[36] : Lebih baik berteman

411 41 5
                                    

Apa yang dikata Azib itu benar. Seharusnya Ani tidak boleh memiliki perasaan pada pria lain. Dia sudah menikah. Dia sudah memiliki hati Azib. Kurang apa lagi coba?

Tapi ... apakah yang dimaksud perasaan Ani pada Rendy adalah sebuah rasa cinta?

Ah, mungkin tidak. Mungkin Azib yang salah menangkap maksud dari istrinya. Sejujurnya, jika soal perasaan cinta, Ani itu mencintai Azib. Itu fakta. Entah sejak kapan, tapi itulah yang Ani rasakan.

"Sampai kapan kamu bohongi Ani? kenapa nggak mau jujur soal perasaanmu pada Ani? Kenapa kamu harus bohong? aku tau, kemaren kamu sengaja datang ke tempat kami dengan gadis itu, kan? kamu nggak boleh gini, Rendy!" Itu Lilis.

Sepulang dari kampus, mereka sempat berdebat di dalam kelas yang sudah sepi. Lilis yang memaksa ingin ngobrol berdua--lebih tepatnya mendesak Rendy. Hal yang membuat Rendy merasa terdesak dan terpaksa menyetujuinya. Karena dia merasa risih dengan tingkah Lilis yang keras kepala.

"Mungkin selamanya. Lo nggak usah ngurusin masalah orang lain, bisa?"

"Ren, aku nggak tau alasan kamu kayak gitu ke Ani, tapi, kamu nggak boleh gituin sahabatku. Ani itu sahabatku! apa kamu lupa pernah bilang suka Ani ke aku?!" Lilis mengernyit tidak habis pikir.

"Terus, apa lo juga lupa buat bilang ke gue kalo Ani udah nikah?!" Rendy sedikit menaikkan vokalnya pada Lilis. "Lo nggak penah bilang kalo Ani udah nikah. Maksud lo apaan?!"

Lilis membisu karena pertanyaan telak dari Rendy.

"Sialan. Selama ini, lo juga bohongi gue, kan--oh, salah, tapi kalian semua bohongin gue!" desis Rendy. "Jadi, lo jangan salahin gue kalo gue juga bohongin Ani," imbuhnya.

Lilis sempat menelan takut salivanya sendiri sebelum dia membalas, "A-aku minta maaf soal itu, tapi--"

"Lo pikir minta maaf bisa nyembuhin perasaan gue yang udah terlanjur kecewa? gue kecewa sama Ani, gue juga kecewa sama lo!" pangkas Rendy. "Kayanya ini karma buat masa lalu gue, anggap aja gitu." Sambil membuang pandangan dari Lilis, Rendy terkekeh.

Laki-laki tampan itu mengusap kasar wajahnya sendiri, kemudian menghela napas kasar.

"Gue ini emang buruk di masa lalu." Dengan wajah dingin, Rendy menatap Lilis kembali. "Gue emang suka mainin perasaan cewek di masa lalu, tapi semua itu karena satu alasan. Dan asal lo tau, gue ini anak broken home. Orang tua gue cerai saat gue umur delapan tahun. Nyokap pergi bawa adek gue, sedangkan gue ikut Bokap. Karena kesalahan Nyokap, gue jadi benci sama yang namanya perempuan selain adek gue. Tapi soal Ani beda, gue beneran cinta ke dia," jelas Rendy panjang lebar.

Yang entah kenapa, dia justru terkesan curhat pada Lilis. Gadis itu masih diam mendengarkan. Dia tidak menyangka jika Rendy itu ...

"Jangan natap gue dengan pandangan iba, gue benci tatapan itu."

"Rendy."

Keduanya menoleh pada sumber suara berasal. Yang ternyata pembicaraan mereka--Lilis dan Rendy--tanpa sengaja telah didengar oleh orang ke tiga. Dia, gadis yang sekarang berdiri di ambang pintu dengan tangisan yang sudah pecah tanpa aturan, air mata Ani jatuh tanpa bisa dia control.

🌸🌸

"Maaf, aku bener-bener minta maaf." Terdengar sangat menyesal.

Mereka bertiga--Ani, Lilis, dan Rendy sudah berada di sebuah cafe terdekat dari area kampus. Yang Ani minta untuk berbicara, tapi juga mengajak Lilis agar tidak terkesan canggung nantinya. Karena Ani takut untuk berbicara berdua dengan Rendy.

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang