Hai.. jangan lupa baca sambil dengerin musik yang aku rekomendasikan di atas itu, yah ..
.
.
.
Happy Reading ♡Bagi seorang perempuan, menikah merupakan impian terbesar yang tidak bisa ditebak, tetapi selalu bisa dibayangkan. Dan itu selalu menjadi khayalan yang---berharap terbaik.
Bagaimana ya jodohku nanti? Bagaimana ya pernikahanku nanti? Berapa ya anakku nanti? Apa rumah tanggaku akan harmonis?
Jodoh? Pernah berharap jika bisa berjodoh dengan seseorang yang disukai, dicintai. Begitu, tetapi ... jika Tuhan sudah berkehendak, manusia bisa apa? Jika Tuhan sudah memberi, maka manusia hanya bisa menerima, walau ingin menolak.
Hidup, mati, rejeki, jodoh? Semua sudah ada yang mengatur. Manusia adalah artis yang harus mengikuti skenario, sedangkan Tuhan adalah sutradara yang terbaik. Bahkan, pernah ada istilah : Skenario Tuhan lebih indah.
Apa sungguh seindah itu?
"Masih gak bisa dipercaya, loh." Baru saja Aldhi masuk ke kamar adik perempuannya. "Ini Adek Abang yang kucil, dekil, pesek, kok bisa sih, berubah jadi bidadari surga?"
Aldhi takjub saat melihat sosok gadis yang duduk di depan meja rias.
Ani langsung menoleh saat menyadari ada seseorang di kamarnya. "Abang nggak sopan, ih!" sembur Ani. "Kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu, dong!" semburnya lagi.
Aldhi tersentak. Cewek kalau mau nikah, emang kudu sensi dulu, ya? Yang Aldhi hanya bisa bertanya heran dalam hatinya. Ani membalikkan posisi badannya menghadap ke cermin rias kembali. Aldhi berjalan menghampiri Sang adik.
"Ani," panggil Aldhi saat berdiri tepat di belakang Ani. Melihat wajah Ani melalui cermin yang ada di depan Ani. "Kok lesu gitu? senyum dong, dek. Kamu mau nikah, loh. Harusnya kamu seneng ada yang jagain kamu, nemenin kamu sampai tua, ka---"
"Kapan Abang bisa diem, sih? berisik." Ani sewot.
Aldhi mengernyitkan kening. "Abang baru ngomong loh, An."
Ani berdiri. Langkahnya mengarah ke meja kamar. Ani mengambil ponselnya di atas meja. Lalu langkahnya berhenti di sebuah ranjang. Ani duduk di pinggir ranjang dengan memainkan ponselnya. Kedua jempol Ani mulai bergerak, mengetik sesuatu di sana.
Oh, Ani sedang membuka galeri, memandang setiap foto sosok lelaki tampan yang selalu dia sebut suami.
"Iya. Terserah. Mending Abang keluar aja, deh. Aku sibuk," ujar Ani santai, tanpa melihat Sang kakak. Kedua manik mata indah itu sedang melihat gambar ciptaan Sang Kuasa.
Aldhi masih memperhatikan sosok Sang adik. "Kamu ngapain, sih, kok malah main hape?" Aldhi bertanya, sekaligus menegur. "Abang ke sini buat manggil kamu. Abang disuruh sama Mama. Kamu cepetan turun!" seru Aldhi.
Ani menghentikan gerakan kedua jempolnya. Menghela napas. "Bang--"
"Nggak ada waktu lagi, Dek. Cepetan turun! semua tamu udah dateng. Penghulu juga udah datang," ujar Aldhi.
Semua sudah datang. Semua sudah siap, tetapi semakin dirasa ... Ani malah ogah-ogahan untuk menikah.
🌸🌸
"Saya terima nikah dan kawinnya Ani Dwi Septyani binti Angga Hardianto dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang sebesar sepuluh miliar dibayar tunai."
Sekali kata itu terucap dan terdengar sangat jelas. Bukan hanya satu atau dua orang, tetapi banyak orang yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMITMEN ✔
Teen FictionSeperti pepatah yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Hubungan pernikahan yang di dasari hanya dengan komitmen, dan bermodal perjodohan. Apakah hubungan itu akan langgeng? Jangan kira setelah menikah, semua akan terasa lebih mudah. Apalagi...