[03] : Tentukan Tanggal

743 97 9
                                    

🌸🌸🌸

I hope you can enjoy it.

Happy reading ...♡

"AZAB, ANAK PALING TERKENAL SOLEH DI SEKOLAH KITA DULU?! KAMU SERIUS, ANI?!" pekik Ningsih histeris, bahkan banyak orang di stadion yang menyorotkan pandangan mereka ke arah lima pecinta oppa-oppa itu.

Ningsih terkejut. Dia merasa tidak percaya jika sahabatnya yang bernama Ani akan menikah dengan lelaki yang mungkin bisa dibilang ...  Idaman bagi kaum hawa, loh.

Tapi itu tidak untuk Ningsih, kok. Saat ini Ningsih masih melotot shock. Dia masih kaget dengan pernyataan salah satu sahabatnya itu. Ningsih terbengong, dia masih tidak bisa percaya, walau Ani sudah menegaskan tadi.

Wulan menjidak kening Ningsih. Ia menegur perbuatan Ningsih saat ini.

"Heh, bocah paud! namanya Azib, ndeng! sejak kapan jenang abang jadi Azab, hah?!" tegur Wulan yang tidak bisa selow. Dia sudah terbawa malu oleh salah satu sahabatnya ini.

Lilis juga sama. Ia pun menambahi, "Tau! anak kecil mending diem aja, deh. Heboh banget sih, malu anjir kita diliatin banyak orang, tuh!"

Ningsih tersadar. Ia mengerjap beberapa kali. Seketika dia celingak-celinguk, menyadari bahwa banyak orang yang memandang ke arah dirinya dan juga ke arah sahabat yang berada di dekat dirinya.

Gadis kecil itu meringis. "Maaf ..." cicit Ningsih meminta maaf sambil memajukan bibirnya. "Tapi kamu serius mau nikah sama Azab, Ni? sejak kapan kalian jadi deket?" tanya Ningsih.

Salah lagi.

"Azib, Ning! A-Z-I-B. Azib." tergur Wulan. Ia bahkan sampai mengeja huruf Azib untuk Ningsih.

"Kenapa namanya nggak diganti aja jadi Biza gitu, sekalian?" sahut Ina yang tiba-tiba bersuara.

Lilis menyelatuk. "Kebalik, dodol! ini juga sama aja, ih!"

"Hush! nggak sopan ganti-ganti nama orang. Udah gaes, nggak baik ngegibah Azib mulu. Kasian. Kalau matanya cenat-cenut, gimana?" Ani menegur ke empat sahabatnya yang sedari tadi ngegibah calon suaminya.

Eh, calon suami, ya?

"Tapi masa, sih? seriusan, Ni? kamu ... bakal nikah sama Azib?" tanya Wulan yang masih merasa tidak percaya.

Ini Azib loh! Nggak mungkin lah mau sama Ani.

Ningsih menambahi. "Iya, Ni, sejak kapan kamu jadi deket sama Azib?"

Ningsih mengulang pertanyaan yang belum sempat dijawab oleh Ani.

Tumben bener nyebut namanya? Batin Ani meringis.

Semua memandang ke arah Ani dengan tatapan kepo mak rempong. Mereka penasaran, kenapa Ani bisa tiba-tiba hendak menikah dengan Azib?

Bercanda, ya?

"Nggak deket, sih ... aku itu dijodohin sama orang tua," jawab Ani seadanya.

"Terus kamu terima gitu aja? terus kuliah kamu gimana?" tanya Wulan yang tidak menyangka. "Aku tau, meskipun masih kuliah tapi udah nikah itu fine aja. Tapi, kamu pasti nggak bisa bebas, kan?"

Iya.

Tidak menyangka, bagaimana bisa? Ani juga masih terlalu muda. Mereka masih harus menghabiskan masa muda di Universitas bersama. Bersenang-senang layaknya anak muda lainnya. Tapi, Ani? dia malah bagaikan tutup buku buka terop. Ah sudahlah.

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang