🍭 Kak Shabbir 👦

8.6K 820 134
                                    

Esok harinya bangun tidur kedua mata Bianca masih tampak sembab dan berat. Susah untuk membuka mata. Dengan setengah terpejam ia bangun dan beranjak dari kasur, mengenakan hijab rumahannya lalu menyeret kakinya ke kamar mandi. Setelah itu turun lebih dulu ke mushola bawah.

Sebelum menuju mushola, Bianca melihat keadaan Momo sejenak yang ternyata sedang tidur nyenyak, melingkar hangat di atas keranjang dimana terdapat bantalan khusus untuk tempat tidur kucing yang diletakkan dekat ruang makan.

Bianca mengelus sayang bulu halus Momo dengan hati-hati dan takut-takut. Ia masih tak percaya Papanya mengijinkannya memelihara Momo. Pasti kalau bukan bujukan ya paksaan Grandpanya. Ia yakin itu. Sebab satu-satunya hewan peliharaan yang diijinkan hanya ikan yang dipelihara di fish bowl. Mereka punya tiga. Satu di ruang tamu milik Zefa, satu di kamarnya dan satu ruang makan milik Ayip.

Usai memastikan kondisi Momo, Bianca wudlu di kamar mandi bawah dan menuju musholla. Tak lama kemudian Mia masuk musholla dan keduanya shalat subuh berjama'ah.

Selesai shalat, ketika Bianca dan Mia mengaji, para lelaki di rumah pulang dari masjid dan langsung bergabung.

Sekitar lima belas menit kemudian semua menjalankan aktifitas masing-masing. Mia memasak, Rahil mencuci mobil, Ayip dan Zefa berbagi tugas menyapu lantai sedangkan Bianca menyiram tanaman juga membersihkan pasir bekas Momo kemudian memberi makanan dan minumnya.

Mia dan Rahil sudah membiasakan anak-anak mereka membantu pekerjaan rumah tangga sesuai kemampuan masing-masing dan semua mendapat giliran. Tak ada satu orang hanya mengerjakan satu pekerjaan. Dan satu bulan sekali mereka sekeluarga gotong royong bersih-bersih seluruh rumah.

🍦🍦🍦

Saat sarapan, Momo mendekat, duduk di dekat Bianca.

"Momo sudah dikasih makan?" Tanya Rahil yang menperhatikan kucing abu-abu itu tengah menatap Bianca seolah minta perhatian.

Bianca hanya mengangguk yang membuat Rahil menghela nafas.

Selesai sarapan, sambil menunggu yang lain siap, Bianca menggendong Momo dan mengelusnya. "Jangan nakal di rumah ya? Nanti Papa marah. Jaga Mama sama rumah ya?"

Bianca tak menyadari bahwa Rahil berada tak jauh darinya dan mendengarkan perkataannya sambil tersenyum.

Lima menit kemudian mereka berangkat diantar Mia hingga ke teras.

Selama perjalanan ke sekolah, hanya terdengar celotehan Zefa dan Ayip. Bianca masih dalam mode diam.

"Hari ini katanya mau ngisi formulir ekskul ya?" tanya Rahil.

"Iya." jawab Ayip.

"Kalian mau ambil apa?"

"Aku futsal." jawab Zefa cepat.

"Bingung tapi kayaknya basket aja." Sahut Ayip.

Rahil manggut-manggut lalu menoleh kepada Bianca yang duduk di jok depan, sampingnya. "Mbak Bianca ambil apa?"

"Panahan mungkin sama Mbak Garin." jawab Bianca lirih.

Rahil tersenyum lalu mengelus kepala Bianca. "Yang penting semua harus dijalani serius. Nanti pasti berguna di masa depan."

"Iya." Ketiga anak Rahil mengangguk serentak.

Tak berapa lama mobil Rahil sudah di depan sekolah ketiga anaknya. Satu per satu turun setelah salim.

Dan baru saja Bianca, Zefa dan Ayip melewati gerbang sekolah, tiba-tiba Shabbir sudah ada di sisi lain Bianca.

"Assalamu'alaikum. Pagi, Bianca." Sapa ketua OSIS itu dengan senyum secerah mentari pagi.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang