[21] : Mencoba bahagia

348 67 1
                                    

"Hei, Ani!"

Gadis yang sedang duduk sendiri di pinggir trotoar itu pun menoleh. Terlihat laki-laki yang sangat familiar datang menghampirinya. Kemudian laki-laki itu duduk jejer di sebelah kiri Ani.

"Lo ngapain deh panas-panasan di sini?" tanya Rendy.

Ya. Laki-laki itu adalah Rendy. Laki-laki yang selalu menempel pada Ani beberapa bulan ini. Lebih tepatnya dimulai saat Rendy mengantar Ani pulang untuk yang pertama kalinya.

Siang ini, Ani sedang duduk di pinggir trotoar depan kampus untuk menunggu jemputan suaminya. Hari ini dia pulang siang, sedangkan Rendy sedang jamnya istirahat.

"Apalagi? aku lagi nunggu jemputan," jawab Ani seadanya.

"Lo di jemput siapa?"

"Su---" terjeda, Ani menelan gumpalan salivanya sendiri. Dia sempat diam selama tujuh detik sebelum menjawab, "Supir."

Dan Rendy hanya manggut-manggut dengan bibir yang membentuk bulat kecil.

"Oh, ya!"

Tangan kanannya menjelajah isi kantong celananya. Tidak lama keluarlah dua tiket yang Ani tidak tahu tiket apa itu.

"Satu buat lo." Rendy menyodorkan satu tiket ke arah Ani, tetapi gadis itu tidak bergerak melainkan mengernyit heran memandang tiket tersebut. "Ambil," tutur Rendy.

Ani mendongak, menatap wajah tampan Rendy yang meskipun sedang tertutup oleh kacamata warna cokelat. Yang menurut Ani jika Rendy terlihat cocok dengan kacamata tersebut.

"Tapi---"

"Katanya mau balas budi ke gue," pangkas Rendy.

"Hah?"

Ani mengangkat kedua alisnya heran. Lalu sempat terlintas ingatan jika dia memang pernah menawarkan balas budi pada Rendy.

"Habisnya gak ada cara lain lagi buat ngajak lo pergi sama gue, sorry, gue cuma bisa manfaatin kesempatan balas budi yang pernah lo tawarin. Seriously, I want to go with you tonight," ujar Rendy.

Ani sempat diam sebelas detik, lalu mengerjapkan kedua matanya sebanyak dua kali. Dia mulai tersadar dari lamunannya yang sulit untuk di jelaskan.

"Oh, oke. Jam berapa?"

Tangan kanannya terulur untuk mengambil tiket yang Rendy sodorkan.

Yang dalam hati, Rendy bersorak gembira.

"Habis maghrib aja, biar waktunya agak lama. Besok kan weekend, jadi gapapa, kan, kalau lo main sesekali. Gue bakal jagain dari berangkat sampe pulang, gue pastiin lo aman terkendali sama gue." Rendy meringis, menunjukkan deretan gigi depannya.

"Apaan coba, kamu kok jadi alay gini, sih," celatuk Ani. Kemudian dia tertawa saat melihat tingkah Rendy yang bisa dibilang ... lucu.

"Haisshh! orang kalau udah seneng, dia nggak peduli mau dipandang seperti apa di mata orang lain, yah."

"Hah? gimana?"

"Gapapa, lupain aja," kata Rendy, yang kemudian menunjukkan senyuman manisnya. Senjata ampuh yang mampu membuat Ani merasa gemas sendiri.

Gadis itu diam di tempat, sembari menggigit kecil bibir bagian dalamnya sendiri.

"Nanti biar gue yang ijin ke bokap lo, biar gue dapet kesan pertama yang baik juga gitu." Rendy meringis.

Ani tertegun kecil. Lamunannya hilang begitu saja setelah mendengar pernyataan dari Rendy.

"K-kayanya nggak bisa."

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang