🍭 Flo Menulis 📝

7.3K 727 60
                                    

Hari ini sekolah dipulangkan lebih cepat karena guru-guru akan takziah di rumah salah satu guru yang Ayahnya meninggal. Otomatis banyak murid yang masih tinggal di sekolah menunggu jemputan yang tak bisa datang cepat karena pemberitahuan yang mendadak termasuk Bianca dan saudara-saudaranya juga Flo.

Mereka menunggu di kantin paling depan sambil jajan siomay dan es teh.

"Kamu ngetik apa sih, Flo, kok serius amat?" Bianca yang duduk di sebelah temannya mengintip.

Flo yang biasanya cerewet apalagi ada Abhi kini tampak cuek. Ia hanya melirik Bianca sekilas lalu ngetik sesuatu di hapenya lagi. "Sakit giginya sudah sembuh, Bi?"

Spontan Bianca memukul lengan atas Flo yang langsung meringis kesakitan. "Apa sih!"

"Gila! Ko pu tangan dari besi e? Keras betul?"

Mendengar keluhan, kecuali Abhi, Zefa, Ayip dan Garin tertawa.

"Kenapa?" Flo pun mendongak heran.

"Nggak," jawab Zefa tapi masih terkekeh. "Lagian emang tumben. Itu siomaynya dilalerin loh."

Flo mencibir. "Nggak mungkin ada laler. Di sini higienis." Ia pun menyuap sepotong siomay lalu kembali menekuni hapenya. "Oke, done!"

"Apanya?" tanya Garin heran.

"Ceritaku dong. Update terbaru. Baca ya? Download Wattpad ya. Akunku @FloresiaManise," terangnya bangga.

"Uwaaah...hebat!" Bianca langsung tepuk tangan. "Nanti aku download."

Satu jam kemudian satu per satu dari mereka dijemput.

Karena sudah makan siang, Bianca langsung naik ke kamarnya tanpa turun lagi. Usai ganti baju, buru-buru ia rebahan di tempat tidur lalu mendownload aplikasi yang disebutkan Flo tadi dan segera mencari akunnya.

Rasa senang dan bangga seketika tergantikan dengan kekagetan dan keheranan begitu membaca cerita Flo. Jumlah pembacanya belum sampai lima ratus begitupun pengikutnya, tapi bukan itu melainkan tema dan isi ceritanya yang baginya sangat dewasa. Cinta-cintaan yang bahkan Flo sendiri belum mengalaminya.

"Mbak, ngapain sih? Mama ngetuk juga nggak dijawab. WA-an sama siapa?" tiba-tiba terdengar suara Mia yang kini sudah di pinggir tempat tidur.

"Eh, Mama!" seru Bianca sampai menyentuh dadanya saking kagetnya. "Ini lho, Flo nulis cerita. Tapi aku kok bingung ya, Ma?"

Mia tersenyum seketika melihat Bianca yang sudah biasa lagi. "Bagus dong, Flo nulis cerita?" sahutnya sambil menerima hape Bianca dan membaca cerita Flo. "Astagfirullah! Cerita apa ini, Mbak?"

Bianca mengedikkan bahunya. "Nggak tahu."

Mia pun membaca semua cerita yang masih terdiri dari empat bab itu sampai habis lalu menghela napas dalam. "Ini, Mama balikin ke Mbak. Tapi Mbak Bian nggak boleh baca lagi. Oh iya, besok kan minggu, undang Flo ke sini ya? Mama mau buat capcai seafood sama sop buah."

"Oke." Tanpa bertanya Bianca segera mengirim pesan pada temannya itu dan segera mendapat balasan. "Oke juga katanya, Ma."

Mia tersenyum.

"Mama cari aku?"

"Iya. Ada bakso tuh di bawah."

"Asyik!" Segera Bianca beranjak dari tempat tidur, melupakan bahwa beberapa jam lalu sudah makan siang dan jajan siomay.

Mia geleng-geleng kepala melihat gadisnya yang kadang punya perut mirip sang Papa.

"Mamaaa! Es krimku dimakan Adek!" terdengar teriakan Bianca.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang