Tiket yang diberikan Rendy adalah tiket masuk bioskop. Dan benar saja, tadi Rendy menyusul Ani di depan gerbang perumahan. Rendy datang dengan sepeda motor besar miliknya. Mereka pun pergi ke tempat bioskop. Dan film yang dipilihkan Rendy bukanlah film romance, melainkan film horor. Dan film horor adalah hal yang disukai Ani.
"Gimana kamu bisa tau?"
"Hm? apanya?"
"Kalau aku suka film horor,"
Setelah membeli popcorn dan minuman, dalam langkahnya Ani bertanya pada Rendy yang memimpin jalan mereka menuju ruang bioskop. Dengan menggandeng tangan kanan gadis itu, tetapi hal itu justru dibiarkan oleh Ani.
"Gampang aja." Tanpa menoleh, Rendy masih menuntun jalan. Hingga mereka sampai pada pintu ruang tujuan. "Kayanya film yang di dalem udah mulai, deh."
Rendy mengalihkan topik, lalu mengajak Ani untuk masuk ke dalam ruangan setelah menunjukkan tiket mereka pada Mas Staf yang menjaga.
Yang mana langkah mereka dipimpin oleh Mas Staf, tetapi gandengan tangan Rendy tidak lepas dari tangan Ani. Hingga mereka duduk di kursi mereka, Rendy masih menggenggam erat tangan kanan Ani.
Ani berdehem kecil. "Aku nggak kira hilang, kok," bisik Ani. "Tangannya, Ndy, tolong."
Rendy menoleh, menatap Ani sekilas, lalu pandangannya teralih pada genggaman tangan kirinya di tangan Ani. Sejurus kemudian, Rendy pun melepas genggaman itu. Ani juga menarik tangan kanannya, menyatukan kedua tangan di pangkuannya. Wajah Ani menunduk sebentar, sedangkan Rendy mengalihkan genggamannya pada popcorn yang tadi mereka beli. Menaruh popcorn itu di pangkuan. Meneguk salivannya sendiri. Hingga sepuluh detik kemudian ia menoleh kembali pada Ani yang pandangannya sudah fokus dengan film.
"M-maaf, ya," bisik Rendy. Mendengar itu Ani menoleh, lalu tersenyum kecil. Dia paham maksud Rendy minta maaf.
"Aku gak sadar kalo gandengnya bakal keterusan." Rendy meringis. Merasa canggung jika tidak meminta maaf. Tetapi setelah mendapat anggukan dan senyuman dari Ani, laki-laki berkaca mata itu merasa lega. Hingga mereka saling diam dan fokus dengan film di layar lebar.
🌸🌸
"Masih jam delapan, kamu nggak buru-buru pulang, kan?"
Selesai dengan film bioskop, mereka--Ani dan Rendy--pergi ke parkiran. Dan setiba di sana, Rendy tak langsung manaiki motornya, melainkan melontarkan sebuah pertanyaan kepada Ani.
"Enggak, kok. Emangnya kenapa?" jawab Ani yang berdiri di depan Rendy.
"Aku mau ajak kamu ke tempat lain lagi, mau nggak?"
Ani mengernyit kecil. "Kemana?"
"Ada yang baru."
"Hah? apa?"
"Ikut aja, mau kan?"
Ani berpikir dalam diamnya. Apa dia ikut saja, toh, Azib tidak ada di rumah, dan Ani akan bosan sendirian di sana. Dan tak butuh waktu lama Ani untuk memutuskan.
"Yuk!" jawabnya.
Dalam hati Rendy sudah menyalakan kembang apinya setelah mendapat lampu hijau dari Ani.
"Tunggu dulu!" sahut Rendy. Kemudian ia melepaskan jaket kulit warna hitam miliknya, lalu langsung dilingkarkan pada tubuh mungil Ani.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN ✔
Teen FictionSeperti pepatah yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Hubungan pernikahan yang di dasari hanya dengan komitmen, dan bermodal perjodohan. Apakah hubungan itu akan langgeng? Jangan kira setelah menikah, semua akan terasa lebih mudah. Apalagi...