[16] : Rasa manis, tapi juga pahit

384 67 0
                                    

"Kapan kamu bikin ini?" tanya Azib, setelah ia menerima sepiring kue pemberian Ani.

"Tadi siang. Kamu lagi bobok, jadi nggak tau."

Hari sudah malam. Mereka sedang berada di ruang TV. Ani yang tidak sengaja menemukan Azib di sana, ia segera ke dapur untuk mengambil hasil payah kue yang sempat ia buat tadi. Kemudian, memberikannya kepada Azib.

"Kamu serius, suruh saya makan ini?"

Loh, memangnya kenapa?

"Jangan liat bentuk. Aku udah cicipin rasanya, dan itu layak di makan, kok," jelas Ani.

Oh ... Jadi keraguan Azib bermasalah dengan bentuk kue? Hell, kue pertama yang gagal memang bagus bentuknya, karena itu Azib yang mencetak. Sedangkan Ani hanya menambahi hiasan toping. Tapi sayang sekali kue pertama justru gagal. Sedangkan kue kedua, bentuknya memang gagal, tapi rasanya mungkin tidak.

Yah. Keduanya bisa dibilang gagal. Tapi hasil yang terakhir ini lebih baik daripada yang pertama.

"Bukannya tangan kamu masih sakit? kenapa bela-belain bikin kue untuk saya?" Azib melirik jemari istrinya.

"Oh, aku udah nggak apa-apa. Ini udah nggak sakit."

Karena luka yang ada di jemari Ani hanya luka ringan. Tidak perlu berlebihan untuk khawatir. Panas tadi tidak sampai membuat mati rasa jemari cantiknya.

"Jangan bengong aja, cobain gih rasanya. Aku ambil dari resep kamu itu, kok." Ani mengedikkan dagunya.

Yang kemudian tangan kanan Azib terulur, mengambil satu kue dari piring yang ada di pangkuannya. Lalu memasukkan kue itu ke dalam mulut. Indera pengelihatannya merasa ragu, tetapi setelah indera perasanya sudah mulai berkontraksi, ternyata benar saja, rasa kuenya memang layak--lebih tepatnya enak.

"Rasanya boleh juga," komentar Azib, setelah ia menelan kunyahannya. Kemudian memasukkan kue ke dua ke dalam mulutnya lagi.

"Yes!"

Eh, apa itu? bukannya alhamdulillah, kok, malah yes?

"Ayo, kamu makan juga."

Azib menyondorkan sepiring kue yang ada di tangan kirinya. Maaf nggak sopan, tapi tangan kanannya sedang sibuk memegang satu kue untuk di masukkan ke dalam mulut.

"Oh, gomawo ... tapi aku udah makan kue ini tadi." Menolak secara halus. Lagipula, kue itu khusus Ani buatkan untuk Azib. "Habisin aja semuanya."

"Ini banyak. Kita juga belum makan malam, kan? sebaiknya kamu juga makan ini saja dulu." Tangan kanan Azib mengambil kue yang baru. "Ayo, saya suapin." Mengarahkannya ke depan mulut Ani.

Membuat gadis itu tertegun di tempat. Kedua pasang manik mata sebening telaga pagi mereka saling bersinggungan.

Sial! perbuatan Azib yang ini selalu membuat jantung Ani tidak bisa slow. Jantung, oh jantung, jangan lah kau maraton, plaese! Batinnya menjerit.

Bingung. Itulah yang Ani rasa saat ini. Dia hanya diam. Kedua mata mengerjap beberapa kali. Yang Ani rasakan bahwa tingkah Azib aneh sekali malam ini. Iya, kenapa mendadak jadi ... Azib bertingkah manis di depan Ani?

Azib nggak lagi keracunan kue buatan Ani, kan?

🌸🌸

"Kenapa kita makan di luar?"

Adalah pertanyaan yang Ani lontarkan. Mereka berdua sedang berada di sebuah restoran. Yang katanya mau belanja bahan masakan, dan setelah selesai, mereka malah mampir makan malam di restoran Mrs and Mr. Dimana itu termasuk salah satu restoran terkenal di kota.

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang