🍭 Teman Saba 👧

8.8K 924 126
                                    

Seperti biasa sambil menunggu kelas dimulai, Bianca menikmati es krim di lobi. Kadang sambil baca, kadang sambil ngobrol dengan resepsionis, kadang juga sambil bengong memperhatikan orang lalu lalang.

Kali ini ia makan es krim stick rasa cokelatnya sambil bengong saat dilihatnya seorang anak perempuan cantik yang menurutnya mirip boneka Jepang lengkap dengan rambut panjang lurus sepinggang berponi lurus yang indah turun dari mobil. Bajunya pun manis, sebuah terusan selutut yang feminin. Seumuran dengannya. Ia kenal wajah saja sebagai sesama siswa yang belajar di Rainbow.

Awalnya anak perempuan berkulit putih bak porselen itu bersikap biasa tapi begitu melihatnya di lobi, wajahnya berubah kecut sekecut belimbing wuluh.

"Hei, aku mau tanya, kenapa kamu minta kuenya Saba?" tanyanya bersedekap tak suka.

"Hah? Kapan?" tanya Bianca bingung.

"Nggak usah pura-pura deh. Aku beli choco cake roll buat hadiah ulang tahunnya Saba, tahu!" katanya ketus.

Bianca yang masih menjilat es krimnya menatap si boneka Jepang dengan mata mengerjap beberapa kali. "Oh...kamu teman SDnya Saba?" tanyanya santai. "Tapi itu Saba yang kasih kok. Aku nggak minta."

"Tapi dia janji mau makan kue itu sendiri! Nggak mungkin dikasih orang!"

Kening Bianca mengernyit. "Tapi Saba yang kasih kok. Katanya dia nggak makan cokelat. Kemarin waktu Papiku beliin es krim aja dia nggak makan."

Teman SD Saba menatap Bianca tak suka. "Kenapa Saba pergi sama Papimu?"

"Ya diajak Papi. Tuh Saba. Tanyain deh. Saba! Sini!" panggil Bianca saat melihat temannya memasuki lobi.

Dengan langkah canggung Saba mendekati Bianca. "Ada apa?"

Teman SD Saba langsung berputar. Wajahnya cemberut. "Saba, kok kuenya kamu kasih dia? Kan kamu sudah janji mau makan sendiri," rajuknya sambil mengibaskan rambut panjangnya ke belakang.

Saba menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ehm...maaf, aku nggak makan cokelat."

"Kenapa nggak bilang?" Si boneka Jepang semakin cemberut. "Kan nggak harus dikasih ke dia juga! Itu kan kue mahal." Ia menunjuk Bianca dengan gerakan tak sopan lalu menghentakkan kakinya. "Aku sebel sama kamu!" Dan meninggalkan Saba dan Bianca yang bengong.

"Ehm...Saba..." panggil Bianca.

"Apa?"

"Kenapa nggak dikejar? Apa aku minta maaf ke dia karena sudah makan kuemu? Atau kuenya aku ganti aja?"

Saba kembali menggaruk kepalanya yang tak gatal. Wajahnya bingung.

"Kenapa Saba nggak bilang kalau nggak suka cokelat?" tanya Bianca lagi.

"Yaaa...dia nggak tanya. Langsung kasih dan nyuruh aku makan. Aku bilang iya. Aku nggak tahu kalau itu cokelat."

"Ya udah, nanti aku ganti deh kuenya."

"Mbak Bian," panggil resepsionis bernama Lala.

Bianca berbalik. "Apa, Mbak?"

"Mending nggak usah diganti. Mbak Bian nggak salah kok. Saba juga nggak salah, kan nggak tahu. Naomi saja yang maksa. Dia cemburu," kata Lala.

"Cemburu apa, Mbak?" tanya Bianca polos.

Lala spontan tertawa. "Deeeh...masih aja." Ia mengibaskan tangannya. "Lagian kalau teman SD kan harusnya tahu Saba nggak makan cokelat."

"Uhm...iya ya?"

"Iya. Sudah, Mbak Bian ke kelas saja. Saba juga. Mau dimulai lho."

"Nggak usah ganti ya?" tanya Bianca meyakinkan diri.

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang