[30] : Hari di Kota Seoul

337 32 0
                                    

Pagi ini, Ani sakit.

Karena semalam suhu di Kota Seoul sangat dingin, karena tidak terbiasa dengan musim di Korea, hal yang membuat suhu tubuh Ani menjadi demam.

"Saya sudah bilang apa kemarin, tapi kamu masih ngotot. Sekarang kamu sakit, kan." Bias suara Azib membuat Ani merasa bersalah.

Iya, gadis itu merasa bersalah. Karena dengan sakitnya dia, orang yang paling kerepotan adalah Azib. Suaminya itu harus terjaga semalaman hanya untuk mengganti kompresan istrinya. Yang mana Ani terus saja mengigau, lalu meminta air mineral tengah malam, kemudian minta diantar ke kamar mandi tengah malam karena dia merasa mual. Mungkin sakitnya kali ini bukan hanya demam, tapi juga masuk angin.

Merepotkan.

"Maaf ..." cicit gadis yang sekarang terbaring lemah di atas ranjang.

Pria yang duduk di samping ranjang, lebih tepatnya di samping kanan Ani, dia hanya bisa menghela napas.

Sabar.

"Sudahlah, semua sudah terjadi," ujar Azib.

Dia mengambil kain kompres yang ada di kening istrinya, kemudian membasahi kain tersebut dengan air yang sudah disiapkan di mangkok atas meja nakas lalu memeras kain itu dan ditempelkan pada kening Ani kembali.

"Istirahat." Sambil menarik selimut bedcover sampai menutupi seluruh tubuh istrinya, yang hanya tersisa kepala saja. "Nanti malam kalau masih demam, kita pergi ke dokter," ujar Azib.

Tapi Ani menggeleng lemah. Dia seperti menolak.

"Nggak mau," lirihnya. "Nggak mau ke dokter," vokalnya seperti berbisik.

Gadis itu menatap Azib dengan mata yang memelas. Tapi Azib masih memandangnya dengan wajah horizontal.

"Kenapa?"

Ani memalingkan pandangan ke bawah. Memandang ujung kakinya yang tertutup selimut.

"Nanti disuntik, aku nggak mau pergi," balas Ani. Kemudian mendengkus pelan.

Yang entah mengapa, tingkah gadis itu berkesan seperti anak kecil.

"Kamu takut?" tanya Azib.

Kedua lensa cokelatnya bergeser pada obsidian milik Azib kembali.

"Aku ... enggak, aku enggak takut, cuman ..." ucapannya menggantung. Dia mengulum bibirnya sendiri.

Bingung, nih, mau balas Azib apa?

"Cuman kalau kamu besok masih sakit, liburan ke Lotte World batal. Lusa dan kedepannya, saya ada urusan sama teman lama."

Padahal Ani belum merampungkan ucapannya, tapi Azib sudah membalas.

"Ukh ..." Sambil mengigit bibir bawah, Ani melengkungkan bibirnya ke bawah. Yang entah mengapa ekspresi itu ... Azib menyukainya.

Menggemaskan. Benar-benar seperti anak kecil.

"Makanya, kamu harus mau saya ajak ke dokter," ujar Azib. Dia masih menampakkan wajah datarnya. Punya suami kok limited ekspresi.

"Iya-iya ..." Ani membalas pasrah sajalah.

"Pagi ini kamu mau makan apa? biar saya belikan di luar," tanya Azib.

Ani tidak langsung menjawab, dia masih berpikir dalam diamnya. Hingga satu menit berlalu barulah dia menjawab, "Aku mau ... bubur abalone."

Meski Azib tidak terlalu mengerti makanan Korea, mungkin dia bisa bertanya di mbah google-nya.

Yang kemudian Azib menjawab, "Ya, saya akan belikan. Kamu tunggu saya kembali."

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang