[33] : Cinta di musim dingin

444 38 0
                                    

Tuhan memiliki banyak cara untuk menghadirkan cinta. Dan mungkin Azib adalah salah satunya. Dia yang jatuh cinta kepada Hana, tapi sayang, perasaannya itu tidak diijinkan untuk terbalas. Karena dia sadar jika Hana bukanlah jodohnya dalam kehidupan ini.

"Ka-kamu ngomong apa, Zib?"

"Aku jatuh cinta sama kamu. Aku tidak tahu kapan perasaan ini ada, tapi aku sadar kalau kamu adalah cinta pertamaku."

Itu adalah sekilas obrolan Hana dan Azib saat ada di restoran. Setelah sekian lama akhirnya Azib berhasil mengungkapkan soal perasaannya kepada Hana. Terkadang, saat cinta yang dimiliki terlalu besar, hal itu justru membuat manusia merasa kesulitan untuk mengungkapkan perasaan itu. Bisa dibilang dengan istilah, Cinta dalam diam.

Jatuh cinta itu tidak salah, yang bersalah adalah jatuh cinta kepada orang yang sudah jelas bukan jodoh. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk umat-Nya. Semua takdir manusia sudah ditulis di buku takdir mereka masing-masing. Jika hamba-Nya baik, dia akan mendapatkan yang baik. Bagi Azib, Hana sudah baik, tapi mungkin ... Ani adalah yang terbaik untuknya.

Benar. Gadis itu adalah pilihan dari kedua orang tuanya. Karena Azib tahu, pilihan orang tua tidak pernah buruk, kan? Karena pemberian Tuhan pasti akan yang terbaik, kan? Seharusnya Azib bisa mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan padanya. Tapi, yang namanya manusia tidak pernah luput dari kata serakah.

"Maafkan aku."

"Untuk apa kamu minta maaf?"

"Karena sudah mencintaimu."

"Perasaan kamu nggak salah, Zib."

"Ini salah."

"Kenapa kamu ngomong gitu?"

"Karena aku jatuh cinta kepada perempuan yang bukan istriku. Hana, asal kamu tahu, gadis yang kamu lihat terus bersamaku, dia adalah istriku."

Tentu saja Hana terkejut. Mungkin itu adalah pukulan bagi Hana. Azib juga merasa berat untuk mengatakannya kepada Hana, tapi ... entah mengapa dia justru merasa lega di saat bersamaan.

Hari sudah sore. Pertemuan Azib dan Hana hanya butuh waktu sekitar 30 menit. Setelah itu, mereka berpisah kembali. Yang diakhiri dengan permintaan maaf dari Azib, dan penjelasan jika hari esok mungkin dia tidak bisa bertemu kembali dengan Hana lagi.

Dan kali ini, lelaki itu sedang berada di dalam taxi. Azib duduk di kursi penumpang sembari mencoba beberapa kali menghubungi seseorang di ponselnya. Yang mana sudah ke lima kali dia menelpon, tapi tidak diangkat oleh Sang empu. Hal yang membuat Azib merasa cemas saat itu juga.

"Dimana kamu, Ani ..." gumamnya saat memandangi layar ponsel. Dia sedang berusaha menghubungi istrinya. Karena Ani tidak kunjung kembali ke hotel dari tadi pagi.

Azib merasa gelisah, tapi tidak berhenti mencari. Dia sedang mencari sosok istrinya di Kota Seoul. Meski dia tidak begitu paham dengan daerah di Kota itu. Sambil kedua netra hitamnya bergerak memandangi jalanan yang ada di balik jendela mobil, dia terus berusaha menghubungi ponsel Ani.

Oh, ayolah!

"Angkat telfon saya, Ani." Dia merasa gemas sendiri, karena hasil yang didapat tetap sama, nihil.

Azib terus mencoba, hingga panggilan yang ke tujuh dan saat dering ke tiga berbunyi, barulah dia mendapat balasan dari Sang empu yang ada di seberang telepon.

"Halo?"

Saat bias suara itu terdengar, barulah Azib merasakan sedikit kelegaan di dalam hatinya.

KOMITMEN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang