🍭 Momo. Lagi. 🐱

9.1K 840 106
                                    

Bianca beberapa hari ini merengek minta dibelikan kucing lagi setelah beberapa tahun lalu kucingnya yang bernama Momo mati karena usia.

"Nanti bau, Mbak." Tolak Rahil halus.

"Papaaa."

Keduanya tengah berada di ruang kerja Rahil yang merangkap sebagai perpustakaan. Walaupun hari minggu tapi ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan.

"Dulu Mbak Bian masih kecil yang rawat Bude Ira dibantu Grandpa sama Grandma. Sekarang Mbak sudah besar. Nggak boleh minta tolong lagi."

"Iya, nanti rawat sendiri." Janji Bianca.

"Rawat sendiri itu nggak sekedar kasih makan, minum sama anterin ke dokter. Harus bersihin pupnya juga. Mama sama Papa nggak mau."

"Iya. Janji." Bianca dengan kedua mata berkaca-kaca, semakin mendekati Papanya, merangkul lehernya dan mengangguk.

Rahil terdiam. "Nggak ah." Ia tetap menolak pada akhirnya.

"Hiks! Hueee...Mau Momo Papaaa..." rengeknya dengan air mata berderai.

Rahil tetap menggeleng. "Lagian kenapa sih tiba-tiba pengen kucing?"

"Lucu, Papa. Boleh ya? Hiks!"

"Nggak ah."

"Hueee...Aku ngambek!" Bianca melepaskan diri dari Papanya dan keluar dari ruang kerja.

Ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya. Tidak melihat bahwa Grandpa dan Grandmanya baru saja datang. Meninggalkan Rahil yang bengong melihat tingkah Bianca. Tapi pada akhirnya ia menghela nafas dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Sementara itu tak lama terdengar ketukan di pintu kamar Bianca. Dengan kasar Bianca meraih tissue di nakas, mengusap air mata dan ingusnya, membuangnya di tempat sampah lalu membuka pintunya.

"Mbak Bianca kok nangis?" Tanya Frannie, Grandma Bianca dengan lembut lalu memeluk cucunya itu.

"Hiks! Papaaa..." adu Bianca.

"Papa kenapa? Yuk masuk dulu."

Frannie mengajak Bianca masuk ke dalam kamar bernuansa pink itu dan menutup pintunya. Kamar yang sangat kontras dengan pemiliknya yang tak terlalu girly walaupun tidak tomboy juga.

"Pengen kucing, Grandma, tapi nggak dibolehin Papa. Hiks!" Terang Bianca sambil memeluk gulingnya. Ia dan Frannie tengah duduk di atas kasurnya.

Frannie mengusap kepala Bianca yang berbalut hijab rumahan dengan sayang. "Grandma jadi ingat Mbak Bian minta pus dulu waktu masih kecil. Selalu minta diantar ke rumah Ate Pus lihat Mungil."

"Mama De." Sahut Bianca.

Frannie tersenyum. "Iya." Ia mengangguk. "Tahu nggak, kenapa Grandma sama Grandpa ke sini sekarang?"

Bianca membersit ingusnya. Ia menggeleng.

"Grandpa punya hadiah buat Mbak Bian lho." Frannie tersenyum misterius dan membujuk.

"Apa?"

"Turun yuk? Lihat sendiri apa hadiahnya. Yuk?" Ajak Frannie lembut.

Dikalahkan rasa penasarannya, Bianca pun mengangguk dan beranjak dari duduknya mengikuti Grandmanya keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.

"Mbak, Grandpa bawa kucing lucu nih buat Mbak Bianca!" Seru Zefa sambil meringis dan mengangkat kucing jenis British blue short hair seperti Momo, kucing Bianca saat masih balita dulu tapi yang ini lebih muda.

Bianca yang mengekor di belakang Frannie sesaat matanya berbinar lalu meredup kembali. Ia merapatkan diri di belakang tubuh Grandmanya.

"Itu Papa yang beli?" Tanyanya lirih.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang