama-sama menuju masjid sekolah untuk shalat dzuhur berjama'ah.

🍦🍦🍦

Usai shalat, semua siswa langsung istirahat. Bianca dan Zefa kembali ke kelas untuk mengambil bekal dan menunggu saudara-saudara yang lain datang.

"Biancaaa!" panggil Flo.

Bianca menoleh ke belakang dan teman sekelasnya mendekat.

"Aku gabung makan siang ya? Tadi mama bawain bekal." Flo mengangkat kotaknya.

"Oke." Bianca mengangguk.

"Biancaaa!" panggilan kedua dari belakang Ayip yang kelasnya ada di sebelah kelas Bianca dan Zefa. "Aku kangen! Masa sejak masuk SMP kita nggak pernah ngobrol? Cuma sekali waktu aku sakit itu aja sih." keluh Caca, teman dari Kelompok Bermain dulu yang wajahnya oriental.

Bianca meringis. "Ya aku kan bawa bekal."

"Hari ini juga aku bawa bekal." kata Caca memberitahu.

"Ya sudah, yuk ke kantin." Tiba-tiba terdengar suara Abhi.

Bianca spontan balik badan. "Mas Abhi. Mbak Garin." Ia tersenyum lebar.

Si kembar balas tersenyum tak kalah lebarnya. Membuat Flo terpana karena yang ia perhatikan kakak kelasnya itu jarang tersenyum. Dan menurutnya kadar kegantengan Abhi jadi berlipat membuatnya semakin kagum terutama saat menatap mata hazelnya. Sedangkan Caca yang sudah mengenal sejak balita biasa saja. Kalaupun kagum hanya sebatas kagum tak sampai terpana.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang