🍭 Flo Menulis 2 📱

6.3K 666 61
                                    

Mia bisa merasakan ketidakpercayaan diri yang mulai muncul di diri Flo. Tapi ia harus mengatakan apa yang perlu dikatakan sebelum gadis beranjak remaja di sampingnya ini menjadi terlanjur jauh melangkah.

Tidak ada kebebasan mutlak di dunia ini. Semua tetap ada aturan dan normanya sekalipun itu untuk menyalurkan hobi. Apalagi ini dunia tulis menulis yang sadar atau tidak sadar, saat kita mengunggahnya di ruang publik di mana siapapun bisa mengaksesnya, bisa memberikan pengaruh. Entah itu baik atau buruk.

Bianca sendiri tak berani ikut bicara. Ia takut salah ucap sehingga hanya diam memperhatikan.

"Flo lebih suka dikenal sebagai penulis yang baik atau buruk?" tanya Mia lembut.

"Penulis yang baik," jawab Flo lirih.

Mia tersenyum. "Untuk jadi penulis yang baik berarti harus dimulai dari hal-hal yang baik kan? Flo baru beranjak remaja, jangan dewasa sebelum waktunya. Seandainya Flo jadi penulis, ingin seperti siapa?"

Flo terdiam sejenak lalu menjawab dengan malu-malu. "JK. Rowlings, Tante."

Senyum Mia semakin lebar. "Nah, lihat JK. Rowlings yang orang dewasa saja menulis buku fantasi untuk anak-anak kan? Dia bisa membuat hal biasa jadi menakjubkan tanpa harus menulis hal dewasa. Iya kan?"

Flo mengangguk.

"Berarti Flo harus asah imajinasimu lebih dalam lagi. Pasti banyak hal menarik di sekitar Flo. Kamu ada bakat kok, pintar memainkan emosi. Tapi unsur menulis nggak hanya itu saja. Harus diperhatikan KBBI, PUEBI, riset...nggak asal tulis. Yang pasti jangan sampai mencuri karya orang lain, apalagi sampai terpikir untuk membukukannya. Masih SMP sudah begitu, bagaimana nanti kalau sudah SMA? Kuliah? Bekerja? Sekali melakukan, pasti akan terulang lagi di kemudian hari. Jangan ya, Sayang?"

Flo menggeleng kuat. "Amit-amit. Nggak ada yang bisa dibanggakan kalau kayak gitu!" katanya tegas. "Tapi kadang memang terinspirasi sih dari cerita orang."

"Boleh saja terinspirasi, karena semua kisah di dunia ini nggak ada yang murni original. Pasti ada kemiripan. Tapi kalau yang kamu tulis pada akhirnya serupa dengan yang membuatmu terinspirasi berarti Flo nggak kreatif. Mau mudahnya saja. Dan itu rawan dengan plagiarisme. Flo nggak mau kan punyamu dicuri juga?"

"Nggak dong, Tante!"

"Berarti Flo paham kan?"

Flo mengangguk. "Tante...mau ngajari saya menulis?"

"Boleh. Flo punya novel di rumah? Nanti dibawa ya?"

"Ada, Tante. Iya."

"Minggu depan ke sini lagi. Nanti kita belajar ya? Untuk yang sudah terlanjur, dihapus saja ya?" Flo mengangguk. "Kalau Mama-Papa tahu gimana? Pasti sedih."

"Iya, Tante."

Mia lega saat Flo mau mendengarkannya. Ia pasti ikut merasa bersalah kalau tidak mengingatkannya. Saat mengetahui kesukaan seseorang, sebaiknya diarahkan dengan lebih baik agar tak salah jalan.

Tak lama kemudian seorang lelaki dewasa, satu lelaki beranjak remaja dan satu lelaki kecil datang dengan gaduh dan semakin gaduh saat melihat ada sop buah membuat Mia meninggalkan dua gadis sendirian.

"Bi, Mama-Papamu romantis ya...ih jatuh cinta di kampus terus menikah..." kata Flo sambil menerawang.

"Romantis apa?" tanya Bianca tak mengerti. Kisah cinta yang dipahaminya hanya sejauh cerita Cinderella, Beauty and the Beast, Snow White and the Seven Dwarfs, dan kisah-kisah serupa.

Flo mengernyit heran. "Ih, gitu aja nggak ngerti."

Bianca menatapnya dengan tatapan 'Kamu tuh ngomong apa sih?'

Lovely BiancaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang